jatuh cinta dan patah hati bersama the carpenters

Jatuh Cinta, Patah Hati, dan Move On Bersama The Carpenters

The Carpenters memiliki semua lagu yang kita perlukan dalam setiap suasana!


Oleh: Eusebia |

Tulisan ini adalah ‘pecahan’ dari tulisan saya sebelumya tentang lagu-lagu yang mengisi berbagai pengalaman hidup saya (tulisan pertama ini akan juga disiarkan di sini, ed).

Namun kali ini saya persempit dengan membahas lagu-lagu dari satu penyanyi saja. Dan saya memilih The Carpenters. Mengapa The Carpenters? Mereka kan penyanyi jadul. Karen, si vokalisnya saja sudah meninggal puluhan tahun lalu. Mari, Nyak, Babe, Ncang, Ncing, Asé, Ka’é sekalian, sini duduk berkumpul..Saya jelaskan mengapa..*eh belum boleh ya bikin kerumunan?

Saya sudah akrab dengan lagu-lagu duo ini semenjak masih usia SD (tahun 90-an). Memang, belum banyak lagu-lagu The Carpenters yang saya ketahui saat itu. Wajah kedua kakak-beradik ini pun tak pernah saya ketahui. Maklum, saya mulai mengenal karya-karya mereka melalui VCD karaoke yang klip videonya kalau bukan pemandangan alam ya ciwi-ciwi bule berkacamata hitam yang rambutnya ditiup angin, sedang berjalan dengan gerakan lambat atau merenung di bangku taman atau dermaga.

Saya harap visual tersebut cukup ya…, adik-adikku yang menyebut diri generasi milenial…

Nah, setelah mengenal internet dengan segala kecanggihan yang ditawarkannya, saya pun ‘membalaskan dendam’ untuk menuntaskan rasa penasaran saya akan duo ini; baik tentang lagu-lagunya maupun potretnya. Ah, akhirnya saya tahu seperti apa wajah mereka berdua.

Kembali ke alasan saya memilih The Carpenters sebagai pengisi tema berbagai momen dalam kehidupan saya dalam tulisan ini (ada beberapa penyanyi sebenarnya yang menempati posisi ini tetapi Carpenters tetap no.1).

Baca juga: Mimpi-Mimpi yang Menepuk Pundak

Pertama, saya sangat menyukai karakter vokal Karen. Mungkin ia bukan penyanyi dengan kemampuan meraih nada tinggi yang luar biasa, tetapi dalam kesederhanaannya bernyanyi saya menemukan bahwa ia sungguh istimewa. Ia bernyanyi dengan indah sekali, tanpa banyak akrobat sebagai penghias aksinya.

Kedua, karena memang lagu-lagu mereka sangat ‘kena’ di hati. Ada yang mengatakan: when you are happy, you enjoy the music, and when you’re sad, you understand the lyrics. Nah, pas banget itu sama saya.

BACA JUGA
5 Lagu Manggarai Terbaik yang Bercerita Jujur tentang Manggarai

Ketiga, karena Karen ini juga berjasa dalam bidang akademik saya, terutama mengenai ‘pronunciation’ alias pengucapan bahasa Inggris saya. Bagi saya, pronunciation si Karen ini ‘gurih’ sekali (maaf, saya hanya bisa menerangkannya dengan kata tersebut). Setiap kata dalam lagu yang ia dendangkan terdengar ‘manis’ dan ‘sopan’ sekali di telinga saya. Krenyes krenyes begitu. Jadi ketika mendengar lagunya, saya juga berusaha mengikuti caranya menyebutkan kata-kata dalam bahasa Inggris(ya iyalah!). Hasilnya? Menurut guru bahasa Inggris saya sih pronunciation saya bagus. Ini menurut beliau ya… hehehe.. sombong dikit boleh ya…

Intro tulisan ini kepanjangan ya? Kapan mulai membahas sesuai judul nih? Baiklah, kita ke isi tulisan yang disebutkan di judul ya….

The Carpenters dan Momen Jatuh Cinta

Sebelum jatuh cinta kan pedekate dulu, yakhaan? Nah pas pedekate, ada tuh yang pas lagunya. Judulnya Please Mr. Postman. Hah? Hare gene masih ada yang pake surat-suratan dan nungguin pak pos yang rajin sekali mengantar surat naik sepeda mendatangi semua rumah tanpa memilih miskin dan kaya kring kring pos? Ya… ga gitu juga…

Pak Pos sekarang sudah digantikan sama aplikasi chat bernama WhatsApp. Surat-suratannya ya lewat bunyi kring si aplikasi. Eh, ada chat yang ditunggu-tunggu dari gebetan yang bikin senyum-senyum sendiri. Membaca obrolan sambil memutar lagu I’ll Be Yours atau Maybe It’s You, tetap sembari tersenyum sama ponsel yang katanya pintar itu.

Lalu saat ditembak si gebetan lagunya Top Of The World. Namanya orang lagi jatuh cinta, berbunga-bunga, berasa di puncak dunia. Lalu, saat malam datang, wajah si mbak atau mas terbayang terus. Di situlah lagu You’re The one atau Sweet, Sweet Smile. Yah bisa dikatakan saat sedang bahagia begitu, air muka biasanya selalu ceria dan tersenyum. Pokoknya I Can’t Smile Without You, dan tak ingin jauh-jauh dari si pujaan hati. Maunya Close To You terus. Hadeh…. Dasar orang mabuk! Orang yang sedang terbang ke langit, yang entah keberapa tersebut, perlu disuruh mendengar lagu We’ve Only Just Begun; Sayangku…. perjalanan baru saja dimulai, jalan masih panjang.

BACA JUGA
Catatan tentang Teater di NTT (Bagian 1): Rekonstruksi

The Carpenters dan Momen Konflik

Hayo…, siapa yang pernah pacaran tanpa berantem? Saya rasa tidak ada. Konflik, mulai dari yang remeh sampai yang bikin pengen ngacak-ngacak kasur atau lemari pasti ada. Kan konon katanya hubungan yang sehat juga harus ada konfliknya agar kita bisa lebih mengenal satu sama lain eaaaaaaaa. Tapi siapa yang bisa bertahan marah-marahan, diem-dieman?

Coba deh dengar lagu For All We Know, Where Do I Go From Here, Rainy Days And Mondays, atau I Won’t Last A Day Without You. Ambil tisu, jongkok di pojokan. Nangis dah tuh sampe mata tinggal segaris. Perasaan baru berapa lama jadian kok bikin kesel. Biarkan Karen dan Richard mengemas perasaan-perasaan itu ke dalam melodi dan lirik yang bikin persediaan air mata berkurang.

The Carpenters dan Momen Perpisahan

Kalau saat berantem persediaan air mata berkurang, pada saat ini air mata rasanya terkuras habis. Mari akui: patah hati itu pasti berat.

Nah, sebelum berpisah, biasanya, biasanya loh ya, ada masanya di mana hubungan renggang. Di situlah kita berpikir apakah sebuah hubungan layak dipertahankan atau tidak. Lagu Hurting Each Other seperti mewakili perasaan tersebut. Liriknya membuat kita bertanya pada diri sendiri: apakah bisa kita (hah, kita?) berhenti menyakiti satu sama lain?

Belum cukup galaunya dengan status hubungan yang masih mau dilanjutkan atau tidak? Dengarkan lagu Caught Between Goodbye And I Love You. Dari judulnya sudah ketahuan ya, isinya bakal seperti apa. Setelah lagu ini, biar makin mantap ambyarnya, dengarkan lagu Love Me For What I am. Nah ini! Jleb banget, kena di hati yang lagi perih-perihnya (trus disiram air perasan jeruk; kurang perih apa coba?).

BACA JUGA
Bagaimana Ivan Nestorman Melihat "World Music"?

Fase ini ditutup dengan perpisahan, pokoknya benar-benar berpisah. Akhiri dengan Goodbye To Love. Menangislah sampai puas, asal jangan pernah lupa makan. Hey, kesehatan harus tetap dijaga yakaaan?

The Carpenters dan Momen atau Fase Move On

Move on: melanjutkan hidup tanpa si mbak atau mas yang pernah mengisi hati.

Penting untuk disadari terlebih dahulu bahwa move on bukan berarti mendapatkan pengganti, tetapi lebih ke menerima keadaan. Ikhlas melepas, begitu. Biasanya dalam proses melepas, ada orang-orang yang setia mendampingi dan mendukung setiap usaha untuk bangkit dari keterpurukan. Bisa keluarga atau sahabat.

Good Friends Are For Keeps merangkum betapa kehadiran orang-orang terdekat dan sahabat dalam masa-masa sulit adalah obat yang sangat manjur dan mampu mengembalikan kepercayaan diri serta kebahagiaan yang hilang. Setuju? Dan kalau saatnya tiba, dan kita siap, orang yang kita nantikan pasti akan datang(dengan cara yang tidak pernah kita duga). Mendoakan hal tersebut juga adalah hal yang baik.

Seandainya sudah siap, biarkanlah masa lalu menjadi masa lalu yang membuat kita makin dewasa, dan anggaplah kita sedang membuka sebuah buku yang baru dan masih kosong untuk kita tuliskan kisah yang baru. Seperti yang dikatakan Karen dan Richard dalam lagu Make Believe It’s Your First Time; lepaskan kesedihan yang telah berlalu–then is then, now is now.

Baca juga: Lima Lagu Manggarai Terbaik…

Hmmm…. Tidak cukup rasanya hanya menyebutkan lagu-lagu di atas. Rasanya masih banyak karya-karya The Carpenters yang harus saya ‘bedah’. Namun menyelesaikan tulisan ini saja sudah membuat saya sedikit pusing dan bingung karena harus mengingat-ingat kembali lagu mana untuk momen yang mana (ya karena saking banyaknya lagu yang harus disortir tentunya).

Akhirnya, untuk menutup ocehan tak jelas saya ini, saya hanya ingin bilang..bilang apa e? Tuh kan bingung lagi. Baik, dengarkan lagu Look To Your Dreams saja. Begitu saja.

Nekang, 13 Juni 2020

Eusebia – Ranting Kayu

Bagikan ke:

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *