Rahasia Pengakuan di Katedral Ruteng Dalam Analisis SWOT

Pada tanggal 13 April 2014 silam, OMK Katedral Ruteng berkisah tentang pengakuan dosa. Seorang Pastor dibui karena menolak membongkar rahasia pengakuan seorang pembunuh. Itu ada dalam pentas teater berjudul Rahasia Pengakuan di Katedral Ruteng.

rahasia pengakuan di katedral ruteng dalam analisis swot
Ucique Klara Jehaun | Foto: Dok. RanaLino.ID

Rahasia Pengakuan di Katedral Ruteng Dalam Analisis SWOT

Catatan ini dibuat oleh seorang bloger Ruteng, Ucique Jehaun, dan disiarkan pertama kali di blog pribadinya, molasluju.wordpress.com. Atas izin Ucique, artikel yang sama di-repost ke ranalino.co sebagai bagian dari usaha dokumentasi atas beberapa kerja kesenian yang kami lakukan di Ruteng.

Rahasia Pengakuan adalah judul naskah drama yang ditulis oleh seorang imam praja di Keuskupan Ruteng, RD Edy Menori. Naskah tersebut ditulis ketika Romo Edy masih menempuh pendidikan filsafat di STFK Ledalero. Telah beberapa kali dipentaskan, OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng memutuskan untuk menampilkannya kembali di panggung pentas dalam wajah yang baru.

Ucique Jehaun, anggota Petra Book Club Ruteng berkesempatan hadir menyaksikan pentasa jelang Paskah 2013 tersebut dan menulis catatan ringan tentang pengalamannya menyaksikan aksi panggung teman-teman OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng. Catatan tersebut diunggah di blog pribadinya pada tanggal 21 April 2014. Selamat menikmati.

Analisis SWOT Pementasan Teater “Rahasia Pengakuan” Produksi OMK Lumen Gratie Katedral Ruteng

Oleh: Ucique Jehaun

Minggu Palma tanggal 13 April 2013 seorang pria mengaku dosa pada seorang pastor bahwa ia telah membunuh istrinya sendiri. Ironisnya, sang pastor malah menjadi tersangka utama dalam kasus pembunuhan tersebut. Karena kesetiaannya pada janji imamat, sang pastor tidak pernah memberitahukan kebenaran yang sesungguhnya. Terhukumlah sang pastor atas peristiwa pembunuhan tersebut.

Dalam benak saya: “Bodoh betul ini Pastor, ta!” Untung dia sendiri yang jadi tersangka utama sehingga saya tidak terlampau terbawa perasaan. Toh dia mengorbankan dirinya sendiri. Kalau orang lain yang jadi tersangka–misalnya kosternya–apakah masih saja dia bungkam tentang kebenaran; menyembunyikan pembunuh yang sebenarnya?

Iya… iya…saya mengerti ada penjelasan teologis tentang hal itu. Tetapi sungguh saya inginkan jawaban yang lebih, tttsssaaahhh.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Untunglah itu hanya bagian dari pementasan teater “Rahasia Pengakuan” produksi OMK Lumen Gratiae Paroki Katedral Ruteng. Artinya kegalauan saya tidak perlu saya ceritakan lebih lanjut di sini. Apalagi, naskah Romo Edy Menory yang diproduseri oleh Romo Beben Gaguk ini bisa diangkat dengan baik oleh sutradara Armin Bell.

Tak pelak, ini merupakan langkah besar yang layak mendapat apresiasi. Hanya membayangkan saja bagaimana orang muda-orang muda anggota OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng yang penuh semangat ini mempersiapkan segala hal–mulai dari latihan, persiapan teknis, penjualan tiket, dan sebagainya–sungguh membanggakan. Terutama dengan niat yang sangat mulia yakni mendukung pembangunan aula Katedral Ruteng melalui penjualan tiketnya.

BACA JUGA
Rana Cinta Indonesia, Sebuah Cerita tentang Bangsa

Sebenarnya saya ingin protes. Mengapa saya tidak ditawarkan tiket VIP yang harganya Rp 100.000? Setiap penonton selalu ingin berada di tempat terdepan kan? Bukan hanya sepeda motor dalam iklan itu yang selalu ingin terdepan. Saya juga.

Tetapi niat protes saya batalkan karena ternyata dengan Rp 100.000 saya bisa bawa empat orang lain untuk berbagi kesenangan. Tetapi kalau ditawarkan, saya mau beli untuk saya sendiri tiket VIP, dan anggota pasukan yang lain tetap yang Rp 20.000. Waduh ini kok malah keluar jalur, ya?

Sudahlah. Langsung saja. Saya berjanji pada sutradara akan membuat sebuah catatan berkaitan dengan pementasan ini. Namun gara-gara lama tak menulis, saya miskin ide. Mencoba mencari inspirasi, saya malah tersesat dan menemukan sebuah makalah ekonomi manajemen tentang analisis SWOT (Strengths, Weaknesses , Opportunities and  Threats).

Sepertinya ini terjadi atas bimbingan Roh Kudus karena teknik yang dibuat oleh Albert Humphrey ini membantu saya mengungkapkan ide dengan (agak) lebih terstruktur (alay deeeehhhh).

Jadi, berikut adalah analisis SWOT asal-asalan berkaitan dengan pementasan teater dengan judul “ Rahasia Pengakuan”, produksi OMK Lumen Gratiae yang dipentaskan di Aula Assumpta Paroki Katedral Ruteng.

Pertama, Strengths alias Kekuatan

Tema pementasan teater menurut saya sungguh pas dengan moment perayaan Paskah. Kristus wafat di Salib untuk menebus dosa kita dan kita masih tidak mau mengakui dosa-dosa kita? Ter-la-lu.

Terlepas dari dasar teologis tentang sakramen dan peran kita sebagai umat Katolik, secara pribadi saya merasa pengakuan dosa adalah sesuatu yang sangat misterius nan menarik. Banyak pertanyaan tak terjawab tuntas mengenai Pengakuan Dosa. Mungkin saja Armin Bell pun merasakan hal yang sama sehingga mengangkat tema ini.

Baca juga: Di Ruteng Ada Petra Book Club

Sutradara dengan bakat menulis yang tidak diragukan serta pengalaman dalam dunia teater yang mumpuni berhasil memaksimalkan potensi besar OMK Lumen Gratiae. Ini adalah kolaborasi yang pas dengan Romo Beben yang jeli melihat momen Paskah sebagai waktu yang tepat untuk pementasan.

Sebagai penonton saya sangat menikmati pementasan ini. Buktinya saya bisa rapture of the deep pada permenungan pribadi tentang pengakuan dosa juga analisis logika saya akan kebenaran. Apa itu kebenaran? Bagaimana menghadapi kebenaran? Juga termasuk protes tentang tiket VIP. 

Promo kegiatan ini sudah dilakukan beberapa minggu sebelum pementasan. Cukup efektif saya rasa. Melalui pengumuman di Gereja, dari mulut ke mulut, juga melalui social media, mampu membuat Aula Assumpta Paroki Katedral Ruteng penuh dengan penonton yang antusias.

Tidak hanya itu, promo via media sosial juga mampu menyebarkan semangat positif  orang muda Katolik berpartisipasi dalam kehidupan menggereja. Saya rasa semangat ini penting sekali, terutama tanggung jawab Katedral sebagai paroki sulung dan panutan bagi paroki-paroki lain.

BACA JUGA
Tuhan Menambal Ban Saya

Kekuatan utama dari pementasan ini adalah semangat, totalitas dan kerja keras dari para orang muda katolik Lumen Gratiae Paroki Katedral. Standing applause for you, Guys!

Kedua, Weaknesses atau Kelemahan

Pementasan teater bisa lebih maksimal jika disaksikan dari posisi yang nyaman. Dan hal ini mungkin yang jadi kelemahan karena baris tempat duduk yang datar sehingga penonton di bagian belakang agak susah melihat apa yang terjadi di panggung. Apalagi kalo ada orang bagian depan yang kurang tolerir dan menyaksikan dengan posisi berdiri, adooohhh…

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Namun ini hanya persoalan teknis belaka. Kehadiran dua buah layar di kiri dan kanan panggung adalah usaha yang bagus. (Ikh saya gaya sekali mau kritik, padahal baru jadi penonton).

Satu hal lagi yang mungkin patut dijadikan bahan pertimbangan untuk pementasan-pementasan berikut, yakni permen yang dibagikan saat masuk ruangan. Saya rasa sepotong kue atau roti mungkin lebih pas berpasangan dengan air daripada permen.

Ruteng itu kota dingin. Airnya mineral yang dibagi itu dingin. Permen juga rasa mint. Tak heran kalau banyak anak-anak (orang dewasa juga) deket cio di tengah-tengah pementasan. Tau saja Ruteng. Baru pukul 18:30 kita sudah harus pake jeket. Apalagi untuk anak-anak.

Baca juga: Mengunjungi Jakarta itu Baik

Waktu pementasan sebenarnya pas, namun karena jam tujuh-an adalah jam tanggung untuk makan malam, terutama bagi anak-anak (orang dewasa juga eee macam saya), saya rasa ide roti atau kue untuk mengganti permen sangat pas. Biar bisa alas dulu. Supaya tidak mas pucu bagi yang punya gangguan lambung.

Namun ini bukan kelemahan sebenarnya. Bisa jadi ini proyeksi harapan penulis. Tengsin soalnya menyebut diri sendiri. Jadi saya mengatasnamakan kepentingan anak-anak saja *smile. Juga jam karet. Telat mulai (sepertinya masih jadi persoalan nasional, jadi bisa dimaafkan). Tapi sepertinya telat mulai karena menunggu Bapa Uskup tiba. Yaaahhh… Untunglah bisa dimaklumi, mungkin karena ini bagian dari kegiatan Gereja. Ikh, saya terlalu jujur pada bagian ini.

Ketiga, Opportunities atau Peluang

Wow banget deh kalau soal satu ini. Pementasan teater ini adalah seni. Dan seni adalah media yang menarik dan tak memaksa. Pementasan teater ini adalah sarana pengembangan spiritualisme kritis (mau gaya bahasa tinggi tapi tidak ada hubungannya hehehe) bagi umat Katolik pada umumnya dan bagi orang muda Katolik pada khususnya.

Kita semua sebagai umat bisa berpartisipasi dalam visi misi Gereja, cie cieee, dengan cara yang menyenangkan, tanpa tekanan, tanpa paksaan. Semua senang, semua gembira, dan memberi harapan akan peneguhan iman.

Dengan pementasan teater ini, orang muda bisa menyuarakan bahwa yang muda mampu memberikan partisipasi yang nyata bagi hidup menggereja. Orang muda punya banyak harapan dan kasih untuk disebarkan! Tidak hanya sebagai wahana pengembangan spiritualitas Katolik, kegiatan seperti ini bisa memberikan kesempatan untuk menyebarluaskan semangat positif lainnya yang lebih universal. 

Misalnya, kampanye untuk menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah, seruan damai dan toleransi, serta aktivitas pengembangan diri yang positif bagi kaum muda.

BACA JUGA
Dari Tablo Kisah Sengsara Yesus Hingga Anugerah Sastra Litera 2017
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Pementasan teater adalah salah satu kegiatan yang meramaikan Perayaan Paskah, terutama karena khusus di Ruteng tidak ada lagi pertandingan Paskah. Masyarakat rindu akan sesuatu yang spesial hadir dalam iven murah meriah dalam kebersamaan. Nah, ini berarti sebuah kesempatan. Selalu akan ada penonton!

Keempat, Threats atau Ancaman

Aduh ternyata masih ada satu lagi bagian dari analisis ini. Dan saya sudah kebingungan mau tulis apa.

Sepertinya tidak atau belum ada ancaman yang berarti. Hanya saja semoga ini bukan kegiatan yang hanya dilakukan untuk mendukung pembangunan aula. Jangan-jangan setelah aulanya jadi, tidak ada lagi kegiatan seperti ini. Harapan saya semoga ini menjadi pemicu untuk karya dan kegiatan-kegiatan lain.

Ternyata panjang juga analisis ini. Mungkin karena kebanyakan isinya penuh dengan joak dan asal-asalan. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Salam semangat dan Damai Paskah, Selamat hari Kartini 21 April, Selamat Hari Bumi 22 April dan Selamat Hari Buku 23 April. (*)

Ucique Jehaun
Anggota Petra Book Club, sebuah klub buku yang asyik di Ruteng. 
Pernah terlibat dalam pentas teater bersama Komunitas Saeh Go Lino Ruteng (2014). 
Penyiar di RSPD Suara Manggarai (2011 – 2013).
Kini tinggal di Ngencung, Ruteng.

Catatan:

  • Beberapa istilah Manggarai: Deket cio berarti ingin buang air kecil. Alas berarti makan; umumnya untuk sarapan, tetapi juga bisa digunakan pada peristiwa ‘makan dulu di rumah sebelum menghadiri acara yang juga menyediakan makan’. Mas pucu berarti lambung terasa perih. Joak berarti bualan, bisa juga mob.
  • Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk evaluasi suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford (1960-an dan 1970-an) dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
  • Rapture of The Deep, istilah dalam freediving. Dikenal juga dengan nama nitrogen narcosis; kondisi mental yang mirip dengan euforia, mabuk dan disorientasi yang disebabkan oleh efek narkotika dari nitrogen pada udara yang ada di tekanan tinggi. Para diver umumnya menunjukkan perilaku yang berbahaya seperti melepaskan peralatan di bawah laut.
Bagikan ke:

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *