Ronaldo berhasil mencetak tiga gol pada pertandingan pertama Portugal di Piala Dunia 2018. Di tempat lain, Messi di tim Argentina gagal mencetak gol dari titik putih. Tiba-tiba, ajang besar itu menjadi sesederhana persaingan dua orang itu. Aneh sekali.
Image dari forbes.com |
Piala Dunia 2018 Bukan Persaingan Ronaldo dan Messi
Kalau ada yang keabadiannya mendekati kepentingan, barangkali tempat itu diisi oleh para penggemar Christiano Ronaldo dan Lionel Messi. Akibatnya, Piala Dunia yang begitu hebat itu lantas sesederhana persaingan Madridista versus Barcelonista.
Aneh sekali karena statistik La Liga, pencapaian pribadi Ronaldo-Messi, saling olok pasca Liga Champions 2018, justru menjadi percakapan yang ramai di hari-hari awal Piala Dunia 2018. Seolah-olah, Arab Saudi yang dibantai Rusia menjadi tidak menarik. Lagu tema Piala Dunia sepi bahasan.
Bahwa babak-babak awal Piala Dunia tahun ini juga diwarnai aksi parkir bus dari Islandia, tidak dibicarakan. Padahal sesungguhnya, itu penting dipercakapkan agar sepak bola tetap layak dianggap sebagai tontonan yang menarik. Sepak bola bukan soal kalah menang semata, bukan?
Sesungguhnya ini memprihatinkan. Ajang empat tahunan yang lagi-lagi Indonesia tidak ada di dalamnya, tiba-tiba berubah menjadi sebiasa ‘siapakah yang lebih hebat antara Ronaldo dan Messi’. Kok bisa?
Ya, bisalah. Ronaldo dan Messi memang ada di daftar teratas percakapan tentang sepak bola selama beberapa tahun terakhir. Memiliki kemampuan di atas rata-rata, dua pesepakbola itu berada di dua tim yang perseteruannya telah melintas waktu berabad-abad lamanya. Mereka juga secara bergiliran mendapat penghargaan tertinggi. Wajar kalau mereka selalu dibanding-bandingkan.
Yang tidak wajar adalah kalau tiga gol Ronaldo di pertandingan pertama membuat Messi diejek-ejek karena gagal mencetak gol melalui titik putih. Yang tidak wajar adalah kalau hanya karena alasan itu, Ronaldo tiba-tiba menjadi yang terbaik dan Messi tidak ada apa-apanya. Situ sehat?
Sepak bola itu permainan tim, bukan? Ronaldo bisa mencetak tiga gol karena ada sepuluh pemain lain yang bekerja maksimal bersamanya. Messi gagal mencetak gol karena penjaga gawang lawan tampil brilian. Mengapa mereka-mereka itu hilang dari percakapan?
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Pertandingan babak penyisihan baru saja dimulai. Portugal dan Argentina juga masing-masing meraih satu poin. Apa istimewanya?
Tentu saja Ronaldo dan Messi adalah yang terbaik di dunia ini. Neymar bahkan bilang bahwa sesungguhnya dua orang itu berasal dari planet lain. Kemampuan keduanya di atas rata-rata. “Dengan segala kerendahan hati, saat ini saya adalah pemain terbaik di dunia, karena mereka berasal dari planet lain,” kata Neymar. See?
Kalau Neymar saja menempatkan kedua orang itu pada posisi yang sama, dan kita tahu bahwa Neymar itu pemain sepakbola yang sangat luar biasa, kita tentu saja menjadi lebay ketika menempatkan Messi dan Ronaldo pada tangga yang berbeda. Apalagi jika hanya karena satu pertandingan awal.
Baca juga: Kita Adalah Komentator Sepak Bola (Bagian Pertama)
Piala Dunia itu tidak sesederhana persaingan Messi dan Ronaldo. Percayalah. Ada ribuan hal penting lain di seputaran perhelatan itu. Misalnya tentang akses pada siaran sepak bola yang tidak adil bagi pemilik televisi di Ruteng jika dibandingkan dengan mereka di tempat lain yang hanya memakai antena UHF.
Atau tentang rasisme yang menjadi salah satu soal paling krusial di Piala Dunia 2018. Atau tentang kekerasan. Bayangkan. Igor Lebedev, salah satu bawahan Vladimir Putin di Parlemen Rusia sekaligus petinggi di Federasi Sepak Bola Rusia, menyatakan bahwa memang sebaiknya baku hantam antar-suporter dilangsungkan saja asal ada peraturan yang mengikat.
Masih banyak soal lainnya. Jauh lebih hebat dari sekadar persaingan Messi dan Ronaldo. Jauh lebih penting daripada mengolok-olok. Sadarlah! Ada fair play yang menjadi titik sentral sepak bola. Seorang pemain yang gagal mengeksekusi pinalti sama sekali tidak berarti bahwa pemain lainnya yang berlaga di tempat berbeda menjadi lebih hebat.
Kalau kita menjadi lebih hebat hanya karena ada orang yang gagal, apa istimewanya? Apakah Ronaldo menjadi hebat hanya karena Messi gagal mencetak gol melalui titik putih?
Jika kalian berpikir demikian, kalian tidak menghargai Ronaldo sebagai pribadi yang merdeka. Kalian meletakkannya bersama atau di bawah bayang-bayang Messi. Berarti Messi lebih hebat dong. Atau memang demikian? Hmmm… ada yang protes.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Untuk yang memuja Messi, berhentilah mencari-cari kesalahan Ronaldo ketika pemain idola kalian itu tidak tampil cukup baik. Ronaldo tidak ada hubungannya dengan itu. Atau memang kalian baru merasa Messi itu hebat kalau Ronaldo tampil buruk? Sederhana sekali kalian itu. Atau memang demikian? Hmmm… ada yang protes juga.
Piala Dunia itu, Bro, pentas olahraga sedunia. Bukan La Liga. Bukan Real Madrid versus Spanyol. Bukan perang Catalan. Please, sederhana itu baik. Tetapi pikiran tak perlu sesederhana itu meski kita adalah komentator sepak bola. Bergembiralah menyaksikan seluruh perhelatan ini. Meski Indonesia tidak ikut bermain, minimal kita ikut menjadi penonton yang bermartabat.
Salam
Armin Bell
Ruteng, Flores
Blogger Ruteng