Salah satu tentang ibu yang saya suka adalah Bunda Piara. Liriknya: “…bila kuingat lelah ayah bunda, bunda piara-piara akan daku, sehingga aku besarlah…”. Lagu yang bagus, ringan, dan bercerita tentang ibu piara. Cinta orang tua tidak akan pernah selesai.
Menjadi Ibu | Foto: Armin Bell |
Menolonglah Seperti Ibu Piara
Di sini: Menulis Kisah tentang Mama
Saya kok tidak setuju ya? Bukan semata karena saya ikut dalam deretan demonstran tolak tambang di Ruteng itu, juga bukan karena kesadaran akan fungsi profetis Gereja yang harus bicara tentang yang benar dan mengkritisi hal yang berada di luar rel–tidak peduli apakah pelakunya pernah menolong Gereja atau tidak, tetapi terutama karena kesadaran saya tentang menolong itu bukan “kita melakukannya agar kita dipuji-puja”.
Mengapa mengharapkan kembali jika sejak semula niatmu adalah menolong? Kalau kau mengharapkan kembali, buatlah dalam bentuk lain seperti meminjamkan atau menjual/memperdagangkan, biar sekalian dapat untung.
Kalimat saya kasar? Mungkin. Tetapi saya memang sedang sakit hati tentang betapa tak lagi banyak jumlah orang-orang tulus di halaman kantor bupati kami siang itu.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Setelah membaca tulisan seadanya ini, tentu saja kita boleh melihat bagaimana kita menolong orang lain selama ini. Termasuk dengan bertanya untuk apa kita menolong orang lain kalau tidak berharap balas jasa? Saya tentu tidak bisa memberikan jawaban pasti.
Hanya ada kemungkinan. Mungkin agar semakin banyak orang bernasib lebih baik karena dengan dengan demikian mereka akan punya kemampuan menolong diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik.
Baca juga: Rana Cinta Indonesia, Sebuah Cerita tentang Bangsa
Saya tahu, pemerintah kami itu baik. Dan agar mereka tetap baik adanya, suara-suara kritis dari pihak lain sudah seharusnya diterima dengan baik pula. Dengan demikian dia akan lebih baik di hari-hari mendatang.
Sesungguhnya, saya sendiri tidak yakin bahwa suara-suara yang saya dengar tentang pemerintah tidak mau dikritik karena telah menolong itu adalah benar suara pemerintah. Saya menduga, itu adalah suara-suara yang muncul dari orang-orang yang terlampau mencintai pemerintahnya dan berharap ditolong.Yang terlampau, biasanya sering salah.
Dititipkannya sejumlah uang untuk biaya perawatan. “Jika tak cukup, akan saya tambah dalam perjalanan pulang,” katanya. Betapa baik menolong serupa itu, seperti Ibu piara: Hanya memberi tak harap kembali.