Pater Roosmalen tiba di Manggarai dan diserahi tugas menjadi kepala asrama VVS/ Standaardschool dan OVO (Opleidingschool vor Volks-Onderwijer) Kursus untuk Guru Sekolah Rakyat. Karyanya di bidang pendidikan sangat penting bagi orang Manggarai.
Pater Yan van Roosmalen |
Kisah ini ditulis oleh Dosen STKIP St. Paulus Ruteng, Dr. Fransiska Widyawati, M.Hum dengan judul “Sekali Flores Tetap Flores”*). Diunggah dalam tiga bagian bersambung di RanaLino, yakni cerita masa kecil hingga menjadi imam: Di Tengah Perang; catatan perjalanan ke Indonesia: Menuju Timur; dan kisah pengabdiannya di Manggarai: Menjadi Guru. Saya berterima kasih kepada penulis, yang mengizinkan pemuatan kembali kisah Pater Roosmalen ini. Selamat mengenang.
Kisah Pater Roosmalen Bagian 3: Menjadi Guru
Maka jadilah Pater Yan van Roosmalen sebagai pendiri SMP pertama di Manggarai, SMP Tubi. Sekolah ini dinaungi oleh Yayasan Tubi, sebuah yayasan milik Pemerintah Kabupaten Daerah Manggarai (YYPPM) dengan ketua yayasan saat itu Kraeng Raja Ngambut. Jumlah murid pertama sebanyak 30 orang dan semua tinggal di asrama.
Dengan menjadi warga negara Indonesia penuh, Pater Yohanes Hendrikus van Roosmalen dengan bulat pula menyatakan kerelaan dan kesetiaan pada tanah Manggarai, pada panggilannya sebagai imam di bumi Nuca Lalé ini. Cinta akan panggilan dan cinta akan masyarakat dan Gereja Katolik Manggarai sajalah yang memampukan beliau memilih jalan ini.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Muridnya tidak hanya beragama Katolik. Ada pula tiga murid Muslim. Walau pun mereka tidak mengikuti misa pagi, namun mereka juga diwajibkan bangun pagi untuk berdoa, belajar, dan membaca. Salah seorang muridnya yang Muslim bernama Abdul Hamid kelak menjadi dokter. Ia pernah datang pada Pater Yan untuk mengucapkan terima kasih atas pendidikan yang diterimanya dari Pater Yan.
Ide Mgr. Willem van Bekkum ini sangatlah progresif. Gereja belum lagi sepenuhnya memperbaharui diri. Konsili Vatikan II belum ada. Mgr. Willem van Bekkum yang juga progesif dalam upaya inkulturasi budaya lokal (Manggarai) ke dalam liturgi Gereja telah memikirkan peran awam di dalam Gereja Katolik. Ide ini bahkan masih sangat langka di benua Eropa yang masih didominasi oleh klerikalisme.
Gagasan Mgr. Bekkum yang dieksekusi Pater Yan dan Pater Lommen adalah sebuah sejarah penting bagi Gereja Katolik Indonesia dan Universal bahwa di sebuah keuskupan kecil terpencil di Flores, jauh sebelum Konsili Vatikan II, peran awam dalam Gereja Katolik telah diperhitungkan dan diandalkan.
Demikianlah dalam waktu singkat Pater Yan bersama Pater H. Lommen mempersiapkan segala sesuatu guna lahirnya pendidikan tinggi bagi kaum awam ini.
Baca juga: Cinta Sederhana di Novel “Mawar Padang Ara”
Ia berjuang mencari dana agar mahasiswa bebas uang sekolah dan bahkan mendapatkan uang saku pada awalnya. Ia tidak hanya memulai lembaga ini tetapi terus hadir dan meningkatkan statusnya. Dari Kursus Katekis lembaga ini berubah menjadi Kursus Pendidikan Katekis (KPK) dan selanjutnya APK menjadi STKIP.
Dulu biasanya dilakukan sambil berjalan di lapangan dan kompleks STKIP. Saat mulai sakit dilakukannya di belakang kamarnya. Ia rajin merawat kesehatan dengan hidup teratur, makan teratur, olah raga dan yoga teratur. Ia mempunyai kebiasaan trekking ke Golo Lusang bersama Pater Guus Cremers setiap weekend. Sampai tahun 2013 ia masih mengayuh sepeda di kamarnya.
Baca juga: Yang Bangkit di Hari Keempat – Cerpen di Pos Bali
Ia juga membayar gaji dan insentif bagi beberapa katekis yang kerja di paroki-paroki sampai akhir hidupnya. Ia juga menjadi penyalur bantuan donator bagi beberapa orang cacat dan sakit. Beliau aktif mengajar di STKIP sampai dengan tahun 1997. Mata kuliahnya adalah Injil Sinoptik, Mateus, Homeletik dan Moral Dasar.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Ia orang kudus, gembala sejati, dan berjasa luar biasa bagi tanah Manggarai, Gereja Keuskupan Ruteng. Atas jasanya ia mendapat Cincin penghargaan sebagai tokoh pendidik pada masa bupati Gaspar Parang Ehok dan dua tahun silam dari Pemerintah Daerah melalui PGRI.
Saat kembali, Bastian menemukan Pater Yan van Roosmalen sudah pergi dalam diam, tenang, dan sendiri menghadap Allah yang juga telah menjadikannya dalam tenang, sendiri, dan rahasia. Ia adalah imam sejati, seorang diri termenung di hadapan Ilahi sejak lahir hingga kematiannya. Tugasnya telah purna. (Habis)
- Tulisan ini didedikasikan untuk tokoh hebat dalam dunia pendidikan di Manggarai dan perkembangan Gereja Lokal Keuskupan Ruteng. Semoga Nene Malen beristirahat dalam kedamaian kekal.
- Kisah riwayat hidup Pater Yan mengacu pada sumber: 1). P. Yan van Roosmalen, SVD, “Jejak-jejak Pengabdian: Dididik untuk Mendidik” dalam Kanisius T. Deki, (ed.), Menjadi Abdi, Menghalau Kegelapan Menyongsong Fajar Pengetahuan, Ledalero, 2008, hal. 5-114. 2). Yohanes van Roosmalen, “Memori APK Ruteng 1959-1979”, (sebuah diktat setebal 83 hlm); 3). Beberapa lembaran biodata dan surat-surat pribadi Pater Yan yang disimpan pada arsip dari SVD yang dipinjamkan kepada penulis oleh Pater Florentinus Soge Makin, SVD; 4). Informasi lisan dari kisah dan kesaksian hidup beberapa teman Pater Yan serta beberapa katekis asuhannya.
www.ranalino.co mempersembahkan satu sub menu khusus berisi kisah-kisah dari tokoh-tokoh inspiratif. Diharapkan akan menjadi salah satu sumber bagi kita semua untuk belajar dari orang-orang hebat dan karya-karya mereka.