Drama Musikal Ombeng Isinya Lagu Apa?

Setelah pementasan di Borong tanggal 14 Mei silam, seluruh pemain dan crew Drama Musikal Ombeng memutuskan untuk sejenak berlibur; kembali ke ruang kecil masing-masing dan tinggal di sana entah untuk apa. Dan kami melakukannya dengan sungguh.

drama musikal ombeng itu isinya lagu apa?
“Kumpul Bocah” di Drama Musikal Ombeng | Foto: Johan Waso

Drama Musikal Ombeng Isinya Lagu Apa?

Saya mengisi masa itu di ruang sekecil kamar mandi VIP B di RSUD Ruteng, lobi hotel nan sejuk di Kupang, dan ruang seluas bentangan alam Wae Codi di Cibal Barat. Tugas sebagai ayah, abdi negara, dan pemuda harapan jaya ternyata tidak membuat saya benar-benar menikmati liburan.

Toh, selama itu saya juga tetap berpikir kapan dapat melanjutkan cerita tentang Ombeng di blog ini karena sebelumnya sudah telanjur berjanji, dan janji haruslah ditepati; kalau tidak harus ditepati maka bukan janji. Dan inilah saya, menunaikan tugas itu. Aih…

Untuk yang menjadi teman-teman saya di jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan instagram -yang di linimasanya selalu wara-wiri postingan dari akun saya dan anda bingung bagaimana menghentikan saya di sana padahal semudah mengklik unfollow tetapi hati kecil anda tidak rela #eh-, gambaran besar tentang Drama Musikal Ombeng itu isinya apa saja, mungkin sudah sedikit banyak diketahui.

Unggahan di blog hanya berusaha merangkumnya kembali sebagai pemanggil ingatan dan usaha dokumentasi. 

Baca juga: Pada Sebuah Panggung

Astaga… saya menghabiskan dua paragraf tanpa sedikitpun usaha untuk straight to the point. Maap. Tetapi blogger itu begitu. Ketika sebagian wartawan online berusaha keras memendekkan tulisan sehingga kadang mereka lupa memuat beberapa unsur penting berita, blogger Ruteng ini malah punya keleluasaan menulis apa saja sembari dalam hati kecil berharap para pembaca tidak lantas pergi. 


Please, jangan pergi dari sini ya. Paragraf selanjutnya langsung ke Ombeng, koq. Tetapi anda wajib bikin kopi dulu. Di Ruteng, kopi selalu benar. Sudah minum kopi Manggarai? Datanglah ke sini jika sempat. Eh, ini ombengnya bagaimanaaaaa?
Begini: 
Drama musikal Ombeng itu berisi tari, lagu, musik, gitar, lampu, bunga, dialog, dan pertarungan, dalam satu rangkaian cerita. Tidak ada yang menonjol di antara sekian banyak isi tersebut. Semua mendapat porsi yang adil seturut gambar dan rupa All… ooops… maksudnya seturut kepentingannya menyampaikan cerita. Postingan ini khusus membahas tentang Ombeng itu isinya lagu apa? 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Lagu-lagu di Drama Musikal Ombeng

Dalam pentasan ini, tidak ada batasan genre, tahun, atau asal lagu. Semua ada. Secara komersil, pilihan ini tentu saja baik mengingat kami ingin menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan mengabaikan segmentasi khusus. Segala selera, umur, dan pemahaman kami serang. Maka, jadilah pentasan itu berisi lagu-lagu berikut ini: 
Ngkiong Le Poco. Ini adalah salah satu lagu terbaik yang ditulis dan dinyanyikan oleh penyanyi hebat Ivan Nestorman. Saya punya dua versi lagu ini dan dua-duanya memukau. Di Drama Musikal Ombeng, lagu ini dinyanyikan oleh seorang penari bernama Rinny Wolos. Ada sayat melodi Pompy Pojus di pentasan ini.

BACA JUGA
Menanam Bambu di Ruteng Flores 2

Lagu yang menggabungkan lirik Inggris dan Manggarai ini rasanya ditulis dengan penuh sukacita setelah sebuah refleksi yang manis tentang Ngkiong, satu spesies burung langka di Manggarai dengan nama Latin Pachaycepala Nudigula Nudigula.

Baca juga: Ivan Nestorman dan Konser Setelah Badai

Di drama musikal Ombeng, lagu dan tarian berjudul Saeh Go Lino Ge dipakai untuk menggambarkan tana Nuca Lale, Manggarai momang ge yang indah dan karenanya tidak boleh dirusak oleh sikap egois kita. Tentu saja dalam pembacaan penonton bagian ini bisa dibaca lain, tetapi beberapa obrolan setelah pentas membuat saya yakin bahwa mereka menangkap hal serupa dan kami merasa beruntung. 
Kumpul Bocah. Saya suka lagu ini. Dirilis tahun 1986, lagu Vina Panduwinata ini usianya lumayan tua. Tetapi di Ombeng, yang nyanyi masih begitu muda. Namanya Rossy Fernandez. Bersama choir yang hebat, mereka bermain ceria di panggung, lengkap dengan tampilan beberapa permainan tradisional; ingin bercerita tentang keramahan masa kanak-kanak dan muda, yang mestilah diisi dengan tawa sukaria.

Ada yang berulang tahun? Yuk, petiklah bintang, dan bawalah pulang, berikan kepada guru tersayang. Hilda Hambur menerimanya dengan tawa yang ceria. 

Thinking Out Loud. Lagu ini terkenal. Ditulis dan dinyanyikan oleh Ed Sheeran. Rilis tahun 2014, lagu ini terpilih sebagai Song of The Year pada Grammy Award tahun 2015. Lirik lagu ini matipunya! Karenanya, di drama musikal Ombeng, Ancik Suhardi yang berperan sebagai Dorus memakainya untuk merayu Daria.

Saya suka karena di beberapa pentasan, ketika Dorus sudah ambil mike dan nyanyi ‘when your legs don’t work like they used to before…’, tepuk tangan membahana di mana-mana juga di hati saya yang merana karena tidak punya suara sebagus Ancik. 

Bagaimana Daria tidak klepek-klepek ketika mendengar pujian tentang jiwanya yang muda, …honey your soul can never grow old it’s evergreen. Apapun lirik ini artinya, saya tetap tepuk tangan. Para penonton juga begitu. 
A Moment Like This. Kelly Clarkson adalah penyanyi yang awal karirnya setelah American Idol pertama menjadi begitu mendunia lewat lagu ini. Ada di album American Idol: Greatest Moments (2002), lirik lagu ini kami pakai sebagai jawaban Daria atas rayuan maut Dorus.

BACA JUGA
Indonesia Negeriku Amnesia

Agak bikin iri para jomblo tampaknya lirik lagu ini, tetapi tidak ada intensi itu pada pentas Ombeng ketika Eltin Damon dengan malu-malu tetapi penuh pesona menyanyikan …a moment like this, some people wait forever for that one special kiss, i can’t believe it’s happening to me…, diiringi choir yang memukau. Aih… yang sedang sendiri tentu saja terharu dalam doa penuh harap mendengar lirik ini #oops 

Mataleso Ge. Ini single paling hit beberapa waktu terakhir di seluruh bumi Congka Sae. Kae Ivan Nestorman benar-benar tahu membuat kami bersatu dalam lagu dan berulang-ulang. Di lagu Mataleso Ge, kami selalu pakai peca suara (istilah lokal untuk berbagi nyanyian menjadi sopran-alto-tenor-bass) ketika menyanyikannya. Di Manggarai, yang demikian menandakan bahwa lagu itu dicintai. Hanya saja, di Ombeng, kami tidak berani peca suara. 
Lagu ini dinyanyikan penuh penghayatan oleh Ancik dan Eltin. Mereka saling rayu di panggung dan kami gemas. Sebagian menggigit sandaran kursi karena memikirkan nasibnya yang ditinggal kekasih padahal pernah juga mencoba merayu dengan bilang …ai hau de, mataleso-wulang mongko-lo’o capu gula ge… (dikau matahari, purnama, dan embun pagiku); tetapi tetap ditinggal jua. Oh.. sembilu… 
Anak Sekolah. Suara Chrisye itu unik. Pada lagu yang ditulisnya bersama Oddie Agam (1987) ini, Chrisye mengingatkan bahwa anak sekolah itu belum cukup waktu begitu begini. Di Ombeng, Rossy dan Abe Nggebu juga menyanyikannya untuk Dorus dan Daria yang masih anak sekolah. Jangan begitu begini dulu. Kan Daria mesti jadi bidan.

Baca juga: Orang-orang Muda Hebat di Kupang

Pesan kepada para sahabat itu dinyanyikan oleh teman-teman sekolah mereka; memakai baju SMA, mereka yang sudah lama tamat ini senang sekali bisa mengenang masa-masa jaya ketika sekolah. Kalau tidak percaya, coba tanya ibu dosen Lia Crova atau guru Geografi, Afni Tonga. 

Mai Sae. Lagu ini ditulis oleh Kae Herry Tanis dan dipopulerkan oleh Kae Illo Djeer, seniman yang tidak saja pandai tebang gitar, tetapi juga sejuk menyapa dalam tulisan-tulisannya. Di Ombeng, lagu ini dinyanyikan oleh Ema Tua (diperankan oleh Erick ‘Ujack’ Demang), aktor panggung paling hebat di Manggarai yang akan selalu saya ajak kerja bersama. 
Latihan lagu ini lumayan memusingkan karena meski juga menjadi lagu favorit sang pemeran, tetapi sang pemeran bukanlah sebenar-benarnya penyanyi. Untunglah ada Ka Pompy dan Rian yang dengan sabar membimbing dan melayani kebutuhan Ujack akan kedipan mata dan anggukan kepala. Lagu yang ingin menceritakan bagaimana kisah cinta Dorus dan Daria ini bermula, dinyanyikan dengan aman penuh pesona dan mendapat tepuk tangan. 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
BACA JUGA
Menulis Kisah Tentang Mama

Let It Be. Ini lagu paling tua di drama musikal ombeng. Maka generasi tua seumpama saya manggut-manggut ketika Eltin menyanyikan lagu The Beatles (1970) ini. Generasi muda juga menikmati karena Eltin membawakannya dengan rasa baru. Rian dan Ka Pompy membuat aransemennya dan Daria menangis ketika menyanyikannya.

Di panggung, dia bercerita lewat lagu ini tentang kepasrahannya. Ceritanya dia hamil. Dorus menawarkan solusi yang buruk. Daria menolak. Kami juga menolak dan bersama bersenandung, …when i find my self in time of trouble, Mother Mary comes to me… Oh, Bunda Maria, Bunda yang berbelas kasih… 

Heal The World. Ini lagu masyarakat dunia. Dari Afrika sampai teluk Mindanao. Silakan riset kalau tidak percaya. Michael Jackson, King of Pop, merilisnya pada tahun 1991. Albumnya berbahaya karena judulnya Dangerous. Ada ajakan untuk menyembuhkan dunia agar menjadi ‘siap pakai’.

Di Ombeng, lagu ini dipakai sebagai ajakan bernada sama; menyiapkan Nuca Lale yang indah agar anak yang dikandung Daria lahir di tanah yang seumpama sepotong surga yang jatuh ke bumi. Hilda Hambur dan Abe Nggebu bersama seluruh pemain menyanyikannya sembari bergandeng tangan. Mesra sekali. Ah…

Gego Lau Gego Le. Lagu ini ditulis oleh Ivan Nestorman. Pertama kali saya dengan di album Tropical Mood. Lalu muncul begitu banyak versi baik mp3 maupun video. Semua versi keren! Dari lagu inilah kata Ombeng itu saya ambil. Ary ‘Kojek’ Djehatu, Ferdy Mozak, dan Celly Djehatu menyanyikannya sebagai titik puncak (atau leraian?) pentas ini. Bahwa pada setiap kisah yang berakhir bahagia, kita wajib bergaya …gego lau gego le, ombeng lau ombeng le. Ramai kita. Kita muda. Bergaya! 
Sepuluh lagu itulah yang kami nyanyikan di drama musikal berdurasi satu setengah jam ini. Tetapi Ombeng itu isinya tidak hanya lagu. Ada tarian, dan lainnya. Membahasnya di sini akan memakan waktu anda membaca terlampau lama. Maka saya sekali lagi berjanji, akan menceritakannya kemudian.

Baca juga: Jangan Cari Saya di Sekolah

Di atas segalanya, saya berterima kasih pada Ivan Nestorman dan Illo Djeer yang memberikan kami kesempatan memakai lagu mereka lengkap dengan izin menggunakan aransemen yang sebelumnya mereka buat dengan susah payah. Rian, Rio, dan Pompy adalah pemain band yang ceria dan memainkannya bersama isian musik yang telah ‘diprogam’ sebelumnya di studio milik Rahmat Riyanto. Kingaiii eh. 

Ah… Ombeng jelas berterima kasih kepada banyak pihak. Karena itu, saya minta izin berutang beberapa tulisan lagi. Sekarang? Persiapkan diri anda untuk ombeng dalam waktu dekat. Ya, dekat sekali. 
Salam

Armin Bell

Ruteng, Flores
Bagikan ke:

2 Comments

  1. Salute! Saya sempat nonton pementasannya di borong.. nonton dg perasaan membuncah pengen jadi muda lagi dan jadi anggota mudika alias omk jaman old..saya tunggu pementasan2 berikutnya..

  2. Terima kasih sudah ikut nonton waktu itu. Borong hujan tetapi penontonnya keren, tetap bertahan sampai akhir. Itu benar-benar penghargaan yang besar buat kami. Semoga suatu saat bisa kerja sama 🙂

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *