Yang Paling Penting Bukanlah Mengetahui Yesus, Tetapi MengalamiNya

RD Lian Angkur menulis ini sebagai homili pada Misa Sabtu Suci di Paroki Katedral Ruteng (15/4). Kepada umat di dua gereja yakni Gereja St. Yosef dan Gereja Katedral Ruteng, Romo Lian mengingatkan tentang pentingnya mengalami Yesus.

yang paling penting bukanlah mengetahui yesus tetapi mengalaminya
Misa Sabtu Suci di Gereja Katedral Ruteng, 14 April 2017 | Foto: Frans Joseph

Yang Paling Penting Bukanlah Mengetahui Yesus, Tetapi Mengalami Yesus

Oleh: RD Lian Angkur

Pewartaan pada malam Kebangkitan Kristus dimulai dengan kisah penciptaan. Usai menciptakan alam semesta dan segala isinya, Allah melihat semuanya itu baik adanya. Menariknya bahwa, dari semua ciptaan yang ada, hanya manusia yang diciptakan setara-segambar dengan Allah.

Manusia adalah citra Allah. Namun dalam perjalanannya, manusia jatuh ke dalam dosa. Jati dirinya sebagai citra Allah pelan-pelan tercoreng, ternoda, rusak. Itulah yang terjadi dengan umat manusia sepanjang sejarah keselamatan hingga saat ini.

Karena cintaNya, Allah tidak mau membiarkan manusia dikuasai oleh dosa dan kematian. Untuk itu, Ia mengutus puteraNya yang tunggal, Yesus Kristus, ke tengah dunia, yang kemudian harus menderita sengsara dan wafat di salib. Namun pada hari yang ketiga Allah membangkitkanNya sebagaimana yang dikisahkan dalam injil tadi.

Dengan demikian wafat dan kebangkitan Kristus adalah cara Allah untuk memulihkan, membaharui, mengembalikan manusia ke citra Allah yang semula dan sesungguhnya.

Itu berarti, poinnya adalah: selain sebagai tanda bahwa Allah menang atas maut, kebangkitan Kristus juga sejatinya selalu mengubah-membaharui hati dan hidup seseorang.

Itulah yang sejak awal terjadi dengan Maria Magdalena dan para murid lainnya saat menyaksikan kubur kosong. Malaikat dan Yesus sendiri pun menyapa mereka, Jangan Takut! Salam bagimu. Sapaan yang menyejukkan dan menguatkan. Dengan itu, rasa sedih, cemas, kecewa, gelap, putus asa, dan takut usai Yesus disalibkan mendadak sirna-hilang seketika. Suasana batin-situasi hidup mereka diubah, dibaharui, diberi Roh dan semangat yang baru.

BACA JUGA
Naskah Drama Musikal "Ombeng" (Babak Satu)

Saat ini, Yesus juga bangkit untuk kita. Usai membayar dosa dengan wafatNya di salib, Yesus mengajak kita bertemu dan bangkit bersamaNya untuk mengalami hidup baru, sebagaimana yang disabdakan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma tadi (epistola), bahwa seperti halnya Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Manusia lama kita telah turut disalibkan dan dikuburkan, agar kita tidak lagi menghambakan diri kepada dosa. Kepada kita masing-masing pun, Yesus berkata, jangan takut dan salam bagimu. Dan seperti para murid tadi, kita tidak boleh tinggal diam atau tunggu di tempat-betah dalam hidup-kebiasaan yang lama, mari kita segera bergerak-bangkit mendekatiNya, memeluk kakiNya serta menyembahNya. Akhirnya kita membiarkan Yesus mengubah, membaharui, dan menguatkan kita, agar kembali menjadi citra Allah yang sesungguhnya. Itulah makna Paskah bagi kita.

Baca juga: Orang Manggarai Harus Tahu tentang Pekosamaraga

Bersediakah kita diubah-dibaharui oleh Roh Tuhan yang bangkit?

Suatu ketika, seseorang mewawancarai temannya yang baru saja bertobat dan mengikuti Kristus. Ia memulai percakapan itu dengan bertanya:
“Jadi, Anda sudah bertobat dan mengikuti Kristus?”
“Ya!”
“Kalau begitu, Anda tahu banyak tentang Yesus. Di negeri mana Yesus dilahirkan?”
Teman yang baru saja bertobat itu menjawab: “Saya tidak tahu!”
“Berapa usiaNya waktu Dia wafat?”
“Saya tidak tahu!”
“Berapa kali Dia berkotbah?”
“Saya tidak tahu!”
“Ah, untuk seorang yang bertobat dan menjadi pengikut Kristus, ternyata Anda mengetahui sedikit sekali tentang Dia!”

Mendengar itu, teman yang baru saja bertobat itu menyahut: “Anda memang benar, saya malu sekali kerena begitu sedikit pengetahuanku tentang Yesus. Tetapi, sekurang-kurangnya saya tahu dan alami hal yang satu ini:

Dalam rentang waktu yang cukup lama, saya seorang pemabuk. Hutangku banyak. Keluargaku berantakan. Anak istriku selalu takut, setiap kali saya pulang ke rumah! Tetapi sekarang, saya tidak minum mabuk lagi. Hutang-hutangku sudah lunas. Keluargaku bahagia. Anak-anak senang menantikan saya pulang ke rumah setiap sore. Ini semua karya Kristus yang bangkit bagiku. Perjumpaan denganNya telah mengubah aku. Sebanyak inilah yang saya ketahui dan alami tentang Kristus, Saudaraku!

Bagi kita orang beriman, yang paling penting bukanlah mengetahui tentang Yesus, tetapi mengalami Yesus. Malam ini kita kembali berjumpa dengan Kristus yang bangkit. Yakinlah, perjumpaan ini mengubah dan membaharui cara hidup kita asalkan kita membuka hati-membuka diri bagiNya. 

Kita biarkan batu-batu dosa; batu ketakutan, kecemasan, batu egoisme, batu dendam, batu permusuhan, batu kesombongan, dan batu kesesatan, digulingkan Tuhan, agar kita boleh keluar-bangkit sebagai pribadi yang bebas dan baru. Kristus bangkit, Alleluia. Paskah Tuhan adalah Paskah kita. Selamat menikmati hidup baru di dalam Tuhan. Semoga! (*)

BACA JUGA
Kampanye HIV AIDS, Konsep atau Resep?

RD Lian Angkur 
Pastor Kapelan di Paroki Katedral Ruteng, Manggarai.

Catatan: 

  • Pada perayaan Paskah tahun 2017 ini, seluruh perayaan di Paroki Katedral Ruteng, Manggarai dilaksanakan di dua gereja yakni Gereja Katedral dan Gereja St. Yosef, Ruteng. Waktu perayaan di dua gereja tersebut ditetapkan sama. 
  • Tiga imam secara bergiliran melayani seluruh perayaan yakni RD Beny Bensy (Pastor Paroki Katedral), RD Lian Angkur (Pastor Kapelan), dan RD Ompy Latu (Penanggungjawab Gereja St. Yosef).
  • Ikuti facebook page: Katedral Ruteng untuk mengetahu informasi tentang Paroki Katedral Ruteng.
Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *