travelling light dan kekasih dalam ransel uciue jehaun blog ranalino ruteng

Travelling Light dan Kekasih dalam Ransel

Apa itu travelling light? Dan bagaimana meletakkan kekasih dalam ransel itu? Ucique membagi kisah itu di sini. Ucique adalah salah satu penulis favorit kita semua karena tulisannya yang selalu ceria.


Oleh: Ucique Jehaun

Ini semua gara-gara Andria Vita-salah satu konco di Jogja sana yang paling setia berkabar tentang apa pun. Dia membuat mata saya semakin terbelalak tengah malam menjelang pagi begini. Betapa tidak, setelah mengobarkan gairah untuk backpacking bareng dan memadamkannya seketika, saya malah diajak chat yang berat-berat. Hmm… 

Bingung saya dibuatnya, karena saya sudah berapi-api ingin memberikan ide dan sudah siap dengan jurus argumentasi biar rencana kami bisa terlaksana! Soalnya, si Vita ini harus sering dikompori biar tetap semangat. Tetapi ternyata bacpacking yang dimaksud hanya analogi semata.

Katanya, “Your life it’s just a backpack. Itu beban yang kamu bawa. Kamu yang memilih apa yang kamu masukkan ke backpack of life-mu.”

“Oh mirip-mirip travel light gitu, ya?” Saya mencoba mengimbangi biar tidak kebanting (gengsi bo! Masa kerja di travel agent tidak bisa lebih kerenan dikit?).

Travelling light adalah satu upaya agar kita lebih aman dan nyaman saat berpergian dengan membawa sedikit barang. Trus saya tanya dia mau bawa apa saja di “ransel”-nya, tapi jawabannya malah melempem.

“I don’t know,” katanya.

Yaaah, untuk apa bahas topik hidup yang berat ini? Kamu saja tidak tahu mau bawa apa di ranselmu. But then we drowned into a fun chat. Tentang apa saja yang mau dibawa. Dan..tadaaa setelah dihitung-hitung dan diingat-ingat, ternyata kami emang cenderung maruk! Semuanya mau dimasukkan ke ransel!

Baca juga: Ruteng Kota Sejuta Tenda Labu, dan Sweet Potato Kesukaan Kita dan Babi

BACA JUGA
Mengandung (di Luar) Sastra

Awalnya kami masing-masing menyebut anggota keluarga, kemudian jadi ingat sahabat-sahabat dekat, trus gebetan yang cakep-cakep, rencana cadangan (bahkan cadangan pun lebih dari satu) eh mau juga bawa kenangan manis masa lalu (ehm), dan harapan masa datang.

Masing-masing kami mengeluh ransel kami tidak cukup untuk menampungnya. Padahal sudah  ditekan-tekan, dilipat kecil-kecil, digulung semini mungkin. Masih banyak hal yang ingin kami masukkan (paksakan) ke dalam ransel kami. Ranselnya pun makin berat dan malahan sobek. Siapa sangka, hal-hal kecil berakumulasi menjadi hal yang makan tempat dan berat?

Alternatif lain adalah mengganti ransel dengan yang lebih besar! Eh, ternyata semakin besar ransel baru, selalu saja ada yang ketinggalan. Ruangnya tak cukup. Waktu berlalu, ransel rusak, dan punggung kami bisa penyok karena kelebihan beban! Apalagi badan saya yang sepertinya makin tipis saja setiap hari.

Pada akhirnya saya mengajukan usul agar pakai koper saja plus tas-tas kecil dan ransel biar semuanya muat. Bila perlu kardus trus dikasi lakban and diikat pake tali, ditulisi inisial pake spidol. Yaaahhh… konsepnya kok mengarah ke mudik atau mau pindahan rumah?

Saya jadi ingat, banyak waktu yang lewat percuma karena mengkhawatirkan banyak hal yang tak perlu. Menyesali yang sudah terjadi tanpa berusaha jadi lebih baik, dan cemas berlebihan untuk apa  yang akan terjadi, yang akan datang. Padahal kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi.

And then we ignore what we are having right now. We don’t appreciate lovely people around us who have been so loyal faithful, true persons who make us laugh! We say bad things ‘bout others who someday will be our saviors at our hard times–who knows. Termasuk juga membuat banyak rencana yang tidak realististis tanpa diimbangi komitmen untuk beraksi.

BACA JUGA
Sembahyang Rosario di Manggarai (Bagian 1): Peserta Terbanyak Perempuan dan Anak-Anak

Baca juga: Idul Adha di Hari Minggu, dari Gereja Saya ke Masjid

Percakapan saya dan Andria Vita terhenti karena gangguan sinyal. Mata saya tiba-tiba tertuju pada koper saya yang belum dibenahi dan barang-barang berceceran seantero kamar. Beberapa hari lalu saya ke Bali dan ikut pelatihan selama dua hari.

Kalau mau bepergian agak jauhan dari rumah dan  lebih dari sehari, rasanya seisi lemari, seluruh kamar, bila perlu rumah dan seisinya saja bawa juga. Bagaimana kalau hujan trus baju basah? Charge laptop/HP, baterai cadangan untuk kamera? Bagaimana kalau mau jalan-jalan bajunya itu-itu saja di foto, dan sebagainya. Tas tenteng buat jalan-jalan, sepasang sepatu, kosmetik, krim malam, krim siang, lotion, minyak wangi bila perlu bawa selimut dan sarung juga.

Bawaan saya terbukti terlalu banyak untuk tiga hari karena pakaian yang terpakai hanya dua hem, dua t-shirt, satu rok, satu jeans dan satu celana pendek plus some underwears. Saya sangat payah soal travel light!  Nyatanya saya sama sekali tidak bisa jalan-jalan sama sekali, benar-benar hanya untuk pelatihan dalam ruangan dari pagi sampai malam.

Dandanan saya juga just like daily-means no make up. Paling banter pelembab muka dan lotion. Hari pertama pakai sepatu kayak orang kantoran, hari kedua ganti pakai sandal sepatu soalnya orang-orang lain ternyata santai-santai. Materi pelatihan disiapkan dalam flashdisk yang dibagi pada setiap peserta, juga ditampilkan dengan projector pada layar yang lebar sehingga tidak perlu laptop. Foto hanya sekali-bersama peserta pelatihan dan tidak pakai kamera saya. Makan malam pun rasanya hanya lewat saking ngantuknya. Dan, lebih banyak sia-sianya segala peralatan yang dibawa.

BACA JUGA
Menjadi Blogger Tidak Akan Buat Seseorang Mendadak Keren Bagian Pertama

Baca juga: 10 Plus 1 Hal Paling Dingat tentang Ruteng

Tidak hanya soal bepergian. Dalam hari-hari kita, rasanya selalu saja ada kemungkinan butuh ini-itu yang sebenarnya tidak perlu, kebutuhan yang mengada-ada karena cemas yang berlebih dan juga ketamakan.

Ya, kita boleh mengelak tetapi manusia selalu rakus akan banyak hal yang ingin dicapai dalam hidup ini sehingga lupa pada hal-hal esensial seperti tertawa, senyum, lelucon, bermain, makan bersama keluarga, sms kerabat untuk menanyakan kabar, dengarkan curhat teman, or other million simple nice things around us.

Andaikan punya ransel seperti Dora atau punya saku ajaib kayak Doraemon, life would be so damn easy–no problems (but neither adventures). Jadi Anda mau bawa apa saja di ransel?

2012

Ucique senang membaca dan menulis, senang bikin kue dan hal-hal lain yang dia suka, senang bercerita dan banyak sekali kesenangannya yang lain. Tinggal di Ruteng bersama suami tercinta, akhir-akhir ini jarang travelling. Dia sibuk. Sibuk memikirkan isi ranselnya #eh. Follow IG-nya: @lusiaklara

PS:
Kata “kekasih” pada judul catatan ini adalah pilihan editor. Editornya berpikir, if life is a journey, kekasih should be in his backpack. Apa itu kekasih? Kekasih adalah judul lagu Pance F. Pondaag. Itu! Siapa gerangan editor itu? Follow IG @mencariayam. Terima kasih telah membaca Travelling Light dan Kekasih dalam Ransel.

Bagikan ke:

6 Comments

  1. Hahaha saya bw pakaian 5 biji, rencana tinggal seminggu di Bali ternyata malah sdh 4 bln tdk pulang, krn ternyata urusan2 yg tdk pernah ada dlm agenda bermunculan tiap hari, seperti jamur dibln desember. hahahaa terus bagaimana sdh ge ucique? Mau beli baju baru tdk ada uang ������ miris hidupku. Kau tlg sy dulu kah, nanti saya bantu cari ayam pe..e?

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *