10 plus satu hal paling diingat tentang ruteng daeng irman

10 Plus Satu Hal Paling Diingat tentang Ruteng

Tentang Ruteng, kami punya banyak hal untuk diceritakan. Kota yang lampu merahnya hanya ada dua ini (satu di antaranya selalu berwarna kuning) adalah tempat yang nyaman.


Saya ingin mengajak banyak orang ke sini. Ke Ruteng. Dan sebagai orang yang merasa bisa jadi tuan rumah, terlebih dahulu saya kenalkan hal-hal apa saja yang akan anda peroleh di kota ini. Untuk orang Ruteng yang sedang tinggal jauh, catatan ini bisa jadi mesin pengingat: Ruteng panggil pulang.

Dalam dunia pemasaran ada istilah top of mind. Misalnya pepsodent untuk pasta gigi, honda untuk sepeda motor, dan aqua untuk air mineral kemasan. Lalu apa yang masuk di daftar top of mind kalau kota Ruteng sedang jadi topik? Akan ada banyak hal, tetapi sepuluh teratas adalah sebagai berikut:

Satu: Kota Dingin Ruteng

Kalau anda adalah pendengar RPD (kini bernama LPPL RSPD Suara Manggarai) di era 90-an, Kodirut adalah nama alias yang paling sering didengar kalau seseorang di Ruteng “mengirimkan lagu” buat orang-orang tercinta di tempat lain–ada yang bahkan mengirim lagu ke Malaysia padahal jangkauan siaran radio ini hanya sampai di Bajawa, tetapi sudahlah.

Kita sedang bahas tentang Kodirut yang sesungguhnya tidak tepat disebut nama alias karena hanya merupakan akronim dari Kota Dingin Ruteng. Ya, Ruteng adalah kota yang dingin. Mungkin karena curah hujannya yang tinggi dan kota ini ada di ketinggian 1.200-an mdpl. Pada bulan-bulan tertentu, suhu malam hari bisa mencapai level terendah delapan derajat celcius. Fakta ini membuat masyarakat Ruteng menempatkan jaket dan kain panas (sebutan lokal untuk selimut tebal) di daftar utama pembelian.

Baca juga: Diskusi di Facebook itu Seperti itu (Bagian 1)

Meski demikian, pada beberapa kesempatan kita akan melihat perempuan-perempuan cantik berlomba memakai baju tanpa lengan. Mereka sedang di tempat pesta, menahan dingin, dan melantai. Di kota ini, line dance aneka jenis di setiap musim pesta tumbuh seperti cendawan di musim hujan. Sekali saja kau tidak memenuhi undangan pesta, pada pesta berikutnya kau duduk di pojok, menghafal gerakan dalam hati, tetapi tetap tidak bisa, lalu memutuskan untuk pulang tidur. Kain panas merah hitam menanti.

Dua: Kompiang Ruteng

Ini adalah kue khas di Ruteng. Kami anggap begitu sebab setiap kali ke kota lain, oleh-oleh yang kami bawa adalah kompiang. Bentuknya mirip bakpao tetapi teksturnya keras dan ditaburi wijen. Dulu, kompiang hanya diproduksi oleh keluarga tertentu dan umumnya adalah keluarga Tionghoa Manggarai. Kini kompiang juga diproduksi oleh hampir semua pengusaha kuliner jenis kue di Ruteng. Untuk menyebut beberapa nama di Ruteng kini ada Kompiang Tarzan, Kompiang Lima Jaya, Kompiang Tanta Reyna, Kompiang Rangkat, serta beberapa lagi. Kompiang Rangkat itu dijual di Rangkat. Khusus yang terakhir ini, kalian bisa pesan di sa saja. Sa tau betul itu tempat. Enak, Nana aeh…

Btw, untuk citarasa terbaik, kompiang yang telah lama meninggalkan api panggang sebaiknya dipanaskan di penggorengan. Jangan lupa siapkan segelas kopi, dengan takaran 2,5 sendok kopi plus setengah sendok gula. Itu cara menyeduh kopi yang benar. Di Ruteng, kopi selalu benar.

Tambahan informasi, di dekat Toko Tarzan 1, ada patung Hati Kudus Yesus. Sa biasa pi doa di situ tiap akhir taun. Lokasi itu juga jadi spot foto yang bagus dan sudah jadi penanda kota.

Tiga: Dua Katedral di Ruteng

Kota Ruteng adalah pusat Keuskupan Ruteng, mencakup wilayah Manggarai Raya. Tahun 1920, Ruteng resmi menjadi wilayah pelayanan pertama gereja Katolik di Flores bagian barat. Beberapa saat setelahnya, sebuah gereja dengan arsitektur Belanda dibangun di tengah kota. Bangunan itu kemudian menjadi Gereja Katedral Ruteng ketika Keuskupan Ruteng resmi berdiri pada tanggal 3 Januari 1961 (sebelumnya adalah Vikariat Apostolik Ruteng).

BACA JUGA
Lipooz, dari Ruteng ke 16 Bar ke Hip Hop sampai Tuhan Suruh Berhenti

Gereja Katedral yang pertama ini, kini lebih sering disebut Gereja Katedral Lama, meski namanya sekarang adalah Gereja St. Yosef (Gereja Devosional), sejak Gereja Katedral Ruteng saat ini resmi digunakan. 

Baca juga: Pesan Moral Dongeng Anak, untuk Siapa?

Dua gereja ini, Gereja St. Yosef dan Gereja Katedral Ruteng, berada di lokasi yang berdekatan, hanya terpaut jarak 200-an meter. Dua gereja ini menghadap ke utara, ke pusat kota. Dari segi arsitektur, kedua gereja ini sama-sama menuai apresiasi. Katedral lama dicintai karena arsitekturnya yang masih tampak asli meski telah beberapa kali mengalami pemugaran, sedangkan Gereja Katedral yang baru–biasa disebut ‘Katedral’ saja–masuk dalam daftar 100 gereja paling indah di Indonesia.

Empat: Ruteng, Kota 1000 Gereja

Awal tahun 2000-an, seorang seniman muda meluncurkan single hip-hop berjudul “Ruteng is the City”. Nama pemuda itu Lipooz dan dalam deskripsinya tentang Ruteng di komposisi itu dia bilang: “…kota kecil dengan seribu gereja….” Meski tentu saja sebelum Lipooz ada juga yang menahbiskan Ruteng sebagai kota 1000 gereja, namun rasanya gong julukan ini semakin terkenal sejak zaman Lipooz itu. Jadilah Kota 1000 Gereja ada dalam daftar top of mind kalau orang-orang berkisah tentang kota kecil kami ini.

Tentu saja jumlah bangunan gereja di kota ini tidak sampai seribu. Seratus juga tidak. Tetapi kalau kita yakin bahwa Gereja adalah kumpulan umat Allah, maka kota 1000 gereja adalah identitas yang tepat. Hampir 80% penduduk kota ini adalah umat Katolik, itu artinya hampir 80% persen kota ini terdiri dari gereja. Get it?

Beberapa ulasan menyebut kota ini juga dengan sebutan Kota Seribu Biara, karena jumlah biara yang sangat banyak tersebar di hampir semua sudut kota. Saya sendiri senang menyebut Ruteng sebagai kota 1000 Gereja, selain sesekali menyebutnya sebagai tempat kopi paling benar sedunia. Ya, kalau kalian ke Ruteng dan bertemu saya, tanyakan tentang gereja dan minta saya menyeduh kopi. Racikannya sudah saya bilang di atas kan? Itu kopi paling benar e.

Lima: Dureng itu Ruteng seperti Ruteng itu Dureng

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), telah lama memasukkan lema dureng sebagai kosakata bahasa Indonesia. Kata dureng itu sebenarnya adalah bahasa Manggarai untuk musim hujan yang berkepanjangan. Ruteng adalah kota dengan masa hujan terpanjang di Manggarai. Kalau ingin berbasah-basah dan merasa seksi karenanya, datanglah ke kota ini. Kurang lebih delapan bulan dalam setahun hujan turun di kota ini. Puncaknya tentu saja antara masa adven sampai menjelang masa prapaskah, atau sejak Desember sampai menjelang April. Itu masa di mana hujan menguasai kota dan kaus kaki basah adalah teman perjalanan yang setia.

Ada istilah dureng mbare kina di Manggarai. Itu berarti rentang waktu ketika hujan turun berhari-hari sehingga kita tak sempat mencari dan memberi makan babi di kandang. Akibatnya, babi (kina) menangis dengan sangat keras (mbare). Di Ruteng kau akan mendengar kami bercakap-cakap tentang dureng mbare kina ini sekaligus merasakannya. Sungguh kasihan babi-babi itu, ya?

Enam: Hanya Natal di Ruteng yang Buat Sa Bahagia

Ruteng itu kota Natal lengkap dengan fakta bahwa di setiap malam Natal kau harus berjuang menembus hujan ke Gereja dan pulang dengan basah kuyup. Di Ruteng, Natal dimulai sejak awal Desember sampai beberapa minggu setelah tahun baru. Yang sedang saya bicarakan adalah tentang lampu-lampu natal yang dipasang di sepanjang jalan, lagu-lagu natal yang terdengar di semua rumah, dan kue-kue natal yang wanginya memenuhi langit-langit kota. 

BACA JUGA
Soal Sandiaga Uno Diusir Pedagang Ikan dan Hal-hal di Sekitarnya

Baca juga: Tiga Langkah Mengatasi Patah Hati

Di Ruteng, Natal selalu lebih terasa karena lampu-lampu itu, pohon-pohon yang dihias, dan lampion aneka bentuk. Barangkali itu juga yang bikin Lipooz menulis komposisi berjudul Natal di Ruteng. Dia bilang “…karena hanya Natal di Ruteng saja yang buat sa bahagia….”

Tujuh: Semua Jenis Line Dance Ada di Ruteng

Kalau mau tahu semua jenis line dance yang sedang hits di muka bumi ini, datanglah ke Ruteng pada bulan Juli dan sekitarnya. Di setiap pesta pernikahan, kau akan mendapati orang-orang berkostum warna-warni, berbaris, mengikuti irama musik, dan seseorang yang sedang memegang mikrofon di ujung depan barisan menjadi komandan upacara, eh, maksudnya komandan kompi, halaaah, pemimpin line dance e.

Saya tidak tahu jenis mana yang sedang populer tahun ini karena berhenti mengikuti perkembangannya sejak mereka bikin Poco-Poco sampai puluhan ragam gerakan. Bayangkan menderitanya sa yang untuk sampe di ragam tiga saja harus berjuang stenga mau mati. Tetapi saya masih dengar banyak orang bercakap-cakap tentang line dance reggae, bailando, dan mogi. Itu adalah beberapa di antara ribuan jenis line dance yang berkembang di kota ini. Mereka, para penggemar sejatinya akan ombeng lau le, ombeng lomes, reba gondes.

Menjelang musim orang-orang menggelar pesta pernikahan, di Ruteng, di beberapa rumah, berlangsung latihan serius. Latihan apa? Latihan line dance itu tadi, ka. Mereka ingin tampil lebih hebat di pesta nanti. Tetapi kadang latihan tidak berjalan maksimal sehingga beberapa penggemar line dance akan terlihat seperti patung yang terombang-ambing ditiup badai. Astaga, itu patung apa kok sampai bisa terombang-ambing? Itu patung atau perasaan para jomblo? Eh, maap.

Pokoknya begitu. Yang latihan tidak maksimal itu akan terlihat demikian: gerakannya kaku, mulutnya komat-kamit berhitung, sesekali melompat tak tentu arah karena telah salah ragam. Setelah berakhir, semuanya bertepuk tangan, termasuk mereka yang lupa tersenyum ketika menari karena terlampau serius melihat gerakan kaki tetangga. Ooo darad, aeh…

Delapan: Mbaru Wunut di Pusat Kota Ruteng

Mbaru Wunut adalah sebuah bangunan dengan arsitektur rumah adat Manggarai di pusat kota Ruteng. Dalam sejarah Manggarai, pada era tiga puluhan, Mbaru Wunut adalah rumah Raja Manggarai Kraeng Alexander Baruk. Pada masa itu, juga ada Kraeng Bagung yang telah menjadi raja sebelum Kraeng Baruk. Keduanya sempat bersama-sama memimpin Manggarai. Kraeng Baruk menempati Mbaru Wunut, Kraeng Bagung menempati Mbaru Belek. Kraeng Baruk adalah anak dari Kraeng Tamur yang adalah raja di Kerajaan Todo.

Pengaruh penguasaan Belanda di Nuca Lale membuat peta kekuasaan saat itu sedikit berubah. Kerajaan Todo telah lama ada–dipimpin oleh Raja Tamur–sebelum pada tahun 1925 Belanda memutuskan membentuk Kerajaan Manggarai dan mengangkat Kraeng Bagung sebagai raja. Di saat yang sama, Belanda mengutus Kraeng Alexander Baruk untuk sekolah di Manado. Sekembalinya dari studi, Baruk diangkat menjadi Raja dan memimpin 38 kedaluan yang dibentuk Belanda. Karena Raja Bagung masih hidup ketika itu sehingga keduanya bersama-sama menjadi raja. Begitu kira-kira kalau cerita sejarah ini dipadatkan.

BACA JUGA
Kalau Saya Tidak Buang Sampah di Sini, Terus Mau Buang di Mana?

Baca juga: Hamka, Cinta Kami Sering Kandas

Pokoknya sejak masa-masa itulah, Mbaru Wunut ada di tengah kota Ruteng. Sampai saat ini, bangunan itu dirawat dan menjadi ikon kota. Sempat menjadi gedung kantor dari beberapa instansi, ada kabar bahwa rumah adat di Ruteng ini akan direvitalisasi. Mbaru Wunut adalah hal yang paling diingat oleh para wisatawan, terutama mereka yang tidak sempat berkunjung ke Wae Rebo. Orang-orang Ruteng menyebut kawasan di sekitar Mbaru Wunut sebagai BMW: Bundaran Mbaru Wunut.

Sembilan: Gua Maria Golo Curu

Golo Curu adalah bukit kecil di bagian utara kota Ruteng. Puncak bukit itu adalah tempat Bunda Maria bertahta. Ada Gua Maria yang dibangun di sana pada puluhan tahun silam, dan tempat ini kini menjadi salah satu destinasi wisata rohani yang terkenal di Ruteng. Informasi lain menyebutkan bahwa Arca Bunda Maria di Golo Curu sebelumnya adalah arca yang ditempatkan di halaman Gereja Katedral (Lama).

Golo Curu adalah satu dari beberapa tempat wisata di Ruteng. Umat Katolik di Ruteng sesekali berkunjung ke sana, berdevosi sekaligus menikmati pemandangan yang indah. Ke arah utara ada deret sawah, ke selatan ada kota Ruteng yang ramai. Indah sekali. Paling tidak itu yang selalu saya rasakan ketika berkunjung ke tempat ini. Salam Bunda yang Berbelas Kasih…

Sepuluh: Kampung Ruteng di Kota Ruteng

Ada kota Ruteng, ada kampung Ruteng. Bingung? Jangan, ka. Ruteng yang kota, vokal e dibunyikan seperti ketika kita sebut meja, deret, atau Herman, sedangkan kalau menyebut kampung Ruteng, vokal e dibunyikan seperti ketika kita mengatakan tempat, jelas, peran, atau kelas.

Dalam pola kalimat kira-kira bisa dijelaskan demikian: Berkunjung ke kampung Ruteng di Ruteng, akan berbunyi sama dengan Beruntung di banyak tempat ada Herman. Adoooh… ini contoh e, aeh.

Kampung Ruteng adalah tempat wisata budaya paling terkenal di kota ini. Kampung Ruteng terletak di bagian barat kota dan sering dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin mengenal tentang kebudayaan Manggarai, terutama jika mereka hanya singga sebentar di Kabupaten Manggarai. Kalau mereka punya waktu yang cukup, mereka berkunjung ke Wae Rebo atau ke hatimu, halaaah.

Plus Satu: Komunitas, Tempat Makan, Tempat Nongkrong di Ruteng

Pada bagian ini saya akan menyebutkan saja beberapa tempat yang di masa datang akan ikut membuat Ruteng menjadi kota yang menyenangkan. Di kota ini ada Kopi Mane Inspiration, Teras de Lucas, Taman Kota, Toko Sejati, dan masih banyak lagi. Rumah-rumah keluarga siap menghidangkan kopi dan kompiang kepada Bapak/Ibu/Sdra/i yang akan berkunjung.

Ada juga komunitas-komunitas kreatif yang semoga membuat kota ini semakin menarik, seperti Komunitas Saeh Go Lino yang menggagas kegiatan mendongeng di LG Corner, Komunitas Sastra Hujan, Komunitas Orang Muda Manggarai, Komunitas Doa, Klub Buku Petra, dan masih banyak lagi. Tetapi satu yang pasti, di Ruteng , kopi selalu benar!

Sesungguhnya ada banyak hal yang bisa dikenang tentang Ruteng. Apalagi buat mereka yang pernah patah hati, setiap lubang di trotoar di kota ini mengingatkan mereka pada hati yang menganga karena ditinggal kekasih. Banjir di Wae Ces pada musim dureng seolah seirama dengan air mata yang mengalir deras ketika mendapat undangan pernikahan mantan. Ooops… Maaf. Kau akan bertemu orang yang tepat!

8 Februari 2017

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

Foto: Daeng Irman.

Bagikan ke:

12 Comments

  1. Cukup detail pak armin.. apalg ttg kain panas merah.. meskipun banyak skl yg jualan bedcover dan selimut bermotif bunga dg corak warna warni..kain panas merah hitam ttp jadi pilihan pertama…ruteng memang bikin rindu..

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *