panduan pedekate terkini berdasarkan pengalaman para pendahulu bagian 2 armin bell ranalino

Panduan Pedekate Terkini Berdasarkan Pengalaman Para Pendahulu, Bagian 2

Saya menunaikan kewajiban membayar utang menulis panduan pedekate terkini saat ini. Lima bagian ini saya sajikan ke hadapan sidang pembaca sekalian dengan penuh haru.


Saya ingin mengawali bagian ini dengan mengulangi lagi informasi yang sebelumnya saya hadirkan. Ya, penting rasanya menginformasikan lagi agar kita memiliki landasan yang sama untuk dapat mengerti tulisan soal panduan pedekate terkini ini dengan mudah #halaaah.

Jadi, begitu! Pedekate atau PDKT adalah akronim dari pendekatan, suatu usaha awal yang dilakukan oleh para pencari pasangan hidup; mendekatkan diri sembari membawa harapan bernama semoga dia suka padaku. Artinya, catatan ini ditujukan untuk para jomlo dan tidak ditujukan pada mereka yang ingin ngelaba.

Siapa itu jomlo? Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI V) untuk pria atau wanita yang belum memiliki pasangan hidup adalah jomlo? Ya, jomlo. Bukan jomblo. KBBI V versi daring menulis pengertian jomblo sebagai bentuk tidak baku dari jomlo. Pengertian jomlo berdasarkan KBBI V adalah: 1. n gadis tua, dan 2. n cak pria atau wanita yang belum memiliki pasangan hidup. Demikian.

Nah, sebagai 5 langkah lanjutan dari Panduan Pedekate Terkini Berdasarkan Pengalaman Para Pendahulu, baik rasanya kita semua menyimak catatan ini dengan gaya dan disposisi batin yang sama ketika kita menyimak 5 langkah pertama pada postingan sebelumnya. Marilah kita mulai dengan segera. Sudah siapkan kopi? Fyi, di Ruteng, kopi selalu benar.

Keenam, Anti-Mainstream

Sesungguhnya bagian ini adalah situasi besar dari apa yang pada bagian pertama telah saya ceritakan–mengucapkan Selamat Hari Kasih Sayang pada tanggal 14 Januari. Namun pada bagian ini saya ingin lebih fokus pada ‘usaha menghindari cara-cara yang sedang digandrungi publik’ pada proses pedekate.

Kalau mau jujur, di negeri ini, semua hal yang kita kagumi adalah hasil bentukan produsen/penyedia konten. Bahwa kita telah 72 tahun merdeka, pada sangat banyak hal kita tidak berhasil menjadi pribadi yang independen. Setiap hal selalu dipengaruhi oleh apa yang sedang disukai publik luas. Paling sederhana adalah tentang selera musik. Jangan heran kalau mendapati temannya yang dahulu mati-matian membela Sheila On 7 kini menjadi penggemar berat Raisa lalu tiba-tiba meloncat seleranya pada Ayu Ting Ting. Begitulah cara kita ‘memegang’ sesuatu. Apa yang ramai di media atau medsos, itu yang kita kagumi pula.

BACA JUGA
Lima Plus Satu Hal Menarik Terkait Lomba Foto Pariwisata NTT 2018, Mengulang Kesalahan?

Maka kalau sedang ramai rayuan dengan lagu, biasanya kita juga ikut begitu. Oh oh oh, no no no! Sebaiknya jangan lakukan itu. Alasannya? Kau akan tempat terlalu biasa. Padahal, seorang calon kekasih harus tampil luar biasa. Apa enaknya jadian dengan orang ‘biasa’? Be somebody, Dude. Don’t act like everybody among the crowd. You are more than that.

Baca juga: LIPOOZ, dari Ruteng ke 16 Bar ke Hip Hop

Misalkan sedang ramai orang-orang bicara tentang Pilgub, jangan bicara itu saat kau berdua dengannya. Bicarakan hal lain agar obrolan denganmu tidak sama dengan obrolannya dengan orang-orang lain. Demikianlah kau akan dikenang sebagai pribadi yang berbeda. Apakah saya pernah melakukan tips ini? Tentu saja. Salah satunya adalah mengirim sms pada perayaan-perayaan penting tetapi tidak mainstream. Daripada mengirimkan ucapan Selamat Hari Kartini pada tanggal 21 April–sesuatu yang pasti dilakukan oleh banyak orang, mengapa tidak mengirim ucapan Selamat Hari Bumi yang jatuh sehari setelahnya yakni pada 22 April?

Ketujuh, Jangan Lebay

Silakan merayu tetapi jangan sampai terlihat gombal. Kalimat seumpama: Wah, alismu bagai semut beriring, itu terlalu lebay bagi mereka yang tidak mau sibuk dengan majas, perumpamaan, dan lain-lain. Jangan-jangan setelah kalimat itu mereka akan merasa kesemutan, berlari ke kamar mandi dan meninggalkanmu duduk melongo sekian lama sembari berpikir apa yang salah dari kalimat semut beriring itu? Hentikan pikiran itu di sana dan jangan mengganti semut dengan binatang lain. Semut saja sudah bikin gatal, lalu kau mau ganti dengan kerbau. Kau pikir itu sawah yang siap dibajak?

Poin saya sesungguhnya adalah bahwa usaha menjadi lebih baik itu sungguh mulia. Tetapi percayalah, terlampau berusaha malah akan membuat semua pekerjaan menjadi sia-sia karena yang mungkin nampak adalah kegagalan yang terpampang nyata. Sampaikan saja kalimat-kalimat sederhana seperti: Saya senang sekali bisa lihat kau lagi hari ini. Titik. Lalu beri jeda setelah kalimat itu. Kalau dia tidak sibuk menata degup jantung, kalian bisa protes ke saya.

PS: Kalau dia tanya: “Kenapa?”, jangan beri penjelasan panjang. Bilang saja: “Saya senang saja e.”

Kedelapan, Menjadi Lucu

Tidak ada yang mengagumi orang yang marah-marah. Dinding-dinding media sosial telah penuh dengan kemarahan. Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum menjadi ruang yang membuat semua orang merasa berhak marah-marah. Bagus kalau kemarahannya disampaikan dengan asyik. Tetapi kalau kemarahan disampaikan dengan marah-marah, rasanya malah akan sia-sia. Tidak ada yang memenangkan pertarungan dengan berteriak, bukan?

BACA JUGA
Tour de Flores, Perdebatan di Media Sosial, dan Nasib Seekor Kambing

Penggemar StandUp Comedy meningkat akhir-akhir ini karena kemampuan mereka memarahi sesuatu dengan lucu. Tentu saja kemampuan seperti itu harus dipelajari agar kemarahan tidak menampar angin lalu hilang. Lagipula, bukankah kita harus anti mainstream? Kalau semua orang marah-marah, jadilah lucu! Dengan demikian kau akan menjadi oase bagi jiwanya yang mungkin kering; dia akan menuju kepadamu cie cieee.

Maka dalam obrolan pada masa pedekate, juga pada waktu-waktu setelahnya, berusahalah menyelipkan lelucon di dalamnya. Itu menyenangkan. Dia akan tertawa dan kau akan semakin menyukainya. Kau tidak bersedia melihatnya sebagai orang yang terlalu serius, bukan?

Tetapi ingat! Lelucon tidak boleh menyinggung perasaan, menyentuh wilayah SARA, atau meremehkan gender. Hindari lelucon seksual karena yang demikian hanya cocok untuk obrolan orang-orang yang ya begitulah. Cari joke yang segar. Sulit memang. Karena kalau mudah, kau bisa ganti pacar setiap sebulan sekali. Kau pikir kekasih itu seperti oli motor, ka?

Kesembilan, Beri Jawaban Mematikan

Pada situasi tertentu, kau akan menghadapi beberapa pertanyaan penting dalam masa pedekate. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu harus berhasil dijawab karena kau tidak tahu apakah dia sedang menguji kualitasmu atau hanya sekedar memancing percakapan. Kau harus merasa setiap pertanyaannya pada masa pedekate adalah usaha menyelami selayak apa engkau menjadi kekasihnya kelak. Pikirkan jawaban yang hebat; jawaban yang mematikan!

Baca juga: Menjadi Lelaki Tanpa Kata

Kau tentu saja sudah menyiapkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan biasa seperti ‘kenapa kau suka padaku?’ Kau juga pasti mampu memberi jawaban yang tepat untuk pertanyaan seperti ‘siapakah presiden pertama negeri ini?’ Tetapi apa yang akan kau jawab kalau pertanyaannya adalah: ‘Apa yang kau lakukan kalau sedang sendiri?’

Satu meme pernah saya lihat. Sponge Bob dan Patrick. Sponge Bob bertanya, “Apa yang kau lakukan ketika saya pergi?” Dan lihatlah, Patrick, bintang laut yang tidak punya otak itu memberi jawaban yang sekaligus menjadi titik yang tepat: “Menunggumu kembali!” Ngeri ka tida itu jawaban Jawaban dengan tipe seperti itu adalah model jawaban yang kena di ulu hati, menusuk jantung, rusuk, dan tulang kering. Kau harus sering mencari jawaban seperti itu, dan dia akan mengagumi, dan semakin. Encooook!

BACA JUGA
Di Manggarai Ada Ngkiong, Kancilan Flores Bersuara Merdu dan Intel yang Tak Suka Pamer

Kesepuluh, Belajar Menjadi Penyabar

Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses pedekate? Tidak ada batasan pasti. Kau bisa memerlukan waktu setahun dari tahap perkenalan sampai penembakan, bisa juga sebulan. Tetapi terlampau terburu-buru hanya akan membuat segala persiapan menjadi sia-sia.

Minyak rambut dan parfum yang kau pakai di pertemuan pertama bisa jadi akan terbuang percuma kalau pada pertemuan kedua kau langsung ‘ungkap’. Take your time because it takes time, Fellas. Menikmati seluruh proses pedekate dengan sabar, selain merupakan kunci keberhasilan, juga merupakan tiket di mana kau merayakan kemenangan dengan penuh sukacita.

Yup, hanya kemenangan yang sulit yang dirayakan lebih lama dan hebat. Kemenangan yang terlalu mudah, biasanya tidak hadir dalam cerita-cerita di kemudian hari. Kalau kau terlalu terburu-buru mengungkapkan perasaan, akan terbaca bahwa kau terlalu mudah jatuh cinta. Bacaan yang demikian akan membuat siapa saja yang kau dekati tidak akan merasa sebagai orang yang spesial.

Padahal, salah satu hal penting dalam membangun hubungan yang baik adalah membuat dia merasa sebagai orang yang spesial. Kondisi itu harus diciptakan dan kau harus menjadi penciptanya. Nothing is easy, Guys. Bahkan seorang nelayan harus merajut jaringnya dengan sabar sebelum terjun ke laut dan pulang dengan tangkapan yang hebat. Itu!

Penutup

Ya, saya membuat catatan penutup untuk dua postingan panduan pedekate terkini ini. Tetapi saya menghindari cara menutupnya dengan cara biasa seumpaman saran dan kesimpulan. Saya hanya ingin menutup artikel ini dengan satu kata: sadarlah!

Meski hanya satu kata, sadarlah di atas berarti saran untuk segera berhenti jika seluruh tips ini sudah kalian gunakan dan tetap tak berhasil. Kesadaran yang perlu dibangun adalah:

  • Kau tidak cukup baik dalam menerapkan 10 panduan ini;
  • Dia bukan orang yang tepat untukmu; dan
  • (Ini agak menyedihkan) Kau bukan orang yang tepat untuknya. Oh, Dewaaa…

Selamat siang dan jadilah orang hebat. Betul?

4 September 2017

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

Seri panduan pedekate terkini ini telah selesai. Salam banyak.

Bagikan ke:

4 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *