Ombeng Itu Berarti Menari Kah?

Gara-gara tak punya Kamus Bahasa Manggarai dan lebih sering bercakap-cakap dengan Bahasa Indonesia, kami orang Manggarai kerap bingung kalau ditanya arti kata tertentu. Ombeng adalah salah satu kata yang agak sulit dijelaskan. 

ombeng itu berarti menarik kah
Diah Cesilliana Putri, Co-Koreografer di Drama Musikal Ombeng | Foto: Frans Joseph, Ruteng

Ombeng Itu Berarti Menari Kah?

Rasanya beberapa orang harus mengubek-ubek seluruh isi kepalanya untuk bisa membuat rumusan yang tepat tentang Ombeng. Ombeng itu artinya apa e? Mmmm, mungkin menari e. Atau menyanyi? Atau tinju? Aeh… 
Ombeng itu berarti luas sesungguhnya. Kalau misalnya ada yang bilang ombeng itu berarti menari, mungkin karena ekspresi yang keluar dari seseorang yang hendak berombeng ria itu adalah gerakan badan yang berirama; kepala yang mengangguk-angguk, tangan yang melambai-lambai seumpama nyiur, bola mata yang merem melek genit, dan lain sebagainya. Lantas, ombeng itu berarti apa?
Pada cerita pertama tentang Ombeng di blog ini, sebenarnya saya sudah berusaha membagi apa yang saya dapat tangkap tentang arti kosakata Manggarai ini. Saya menulis begini: Ombeng itu berhubungan dengan gaya, dan atau keindahan. 
Ombeng: sesuatu yang dapat menumbuhkan kekaguman karena citarasa seni yang muncul dari gaya atau sebuah tampilan. Orang yang berkesenian dengan indah dapatlah disebut sebagai orang yang ‘ombeng’. 
Kalau demikian, menari adalah salah satu bagian yang dapat menjelaskan arti kata itu. Untuk itulah, di Drama Musikal Ombeng yang kisahnya telah kami mulai akhir 2015 silam, tarian menjadi unsur yang mendapatkan bagian yang penting.

Baca juga: Kumcer Iksaka Banu “Semua untuk Hindia”, Sebuah Tanggapan Pembaca

Bukankah sudah saya ceritakan sebelumnya bahwa di Ombeng, tidak ada satu jenis kesenian yang dominan? Ya, itu betul. Kalau tidak percaya, silakan tanya yang sudah nonton. Atau bisa lihat di tulisan sebelumnya #eh

Karena itulah pada bagian ini, yang akan saya ceritakan adalah beberapa tarian yang ada di pentas yang melibatkan lebih dari 30 pemain plus crew ini. Mau tahu apa saja dan bagaimana tarian-tarian itu? Let’s go! 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
BACA JUGA
Hamka, Cinta Kami Sering Kandas

Tarian Labar Cama 

Dalam bahasa Indonesia, labar cama berarti bermain bersama. Dalam dunia tari Manggarai, Labar Cama adalah judul tarian yang berisi kegiatan muda-mudi Manggarai di natas bate labar, pelataran, halaman, tempat bermain. Koreografer Febry Djenadut menciptakan tarian berjudul Labar Cama dengan ‘memakai jasa’ dua lagu yakni Ngkiong dan Cau Lime Taude karya Ivan Nestorman. 
Di drama musikal Ombeng, labar cama yang versi panjangnya pernah dipentaskan di panggung pekan puncak Sinode III Keuskupan Ruteng itulah, menjadi pembuka pentas. Beberapa saat setelah tarian itu dipentaskan, Bapa Tua (diperankan oleh Erick ‘Ujack’ Demang) bilang: “Manik keta nai’g lelo sae’s. Di’a keta ombeng lomes se (Betapa nikmat rasa hati melihat tarian itu. Betapa baik kalian bergaya memikat).” 
Pujian yang merujuk pada gerak tari memukau yang dipentaskan lima pemudi dan lima pemuda. Ada juga langkah double step di tarian yang dibuat koreografer yang baru saja menjadi Mama dari seorang putri cantik bernama Kayla. Febry sendiri sudah lama di dunia tari. 
Sebelum menjadi koreografer kami pada Opera Ora the Living Legend pada Sail Komodo 2013, dia pernah menjadi koreografer terbaik pada sebuah festival di Jogja. Di Ombeng, Febry tidak menari tetapi karyanya menjadi warna indah untuk pentas kami; meski tentu saja sebuah langkah tak sengaja malah merusak formasi. Kekacauan kecil di akhir tarian Labar Cama adalah gerbang pertama yang harus dilewati sebelum kita menikmat Ombeng secara keseluruhan dan terpana. *smile 

Tarian Saeh Go Lino Ge

Ini adalah judul tarian yang juga diciptakan oleh Febry Djenadut. Tarian ini sebetulnya adalah theme dance Komunitas Saeh Go Lino Ruteng. Telah beberapa kali dipentaskan oleh Diah Cesilliana Putri, Okta Rewes, Valentina Etind Damon, dan Febry sendiri, Saeh Go Lino Ge bercerita tentang kehadiran manusia di tengah semesta dan usaha merapikan jejak-jejak sendiri yang merusak alam. Ya, kami cinta bumi dan ingin menari bersamanya; menarilah kau bumiku, saeh go lino ge
Pada versi utuh, tarian ini memakai lagu indah Ngkiong Le Poco karya Kae Ivan Nestorman dan satu track perkusi milik Safri Duo. Di drama musikal Ombeng, atas persetujuan sang koreografer, tarian ini dipendekkan dengan nyanyian Ngkiong Le Poco live oleh Rhiny Woloz yang juga ikut menari. 
Ada Hilde Ndaeng Hilde di formasi ini sedang koreografernya berlibur. Saeh Go Lino Ge versi Ombeng dipentaskan sebagai lukisan tanah Nuca Lale yang indah tempat burung-burung bernyanyi dan bunga-bunga menari. Ada tambahan gerakan awal ketika jiwa para penari seperti dirasuk dewi tari dan mereka menari solo dan cantik.

BACA JUGA
Menjadi Orang-orang Kecil, Renungan RD Lian Angkur

Mereka lalu menari bersama pada lirik fly me to the sky, dan… Dorus jatuh cinta pada Daria. Ditingkah sayat melodi Pompy Pojus, mereka menari dengan indah, indah sekali bagai tak ada lagi yang dapat lebih indah. Ah… kalimat ini polanya Seno Gumira Ajidarma kan? Saya pinjam, Om Seno. 

Goyang Internet

Selain Labar Cama dan Saeh Go Lino Ge, ada beberapa koreografi lagi yang ada di pentas ini. Ada satu yang Bapa Tua sebut sebagai “Goyang Internet”, dan kami wajib berterimakasih kepada Bapa Tua atas usulan ini karena kami sebelumnya lupa memberi nama. 
Goyang Internet adalah modern dance yang pola dasarnya memang diambil dari internet dan disentuh ulang oleh koreografer muda Diah Cesilliana Putri. Bersama Celly Djehatu, Ferdy Mozakk, Djehatu Ary dan para penari perempuan yang sudah saya sebut nama mereka di status sebelumnya, Putri menampilkan dance yang bertujuan menjelaskan definisi internet bagi kaum muda; di internet kami bisa belajar apa saja saat kalian orangtua sedang sibuk saling menyalahkan. 
Tentang bagaimana Goyang Internet dapat memberikan penjelasan yang cukup tentang definisi internet sebagai tempat belajar, tampaknya Bapak, Ibu, Sodara, Sodari sekalian perlu menyaksikannya sendiri. Dance yang ini mantap punya. Sunggumati. Itu yang menari, enerjik betul. Kalau tidak percaya, silakan tanya Candra Segau, teman kami yang setia berdoa pada setiap jadwal pementasan Ombeng dan kegiatan kami yang lain. Iya to, Can? 
Putri yang bersama grupnya pernah merajai (atau meratui?) pentas modern dance di Ruteng beberapa tahun silam, juga mengatur simple choreography untuk Anak Sekolah dan Kumpul Bocah. Di lagu Kumpul Bocah yang dinyanyikan dengan ceria oleh Rossy ‘Rose-she’ Wilhelmina , pelakon dan choir membangkitkan memori kolektif kita pada permainan masa kecil. 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
BACA JUGA
Indonesia Negeriku Amnesia

Jadi begitu. Tarian di Ombeng itu sesuatu sekali. 

Mengapa kami tampak begitu berusaha agar tarian itu ‘sesuatu’ di sana? Karena dalam pengamatan, di tempat kita, seniman tari kurang mendapat perhatian. Mereka akan diminta tampil di panggung sebagai acara selingan. Ketika orang-orang pergi ambil makan di sebuah resepsi, para penari diundang untuk mengisi panggung dengan prinsip, ditonton baik, tidak juga tidak apa-apa. Kan sedih.
Baca juga: Puasa ini Saya Ingat Latung Bombo

Padahal proses penciptaan tarian itu panjang sodara. Untuk itulah, saya mengingatkan beberapa penari untuk menolak tawaran menari di acara yang demikian. Ya, tolak dengan sungguh-sungguh. Tolak saja. Tapi kalau mereka berani bayar mahal, terima. Ya, terima saja halaaah

Bagaimana. Sudah punya gambaran tentang ombeng itu berarti apa? Kalau sudah, mari lengkapi gambarnya dengan menyaksikan penampilan mereka di Ombeng pertengahan Juni ini. Di Ruteng, ya. Ada Putri, Okta, Eltin, Rinny, Hilde, Mozakk, Kojek, Celly, Ancik, dan Sintus Ronald yang selalu menari dengan senyum yang luar biasa. Bagus kan? Btw, Ombeng itu berarti apa saja seturut gambar dan rupa all… halaaaah. Ya bisa apa saja, termasuk nama tengah. Ombeng itu bisa jadi nama tengah. 
Salam
Armin Bell
Ruteng, Flores
Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *