Kita bertemu lagi dalam seri Menjadi Blogger Tidak Akan Buat Seseorang Mendadak Keren. Ini adalah bagian ketiga, membahas panduan praktis dalam mengelola blog.
Ruteng, 5 Juni 2017
Meski judul tulisan ini terasa sungguh negatif–kata ‘tidak’ kerap dihubungkan dengan sesuatu yang salah atau negatif, tetapi tidak seperti itu juga kenyataannya. Menjadi blogger itu keren. Konfirmasi atas pernyataan tersebut dapat dilihat dari cukup banyak orang yang menjadi selebriti, berkarir di layar kaca, mendapat banyak followers hanya karena menjadi blogger. Belum lagi berita-berita yang tersebar di mana-mana tentang blogger berpenghasilan jutaan sebulan. Keren to? Tidaaaak!
Tujuan menjadi blogger tentu saja boleh seperti dua hal di atas; menjadi artis dan berpenghasilan jutaan, tetapi sebaiknya tidak langsung dipikirkan di awal masa-masa ngeblog. Itu nanti. Makanya saya pakai frasa ‘mendadak keren’ pada judul. Mendadak keren, ya. Bukan menandak lalu keren. Eh? Menandak itu artinya sudah lain. Lihat KBBI versi daring (online) kalau tidak percaya. Pertanyaannya adalah: Bagaimana seseorang bisa menjadi blogger yang keren? Ada yang bertanya seperti itu? Kalau tidak ada berarti itu adalah pertanyaan saya sendiri yang sedang saya perjuangkan jawabannya #halaaah.
Bagaimana Jeff Goins, Radit, atau seseorang lainnya bisa meraih popularitas hanya karena menulis di blog? Saya membaca cukup banyak artikel dalam kegiatan blogwalking saya dan lebih dari tujuh puluh persen menulis tentang hubungan antara konten blog dengan kekerenan seseorang. Nah! Itu artinya konten blog adalah maharaja, to? Karena itulah, saya mengutak-atik tentang konten blog dalam seri tulisan ini. Untuk yang sudah baca seri pertama tulisan ini, telah saya bagi informasi tentang apa itu konten blog. Bagi yang tiba-tiba terjebak ke bagian ketiga ini, saya ingin membagi informasi ulangan.
Menurut KBBI, blog adalah catatan harian atau jurnal pribadi di internet yang dapat diakses oleh siapa saja. Sedangkan konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Maka konten blog dapat berarti: Informasi yang disediakan dalam jurnal pribadi di internet yang dapat diakses oleh siapa saja.
Yup. Begitu. Saya copas bagian tadi dari seri pertama.
Nah, setelah mengetahui apa itu konten blog (blog content), langkah selanjutnya adalah mempelajari cara mengelola konten blog dengan baik dan benar. Bagian pertama dan kedua sesungguhnya sudah banyak sekali membahas topik ini. Tetapi barangkali tidak cukup menjawab kebutuhan blogger karena dunia blogging selalu berkembang. Dan itu baik. Semua hal di dunia ini harus berkembang, bila perlu bertambah. Yang tidak boleh bertambah adalah jumlah kekasih. Apa? Hmmm…
Baca juga: Kumcer Iksaka Banu, Semua untuk Hindia, Sebuah Tanggapan Pembaca
Jeff Goins dan Radit adalah dua blogger yang saya tulis namanya di postingan ini. Mengapa mereka terkenal? Saya menduga (juga berdasarkan riset pada laman blogger terkenal lainnya), beberapa hal berikut adalah alasan mengapa satu blog layak dikunjungi.
Panduan Mengelola Blog, Tidak Mendadak Keren (Lanjutan)
Pertama: Tulisan harus ramah!
Jika blog seumpama rumah makan dan konten blog adalah jenis makanan yang disajikan, maka format atau gaya penulisan adalah pelayan rumah makan tersebut. Akankah Anda rajin berkunjung ke rumah makan yang makanannya enak tetapi pelayanannya buruk?
Katakanlah konten blog kita berisi informasi aktual tentang cara mengelola patah hati kekinian. Sekian banyak orang mencari kita di search engine, lalu bertemu tulisan kita yang kasar, menggurui, atau menasihati. Dapatkah seseorang betah? Mengingat kecendrungan pribadi tentang betapa malasnya saya mengikuti pelajaran yang gurunya cenderung menggurui, kasar, dan seumpama penasihat, dapatlah disimpulkan bahwa blog dengan tiga konsep itu akan dengan mudah ditinggalkan.
Tulisan di blog harus ramah. Jangan marah-marah. Kalau toh terpaksa marah, lakukan dengan ramah. Seperti ketika Sam Smith marah dalam lagu “I’m Not The Only One”, suaranya ramah sekali kan? Saya memainkan lagu itu berulang-ulang. Ngeblog itu kira-kira seperti itu.
Kedua: Judul dan paragraf pertama harus menarik!
Yup! Harus, Kawans. Kalau blog adalah pentas drama, buatlah opening yang grande. Aeeeh… apa lagi ini tah? Pokoknya begitu. Kalau paragraf pertama kita membosankan, percayalah paragraf kedua akan lebih membosankan. Eh? Bukan begitu. Maksudnya, paragraf pertama itu seumpama pelataran rumah dan judul adalah gerbangnya. Maka gerbang harus terbuka dan pelataran rumah harus terlihat nyaman. Jika mampu menyiapkan dua hal itu dengan baik, niscaya para pengunjung tidak akan merasa rugi menghabiskan waktu di postingan kita. Sesungguhnya aturan ini berlaku untuk semua jenis creative writing.
Ketiga: Panjang artikel harus ideal!
Ini debatable. Bisa diperdebatkan panjang dan lebarnya. Bagaimana panjang artikel ideal untuk sebuah blog? Seribu? Dua ribu? Atau seperti Surat Panjang tentang Karak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya-nya Dewi Kharisma Michellia?
Silakan cari ke mana-mana, yang akan ditemui adalah penjelasan tentang sekitar 500 sampai 1000 kata sebagai syarat untuk satu artikel blog. Kecuali bahwa tulisan kita sangat menarik atau sangat penting, hindari menulis satu postingan yang jumlah katanya sampai puluhan ribu. Jangan buat makalah di blog. Tidak akan membuatmu mendadak keren.
Skripsi juga tidak boleh dalam satu postingan. Tentu saja untuk satu topik ada sangat banyak yang ingin kita katakan. Sebaiknya bagaimana? Buat tulisan berseri seperti yang saya lakukan ini. Jika beruntung, satu tulisan akan berhasil menggiring pembaca ke tulisan lainnya di blog yang sama. Memaksakan diri memuat semua bagian dalam satu postingan akan membuat tulisan kita terasa menjenuhkan padahal yang boleh jenuh hanya Rio Febrian. Itu!
Keempat: Tulis artikel asli!
Apa istilah yang tepat? Orisinil? Original? Orisinal? Yang penting itu. Maksud saya, seseorang dilarang membuat blog yang isinya hanya menjiplak tulisan orang lain. Plagiarisme itu tidak baik. Dilarang. Dan, terutama (untuk seorang blogger), plagiarisme tidak disukai mesin pencari besar bernama google. Artikel-artikel copas-an hanya akan membuat blog kita dimusuhi search engine. Pembaca manusia dapat dengan mudah dibohongi dengan artikel plagiarisme tetapi pembaca robot agak sulit. Ini ironi barangkali, bahwa robot lebih baik dalam membaca daripada manusia. Begitulah kenyataannya. Nah, karena nasib blog juga tergantung ‘disukai robot atau tidak’, menulis artikel asli adalah jawaban terbaik.
Alasan lain untuk poin ini tentu saja karena konsekuensi atas hasil postingan kita adalah kenikmatan personal; dipuji karena tulisan sendiri, dimaki dan kita memperbaiki diri. Begitu kira-kira. Tahukah Anda bahwa mesin pencari sudah lama alergi dengan pelaku copas? Kita tidak bisa menyogok mesin pencari dengan sekantung CTM, Guys.
Kelima: Lakukan riset!
Kesannya seperti para peneliti-peneliti itu, ya? Yang apa-apa selalu bawa-bawa soal research bla bla bla. Tetapi memang demikian seharusnya. Tulisan blogger wajib diawali dengan riset. Riset tentu saja bisa dilakukan dengan berbagai metode: blogwalking, buku, atau pengalaman personal. Artinya kalau kita menulis tips atau panduang di blog berdasarkan pengalaman personal, itu juga namanya based on research. Tetapi jangan menyampah. Dilarang membuang sampah di blog. Curahan patah hati, surat balasan dari Starla yang tidak memuaskan, pengalaman ciuman pertama kali di bawah pohon akasia sebaiknya tidak perlu diunggah ke blog.
Fine, blog itu personal. But, please! Nobody wants to know how much you love me. Eh? Bagian ini berhubungan erat dengan poin selanjutnya. Ya! Banyak poin, sebab kita tidak bisa mendadak keren!
Keenam: Menjadi penyedia bacaan alternatif!
Salah satu tugas blogger adalah menyediakan bacaan alternatif, pengetahuan baru, atau hal lain yang tidak jadi perhatian media arus utama. Bermainlah dengan baik, mengelola soal dari sudut pandang yang berbeda. Apa bagusnya sebuah blog yang hanya membahas suatu soal dari sudut pandang yang sama yang telah dimuat media lain?
Dalam konteks bacaan alternatif ini, apakah curhatan kita mampu menjadi bacaan alternatif untuk mereka yang juga sedang ingin curhat? Eh, ini bagaimana maksudnya? Pokoknya, begitulah. Tidak perlu berjuang menjadi blogger kalau tulisan kita tidak berbeda dengan tulisan orang lain, tidak khas, dan tidak mampu menjadi alternatif persinggahan para musafir haiyaaaa…. Misalkan Anda ingin menulis tentang surat cinta, berhentilah membahas tentang Starla atau lagu Surat Cinta milik Vina Panduwinata. Itu sudah terlampau umum. Sediakan alternatif.
Jadi begitulah!
Semoga bahasan ini dapat dimengerti. Semoga tulisan ini tidak serumit cara memahami pikiran para ibu yang mengendarai sepeda motor menyalakan lampu sein kiri padahal mereka belok kanan. Semoga ulasan ini tidak sesulit mengerti perasaanmu kepadanya, Oh… Tuhan. Akhirnya, izinkan saya mengakhiri seri ini dengan mengucapkan jika ada jarum yang patah, berhentilah membeli jarum dengan merk yang sama. Maafkan pembuat jarum itu. Adoooh….
–
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell