dongeng brothers grimm hansel dan gretel

Dongeng Brothers Grimm – Hansel dan Gretel

Kali ini kita akan menikmati Hansel dan Gretel. Dongeng yang disiarkan di sini sedapat mungkin adalah penceritaan ulang, bukan alih bahasa. Alur asli cerita tetap dipertahankan.


8 Januari 2021

Hansel dan Gretel

Pada zaman dahulu kala, hiduplah satu keluarga yang bahagia. Terdiri dari Ayah, Ibu, dan dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Kedua anak itu bernama Hansel dan Gretel.

Namun sayang, kebahagiaan keluarga itu tidak berlangsung selamanya. Suatu ketika Ibu mereka meninggal dunia karena sakit. Sejak saat itu Hansel dan Gretel selalu bersedih. Ayah mereka mencoba menghibur dua anaknya itu, namun tidak berhasil. Bahkan ketika Ayah mengambil istri baru dengan harapan akan mampu menceriakan hari-hari mereka, semua hal malah menjadi semakin buruk.

Ibu baru mereka sangat jahat. Dari pagi hingga petang Hansel dan Gretel disuruh terus bekerja. Mereka hanya diberi makan satu kali. Hidup kedua anak itu menjadi semakin menderita.

Ketika musim kemarau tiba, dan keluarga mereka tidak mempunyai pasokan makanan, Ibu baru mengusulkan kepada Ayah agar Hansel dan Gretel dibawa ke hutan. Tinggalkan mereka di sana, katanya pada Ayah. Ayah sangat terkejut mendengarnya.

“Kau ingin anak-anak mati?” Tanya Ayah.

“Kau ini memang bodoh. Kalau kita tidak melakukannya, kita semua yang akan mati!”

Ayah akhirnya tidak bisa berkata apa-apa lagi karena istrinya terus mendesaknya.

Dari balik kamar, Hansel dan Gretel mendengarkan percakapan itu. Mereka sangat ketakutan, dan Gretel pun menangis. “Apa kita akan mati di hutan?” Tanya Gretel. “Aku punya ide,” kata Hansel. Dia lalu keluar rumah dan mengumpulkan batu-batu kecil putih. Batu-batu itu akan bersinar bila terkena cahaya bulan.

Keesokan paginya Ibu membangunkan Hansel dan Gretel, memberitahu bahwa mereka sekeluarga akan pergi ke hutan. Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada dua anak itu. Sambil berjalan Hansel membuang batu kecil putih yang telah dikumpulkannya. Dibuangnya batu-batu itu satu per satu. Karena Hansel berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayahnya menjadi curiga.

“Sedang apa, Hans?” Tanya Ayah.

“Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hans berbohong.

Baca juga: Dunia Anak dalam Mirah Mini – Hidupmu Keajaibanmu

Tibalah mereka di tengah hutan. Ayah dan Ibunya pergi menjauh dengan alasan akan menebang kayu. Saat itulah Hansel dan Gretel ditinggalkan. Mereka menjadi sedih. Tetapi tak lama.

Di tengah hutan, Hans menemukan seekor kupu-kupu dan mengejarnya dengan ceria. Gretel asyik membuat kalung dari bunga. Mereka semakin gembira karena bisa bermain-main bersama teman baru. Kelinci, bajing, dan burung-burung kecil. Tanpa terasa waktu berlalu. Matahari pun mulai tenggelam dan hari menjadi gelap. Suara burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin yang berdesir. Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hans berkata menenangkan. “Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang dengan selamat,” katanya pada adik perempuannya itu.

BACA JUGA
Lima Film Anak Paling Sering Tayang di Rumah Kami, Ada Cats and Peachtopia

Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon, cahaya bulan menerobos menyinari bumi. Hans segera mengajak Gretel pulang ke rumah, memegang tangannya dan menyusuri jalan tanpa ragu.

“Bagaimana Kakak bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap begini?” Gretel bertanya heran.

“Oh. Batu-batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang. Mereka bersinar karena cahaya bulan. Itu akan menolong kita pulang ke rumah.”

Mereka tiba di rumah dengan selamat. Sang Ibu heran melihatnya dan segera mencari tahu bagaimana dua anak kecil dapat pulang dengan selamat dari hutan yang jauh. Dia akhirnya tahu ketika membuka pintu dan melihat batu-batu kecil putih yang bersinar. Aku tahu cara kalian. Besok kita akan pergi lagi, tetapi kalian tidak bisa mengandalkan batu-batu kecil putih itu lagi, kata Ibu dalam hati. Hansel dan Gretel disuruhnya masuk ke kamar mereka, menguncinya dari luar, lalu tidur.

Baca juga: Saeh Go Lino, 7 Tahun dan Berlipat Ganda

Keesokan harinya, rencana meninggalkan dua anak itu di hutan kembali dilakukan. Mereka melalui jalan yang lain. Hansel panik karena tidak sempat mengumpulkan batu-batu kecil putih. Dengan terpaksa ia mencuil-cuil potongan roti bekal mereka, dan menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.

Sampailah mereka di tengah hutan dan Ayah dan Ibu meninggalkan mereka seperti sebelumnya. Hansel dan Gretel bermain-main seperti kemarin sampai malam tiba.

Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka beranjak pulang. Dengan susah payah mereka mencari potongan-potongan roti sebagai petunjuk, namun tak kunjung menemukannya. Hansel tidak pernah tahu bahwa jejak yang dibuatnya dengan susah payah, telah dimakan oleh burung-burung kecil.

“Kakak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu?” Gretel berteriak cemas. “Kita akan mati. Aku takut,” teriaknya lagi dan mulai menangis.

“Jangan khawatir, Dik. Ibu yang ada di surga pasti menolong kita,” Hansel menghibur adiknya sambil berusaha berjalan menembus malam.

Karena lelah, mereka akhirnya tertidur di bawah pohon. Ketika cahaya matahari mulai bersinar, Hansel dan Gretel terbangun dan disambut suara kicauan burung. Tiba-tiba mereka mencium aroma masakan yang lezat.

Mereka segera berlari ke arah datangnya aroma lezat itu. Seperti mimpi, mereka melihat rumah kue. Atapnya terbuat dari tart, pintunya dari cokelat, dan dindingnya dari biskuit. Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.

BACA JUGA
Novel Pulang Leila S. Chudori, Melawan Lupa

Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar. “Siapa yang berani memakan rumah kue kesayanganku?” Sesaat kemudian muncullah Nenek Sihir Tua. Wajahnya seram, matanya memancarkan sinar berwarna merah. Hansel dan Gretel segera ditangkap. “Anak-anak yang lezat. Sebagai hukuman karena telah memakan rumah kue kesukaanku, aku akan memakan kalian,” katanya sambil tertawa. Tawa yang menyeramkan.

Dengan kasar, Nenek Sihir Tua itu menyeret Hansel masuk ke dalam penjara. Setelah itu ia berkata kepada Gretel, “Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan memakannya. Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak.”

Nenek Sihir itu sudah tua sekali. Matanya mulai rabun. Pada saat itu Hans dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka tabah. “Tabahlah Gretel. Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita.”

Beberapa waktu kemudian, Nenek Sihir Tua mendekati penjara Hans. Dia ingin melihat apakah tubuh Hans sudah menjadi gemuk. “Aku lapar. Sudah seberapa gemuk tubuhmu? Ayo ulurkan tanganmu,” kata Nenek Sihir Tua itu di depan pintu penjara Hansel.

Baca juga: Sebuah Telepon Pintar, Kumatikan!

Hansel anak yang pintar. Dia tidak kehilangan akal. Ia tahu mata Nenek Sihir Tua itu sudah rabun. Segera diulurkannya tulang sisa makanan kepada Nenek yang rabun itu. Betapa kecewanya Nenek karena Hans tidak bertambah gemuk.

Karena kecewa, ia lalu bermaksud untuk memakan Gretel. Disuruhnya Gretel membakar roti. Ketika Gretel menyalakan api di tungku, Nenek Sihir Tua itu mencoba mendorongnya ke nyala api. Untunglah Gretel dapat menebak maksud jahat itu. Dengan cepat ia berbalik.

“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini,” katanya sambil meminta Nenek Sihir Tua itu membantunya. Nenek tidak sadar kalau ia sedang diperdaya Gretel. Ia pun membuka tutup tungku. Tanpa membuang kesempatan, Gretel mendorong Nenek Sihir Tua itu ke dalam tungku.

Nenek berteriak kesakitan. “Tolong. Ini panas sekali,” jeritnya. Gretel tidak peduli. Dengan cepat ia menutup pintu tungku. Setelah memastikan bahwa pintu tungku tak bisa dibuka dari dalam, Gretel berlari ke arah penjara untuk menolong Hans. “Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Mereka berpelukan dan berencana segera pergi dari rumah Nenek Sihir Tua itu.

Ketika akan pergi, tanpa sengaja mereka menemukan banyak harta karun. Mereka membawanya serta.

Mereka bergegas tetapi segera berhenti ketika sadar bahwa jalan yang mereka lalu melintas sungai yang besar. Tak ada jembatan, dan sungai sedang banjir. Mereka menjadi bingung. Saat itu, entah dari mana datangnya, tiba-tiba muncul seekor angsa cantik. “Naiklah ke punggungku,” ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa itu mengantarkan mereka menyeberangi sungai.

BACA JUGA
Mendidik Anak Menjadi Juara atau Menjadi Baik?

Tidak hanya sampai di situ, angsa menemani mereka dalam perjalanan pulang. Dari langit dia menunjukkan jalan pulang pada Hansel dan Gretel hingga tiba di batas hutan. Tanpa mereka ketahui, angsa itu sesungguhnya adalah Ibu mereka yang ada di surga. Angsa itu kemudian menghilang.

Pada saat itu, muncullah Ayah mereka yang sangat cemas. “Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kalian lagi.” Lalu diceritakannya bahwa Ibu tiri yang jahat sudah meninggal dunia. Mereka pun hidup bahagia selamanya.

Selesai

Disclaimer: Dongeng Hansel dan Gretel yang saja Anda baca adalah hasil tulis ulang berdasarkan sejumlah tulisan dan kisah lisan yang telah didengar dan cukup banyak versi. Bukan terjemahan atau alih bahasa. Pernah didongengkan di LG Corner Ruteng pada kegiatan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak.

* * *

Beberapa Cerita di Balik Dongeng Brothers Grimm

Hansel dan Gretel adalah salah satu dongeng paling terkenal di dunia. Dongeng ini ditulis oleh Brothers Grimm (Jacob dan Wilhel Grimm) dua penulis kenamaan Jerman di abad ke-19.

Dongeng Hansel dan Gratel ini juga dikenal dengan beberapa judul lain, seperti: Hansel and Grettel, Hansel and Grethel, dan Little Brother and Little Sister. Secara keseluruhan, dongeng ini berkisah tentang dua bersaudara yang diculik oleh seorang kanibal yang hidup di tengah hutan.

Linda Raedisch, penulis The Old Magic of Christmas: Yuletide Traditions for the Darkest Days of the Year (2013) dalam analisisnya menulis kemungkinan tahun asal dongeng dan lingkungan sosial saat ini. Menurut Raedisch, Hansel dan Gratel sangat mungkin berasal dari abad pertengahan pada era the great famine (kelaparan besar).

Pada masa yang berlangsung antara 1315 – 1321, derita kelaparan membuat orang-orang putus asa dan terpaksa meninggalkan anak-anak untuk menjaga diri mereka sendiri. Ada yang bahkan terpaksa melakukan kanibalisme.

Dongeng karya Brothers Grimm ini telah diadaptasi ke berbagai medium, termasuk sebuah opera karya Engelbert Humperdinck pada tahun 1893. Cerita-cerita yang dihasilkan Grimm Bersaudara ini banyak dianggap sebagai kisah-kisah yang tidak ditujukan untuk dongeng anak. Beberapa pemerhati mengemukakan pandangan bahwa kisah-kisah yang ditulis Brothers Grimm pada versi aslinya adalah cerita-cerita yang kejam.

Cerita-cerita Jacob dan Wilhelm Grimm yang dikenal dewasa ini telah mengalam perubahan serius, baik pada ending maupun pada bagian-bagian kejam yang lalu dihaluskan agar dapat menjadi bacaan keluarga. (*dari berbagai sumber)

Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *