HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng, Ada Gadis Korek Api

Tak ada pesta hari itu. Donasi tak mampir ke LG Corner. Eh, ini kok mirip judul dua tulisan ya? Yang pertama Aan Mansyur “Tak ada New York Hari ini” dan yang kedua, Ayu Utami “Laila tak mampir ke New York” *smile. Btw, ini bagian kedua dari tulisan tentang HUT Kedua kegiatan kami. Kali ini ada Gadis Korek Api dalam cerita.

hut kedua dongeng untuk anak di ruteng ada gadis korek api
Erick Ujack Demang Mendongeng di HUT Kedua Dongeng untuk Anak | Dok. Saeh Go Lino

HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng, Ada Gadis Korek Api

Pada bagian sebelumnya sudah dibahas tentang betapa bodohnya kami merancang sebuah kegiatan tanpa pernah berpikir bahwa kegiatan itu akan berulang tahun. Dua tahun lalu kami memulai kegiatan yang bernama “Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di LG Corner Ruteng”, tak ada bayangan bahwa kegiatan yang berawal dari mimpi itu akan sempat merayakan ulang tahun. Sejujurnya ketika memulai, saya sendiri ragu apakah kami akan konsisten atau akan kehabisan napas di bulan ketiga. 
Maka ketika tiba-tiba saja kami harus merayakan ulang tahun yang kedua, saya bingung harus buat apa. Niat mengumpulkan hadiah dengan pola crowdfunding melayang bebas tak berbekas seperti awan hitam yang pecah menjadi hujan cie cieee. Bukan karena tidak banyak yang menyumbang tetapi karena proposalnya keburu hilang dari internet. Maka tak ada pesta. 
Simak catatan lengkap tentang pesta yang batal itu di tautan ini.
Tetapi bagaimana pun, momen ulang tahun harus dirayakan lebih spesial. Maka donasi yang sempat terkumpul akhirnya kami bagi. Ada enam anak yang mendapatkan hadiah pada perayaan itu setelah berhasil menyelesaikan enam tantangan, seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 

  • Tahun berapakah delapan orang Manggarai dibaptis menjadi Katolik di Jengkalang, Reo? (Jawaban: Tahun 1912, awal masuknya Gereja Katolik di Manggarai); 
  • Peristiwa besar apakah yang ada di sekitar cerita dongeng Gadis Korek Api? (Jawaban: Malam Natal); 
  • Kerajaan apakah yang diceritakan dalam legenda Loke Nggerang? (Jawaban: Kerajaan Todo); 
  • Siapakah imam yang paling lama menjabat sebagai Pastor Paroki Katedral Ruteng? (Jawaban: Rm. Max Nambu, Pr). 

Selain menjawab pertanyaan, seorang peserta mendapat hadiah karena mampu menceritakan lagi legenda Amina si Elang Bondol, legenda dari Komodo yang ditulis ulang oleh Zacharias Angkasa.

dongeng untuk anak di ruteng
Persiapan HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng

Tetapi sebelum beberapa anak pulang dengan hadiah, perayaan ulang tahun kedua kami diawali dengan evaluasi. Saat itulah ada Gadis Korek Api. Bai de wei, tahu Gadis Korek Api kan? Itu adalah salah satu dongeng karya H.C. Andersen (diterjemahkan dari “The Little Match Girl”) yang pernah didongengkan pada salah satu pertemuan di tahun pertama di LG Corner Ruteng.

Nah, pada ulang tahun kedua yang kami rayakan sebulan lebih lama dari seharusnya–ultah kegiatan sesungguhnya jatuh pada Januari dan baru dirayakan pada 19 Februari 2016–judul itu kembali disebut. Kok bisa? 

Begini ceritanya… 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Sebelum pendongeng dari Komunitas Saeh Go Lino Ruteng, Erick Ujack Demang, mulai bercerita, tugas saya adalah mengajak pendengar kami dari kelompok kategorial PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng untuk melakukan evaluasi atas kegiatan yang telah berlangsung selama ini. Mereka diminta untuk menjawab tiga pertanyaan, dan menulis jawabannya di kertas yang kami bagi. 

Tiga pertanyaan evaluasi untuk kegiatan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di LG Corner Ruteng tersebut adalah: 1). Apa komentar kalian tentang kegiatan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak?; 2). Dongeng apa yang paling kalian ingat?; dan 3). Apa harapan kalian untuk kegiatan ini di waktu-waktu berikutnya? 
Ada sekitar dua puluhan anak yang menjawab. Mereka adalah yang sudah lama tergabung dalam komunitas pendengar dongeng ini dan telah mengikuti banyak pertemuan. Jawaban atas pertanyaan pertama begitu beragam. Saya mengutip beberapa jawaban yang secara tema saya anggap mewakili keseluruhan jawaban, yakni:
  1. Komentar saya tentang Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di LG Corner Ruteng adalah: Kegiatan ini bisa mengasah pikiran anak dan menambah ilmu tentang dongeng anak, agar anak mempunya prestasi mendongeng (Mariana S. Johan, Acin, Kelas VI A SDK Ruteng VI).
  2. Sangat menarik dan mempunyai pesan-pesan yang baik agar saya dapat meneladaninya dan menambah wawasan anak-anak untuk mendengarkan dongeng anak (Karolina Y. Sawang, Kelas VI A SDK Ruteng VI).
  3. Saya tidak menyukai tokoh-tokoh yang tidak baik (Grasela K. Wiwe, Greis, SDI Konggang).
  4. Sangat suka karena dongeng itu sangat indah (Margareta Afi Angul, SDI Konggang).
  5. Saya sangat suka dengan dongeng anak karena sangat menarik (Jessyca P. E. Mbiru, Jessyca, SDK Ruteng III).

Lima jawaban itu mewakili keseluruhan jawaban yang kami terima dan tulisan tangan mereka saya simpan dengan rapi di rak buku saya. Jawaban lain rata-rata berbunyi mirip, seperti: saya senang, bahagia, saya senang dongeng karena dapat menambah wawasan, saya suka.

Atas pertanyaan kedua, ada sekitar sepuluh dongeng yang disebut sebagai dongeng yang paling diingat. Ada Gadis Korek Api karangan Hans Christian Andersen, ada kisah Pondik dan Tembong–satu dari sekian banyak kisah tentang Pondik tokoh dongeng paling fenomenal di Manggarai, ada cerita Angsa Berkaki Lima yang adalah sebuah cerpen yang ada di Jurnal Sastra Santarang.

Ada juga legenda Banyuwangi, ada Tujuh Burung Gagak karya Brothers Grimm, juga ada legenda Loke Nggerang–sebuah legenda lokal Manggarai tentang pengorbanan seorang perempuan bernama Rueng yang menolak keinginan seorang raja yang ingin menjadikannya selir. Untuk yang terakhir ini, legenda tersebut terus hidup karena sebuah bukti tetap ada di Todo, gendang yang terbuat dari kulit perut seorang perempuan. 

Lalu apa harapan mereka? Seperti bagaimana biasanya sebuah harapan, maka yang ditulis adalah hal-hal yang baik.

Saya memilih beberapa di antara sekian banyak harapan untuk catatan ini, yakni:

Semoga kegiatan dongeng bersama PPA LG dapat berkembang dan diminati banyak orang terutama anak-anak (Gaudensia Y. Bandur, Yoland, SMPN 2 Langke Rembong).

Semoga ke depannya makin baik, ceritanya makin menarik, dan makin maju (Kristiani Lastri T. Tapung, SMK Sadar Wisata Ruteng).

Agar tokoh-tokoh yang jahat lebih baik (Grasela K. Wiwe, SDI Konggang).

Semoga dongeng anak semakin banyak dibacakan/diceritakan supaya meningkatkan daya ingat anak serta daya untuk mendengar orang lain (Yosefina F. N. Rahmat, Nindy, Kelas VI B SDK Ruteng VI).

Semoga kegiatan dongeng bersama anak PPA LG semakin dikenal banyak orang dan membawa banyak hal positif bagi anak-anak dengan pesannya yang positif (Lutgardis Christin Dapung, Christin, SMAN 1 Langke Rembong).

Begitulah. Mereka menjawab dengan ragam jawaban dan mau tidak mau membuat kami harus berpikir keras mendekatkan mereka dengan harapan-harapan itu. Tetapi itu urusan nanti. 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Urusan hari ini adalah bahwa kami sangat bersyukur boleh merayakan ulang tahun yang kedua, boleh menjalin relasi dengan sangat banyak orang melalui dongeng, boleh menjadi bagian kecil dari usaha membuat semakin banyak orang mengenal dongeng.

Rasanya itu penting dan harus disyukuri. Kami begitu bodoh kalau berpikir bahwa semua ini terjadi karena kami mampu. Suatu ketika saya menulis puisi berjudul “Upstairs”. Puisi singkat. Isinya demikian: It’s not you/ It’s Him//

Om Kosmas Karjiin, pembina PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng yang selalu hadir dalam setiap pertemuan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak menulis harapannya demikian: “Semoga kegiatan dongeng ini langgeng.” Om Kosmas itu pemilik bengkel di Ruteng. Dari Jawa, merantau ke Ruteng, menjadi Katolik, dan kini menjadi pembina PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng.

Dia kerap meninggalkan pekerjaannya untuk anak-anak ini. Dedikasi sebesar itu yang membuat kami juga mau tidak mau harus bertanggungjawab pada apa yang sudah kami mulai. Pekerjaan ini berat karena godaan untuk tidak konsisten adalah yang paling besar di negeri ini. Apakah kami bisa?

Baca juga: Ivan Nestorman, Musisi Aneh dari Flores

Komunitas Saeh Go Lino Ruteng sendiri sebenarnya bukan sebuah komunitas yang sangat hebat. Anggotanya tersebar di seluruh Ruteng dan memiliki banyak agenda pribadi. Tetapi setiap ada kegiatan bersama, kami pasti berkumpul. Kebetulan untuk mendongeng, saya dan Erick Ujack Demang yang lebih sering ada. Tetapi kami punya rencana untuk membuat dramatisasi dongeng sekali-sekali. 
Anggota Komunitas Saeh Go Lino yang lain pasti terlibat karena mereka adalah aktor-aktor hebat di Ruteng. Aeh… sa senang tinggal di Ruteng e. Sampai di sinilah kiranya saya bercerita tentang ulang tahun kami yang kedua. Kami tetap berharap kegiatan ini tetap mendapat dukungan dan perhatian dari banyak kawan. Apa saja, asal benar-benar ditujukan untuk mendukung, mendukung dengan tulus. Itu sudah.
Salam
Armin Bell
Ruteng, Flores

2 Comments

  1. Salute! Tidak byk orang muda yg pya kepedulian spt ini.. selama ini sy pikir LG CORNER tu cuma toko buku biasa dan kantin bakso yg numpang jualan.. betewe, foto menunjukkan dominasi anak2 perempuan..kemana anak2 laki2nya? Apakah ini gambaran 'dunia' masa depan? Sekali lg..salute!!!

  2. Sejauh ini, LG Corner adalah ruang publik yang dapat dipakai oleh seluruh komunitas di Ruteng untuk berbagai kegiatan kreatif. Semoga akan tetap seperti itu. Ya ya ya… sebagian besar adalah anak perempuan. Saya tidak tahu ini gejala apa hihihi.