Ivan Nestorman, Musisi Aneh dari Flores

Ivan Nestorman sudah memiliki ratusan lagu dan beberapa album. Sebagian besar karyanya adalah lagu-lagu yang ‘tidak biasa’ untuk telinga anak negeri. Dia musisi aneh barangkali. 

ivan nestorman musisi aneh dari flores
Ivan Nestorman | Dok. RanaLino.ID

Ivan Nestorman, Musisi Aneh dari Flores

Dia mengusung warna musik Jazz–terakhir dia menyebut musiknya sebagai world music–dengan memadukan unsur etnik yang kental; sebuah alasan yang cukup tentang mengapa karya-karyanya tidak banyak populer di kalangan penggemar lagu-lagu melayu dan aliran mainstream lainnya di Indonesia. Tetapi tanyakan tentang pria yang satu ini pada drummer papan atas Indonesia Gilang Ramadhan, maka cerita tentang Ivan pasti mengalir. 
Mengapa? Karena bersama Gilang, Donny Suhendra (gitar), Adi Darmawan (bas) dan Krisna Prameswara (kibor), Ivan bergabung dalam kelompok musik Nera dan pernah mendapat anugerah rekaman terbaik dalam SCTV Music Award beberapa tahun silam. Pria kelahiran 18 Februari ini menjadi vokalis untuk band yang mengusung musik-musik ‘berat’ yang mereka sebut Pop Progresif. 
Album ini benar-benar progresif, tidak hanya karena instrumen dan aransemennya yang tidak biasa, tetapi juga karena seluruh lirik dalam album tersebut berbahasa Manggarai sebuah bahasa di wilayah Flores Nusa Tenggarai Timur. Ya, lirik lagu dalam album menggunakan bahasa tempat Ivan berasal. 
Tentang ini, Ivan Nestorman hanya berkomentar, “Saya bersyukur karena keinginan saya untuk menyanyikan lagu dalam bahasa Manggarai akhirnya kesampaian.”
Sebelum bergabung dengan Nera, Ivan memang sudah berkarya sendiri dan konsisten dengan lirik-lirik Manggarai dalam setiap lagunya. Pria asal Nekang kelurahan Watu Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai ini pernah merilis album indie berjudul Embong, dengan warna musik yang juga tidak ramah telinga bahkan bagi orang-orang Manggarai tempat di mana dia besar. 
Baca juga: Mengapa Gratis Kalau Bisa Bayar?

Saat merilis album ini belasan tahun silam, penikmat musik Manggarai masih terbiasa dengan lagu-lagu Pop Manggarai dengan akor standar. Alhasil, album inipun tidak dikenal luas dan tidak mampu menjangkau pasar musik Manggarai. Lagu-lagu seperti Ise Sio, Embong, Deng Towe Songke, dan beberapa lagu lainnya baru dikenal bertahun-tahun kemudian di Manggarai, sebuah prestasi yang jelas tidak sangat membanggakan. 

BACA JUGA
Pencatat Meteran PDAM Tidak Disiplin, Pelanggan Tanggung Akibatnya?
Tetapi Ivan Nestorman adalah orang yang konsisten. “Hidup itu seperti menggali sumur, jika sabar maka kita akan bertemu air,” tuturnya pada sebuah kesempatan. Dan sumur yang Ivan gali memang akhirnya berair. Terbukti saat ini, karyanya beredar luas di Manggarai dan menjadi pilihan pada program etnik radio-radio lokal. 
Secara nasional, suami Katarina Mogi ini punya sangat banyak karya. Banyak penyanyi-penyanyi papan atas yang kerap ‘memakai’ Ivan, entah sekedar menyumbang lirik sampai mengaransemen. Sebut saja alm. Chrisye untuk lagu Zamrud Khatulistiwa yang terkenal itu, Andre Hehanusa (Putri Pagi), sampai Andi Bayou untuk proyek Internasional dalam album Vivo: Lounge Of Love. Dalam album ini, Ivan menggabungkan lirik Manggarai dan lirik berbahasa Inggris dengan hasil sempurna. 
Pria berambut gimbal juga kerap berkolaborasi dengan penyanyi-penyanyi lainnya termasuk Glenn Fredly, Edo Kondologit dan Dwiki Dharmawan. Nama terakhir bekerjasama penuh dengan Ivan untuk proyek musik ambisius berjudul World Peace Orchestra. 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Dan sekali lagi Ivan menunjukkan konsistensinya dengan lagu-lagu Manggarai dan kecintaannya pada budaya Flores. Lagu berjudul Benggong yang adalah lagu tradisional Manggarai digarap dengan paduan unsur etnik dari seluruh wilayah Indonesia dengan paduan musik modern, ikut disumbangkan penggemar Bob Marley ini untuk album internasional itu. 

Tetapi lagi-lagi, Ivan Nestorman tidak dikenal luas, meski kerap tampil dalam konser-konser bertaraf internasional. Selain mengusung warna musik yang ‘unik’ harga album yang fantastis juga membuat pasar musik Indonesia kesulitan menikmatinya. Untuk pasar musik nasional, album ini baru bisa dinikmati jika anda mau mengeluarkan Rp.89.000,-, sedangkan untuk pasar internasional mereka mematok harga USD 20. 
Di bidang lain, ayah dua anak yang dikenal dengan nama akrab Ivan Man ini juga kerap terlibat dalam pembuatan skoring musik untuk televisi (Metro TV menggunakan jasanya) dan iklan (bekerjasama dengan Dimas Jay untuk iklan sebuah produk rokok bersetting Gunung Bromo adalah salah satunya). 

Musik yang aneh di Flores

Orang Flores jadi penyanyi jazz? A-ha, ini jelas langka. Kalau melatih dan ikut paduan suara, jadi solis klasik (seriosa), nyanyi mazmur, passio di gereja… sih sangat biasa. Tapi saya pastikan bahwa Flores, dan Nusa Tenggara Timur umumnya, tidak terbiasa dengan jazz. Musik ini (jazz.red) dianggap “aneh” di kampung saya. Kenapa?

BACA JUGA
Penyandang Disabilitas di Ruteng: Tunanetra Baca Puisi, Tunarungu Mengarang

Orang-orang Flores itu terbiasa dengan musik yang melodius. Nada-nadanya harus enak, merdu, kalau perlu mendayu-dayu. Maka, jazz dianggap sebagai musik yang aneh karena melodinya rusak atau lebih tepat sengaja dirusak,” tulis Lambertus L Hurek blogger asal Flores di laman pribadinya. 

Karenanya Hurek terkejut ketika ada orang Flores yang memilih menjadi penyanyi Jazz, ditambah lagi dengan konsistensi Ivan Nestorman dengan lirik-lirik berbahasa Manggarai. Tidak biasa. Tetapi Hurek memberikan apresiasi besar atas kreatifitas sedemikian. 
Baca juga: HIV/AIDS Terlampau Dekat (Bagian 1)

Ya, seberapapun ‘anehnya’ Ivan, toh apresiasi besar muncul dari tanah kelahirannya akhir-akhir ini. Tak terhitung jumlah orang Flores yang mengaku salut dengan kiprah Ivan Nestorman di dunia musik. Beberapa musisi muda asal Flores menjadikannya idola, seperti Lipooz, rapper pertama asal Ruteng dan Ramlan ‘Ponggo’ Jebatu musisi yang oleh Ivan sendiri dianggap bertalenta. Ponggo kini berkarir di bidang musik di Jakarta. “Jago dia e,” kata Ponggo pada sebuah kesempatan. 

Sementara itu, budayawan Manggarai Antonius Hagul menjelaskan bahwa Ivan Nestorman adalah penyambung budaya Manggarai untuk dunia internasional. “Ini adalah prestasi yang luar biasa. Seorang Ivan Nestorman menyampaikan kepada dunia tentang budaya Manggarai melalui lagu-lagunya,” jelas Hagul. Menjawab pertanyaan tentang warna musik yang diusung Ivan yang ‘tidak Manggarai’ Hagul punya pendapat beda. 
“Kita tidak boleh menempatkan Manggarai dalam lingkup lokal, karena Manggarai adalah bagian dari budaya dunia. Karenanya, meski menggunakan instrumen musik modern, Ivan melalui lirik-lirik lagunya membuat Manggarai menjadi bagian dari dunia, sebuah model akulturasi budaya” papar Hagul. 
Ivan dalam lagu-lagunya memang secara konsisten menggunakan lirik-lirik bahasa Manggarai yang kuat dengan kandungan pesan filosofis yang luar biasa. Sebut saja lagu Samo Lime dalam album Nera, Ivan menyerukan “Samo-samo lime’m, samo-samo nai’m”, (cuci tangan dan bersihkan hatimu, red), sebuah ajakan untuk ikhlas dalam hidup. 
Dalam perjalanannya pria humoris dan apresiatif terhadap perkembangan musik dan musisi lokal Manggarai, Flores dan NTT ini, sudah menghasilkan banyak karya, sumur yang dia gali telah berair dan semoga terus menjadi sumber kehidupan. 
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
BACA JUGA
Pentas Teater Tradisi Lingko Randang di Ruteng, Baik untuk Anak

Beberapa Karya Ivan Nestorman:

  1. Nera – Ivan Nestorman, Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, Adi Darmawan dan Krisna Prameswara
  2. Vivo – Lounge Of Love – Ivan Nestorman, Andy Bayou, Vony Sumlang 
  3. World Peace Orchestra – Ivan Nestorman, Dwiki Dharmawan, Dira Yulianti 
  4. Embong – Ivan Nestorman, Ferry Nggaro, Nimfa Sehadoen, Illo Djeer dll 
  5. Naringgo Choir – Ivan Nestorman, Thoby Mutis, Naringgo Choir 
  6. Wasiat Perdamaian – Ivan Nestorman, NERA, Franky Sahilatua, Iga Mawarni, Trie Utami, Doel Sumbang, Edo Kondolongit, Gilang Ramadhan 
  7. Tropical Mood – Ivan Nestorman, Tony Soe 
  8. From Flobamora with Hope – Ivan Nestorman, Niko (musisi sasando asal Kupang) 
  9. Return To Lamalera – Ivan Nestorman, Dwiki Dharmawan dll 
  10. Komodo Project
  11. Menjadi salah satu nominasi di Indonesia Music Award untuk lagu Mogi
  12. Beberapa album Lagu-lagu Rohani Katolik bersama Naringgo Choir 
  13. Aransemen dan lirik untuk penyanyi-penyanyi seperti Glenn Fredly, Edo Kondologit, Franky Sahilatua, Black Sweet, Chrisye, Andre Hehanusa, dll. serta aktif mempromosikan Komodo ke dunia internasional 
  14. Penata musik untuk Program Ring Of Fire Adventure di Metro TV
  15. Dan lain-lain
Semoga karyanya terus dapat kita nikmati dan Ivan Nestorman tak berhenti berkarya!
Salam
Armin Bell
Ruteng Flores
    Bagikan ke:

    8 Comments

    1. orang seperti Ivan baru cocok di sebut musisi . . .karya2nya penuh nilai seni..dan konsisten pada jenis musiknya,,,g kya musisi era ini hanya mengikuti permintaan pasar.. cuma cari untung

    2. kak armin,, tau toko yang ngejual album lengkapnya ivan nestorman gak? soalnya saya sudah lama cari tapi tidak ketemu juga, cari link downloadnya juga gak ada.. thankyou

    3. Halo Kiky…Beberapa album Ivan Nestorman memang agak sulit dicari di toko-toko kaset, tetapi sepertinya di Gramedia ada. Kalau tidak, bisa berkontak langsung dengan artisnya. Saya dapat beberapa CD langsung dari beliau. Di webnya juga ada lagu-lagunya. Cek di sini: http://www.ivannestorman.com/music/ atau coba ke fanpagenya di facebook.Salam

    Leave a Reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *