Adil Itu Interpretatif

Setiap saat barangkali, setiap kita merasa diperlakukan tidak adil. Ketika pengaturan tempat duduk di pesta tidak sesuai keinginan, dilayani setengah hati di satu instansi, ketika mandi dan air terlalu dingin, atau ketika harga naik tinggi. 

adil itu interpretatif
Lokasi Tambang di Reo, Manggarai | Foto: Armin Bell

Adil Itu Interpretatif

“Ini tidak adil!” Keluh kita setiap ada kesempatan. Lalu adil kemudian dibaca sebagai “apa saja asal sesuai dengan yang kita bayangkan”. Maka ketika sesuatu berlangsung di luar bayangan, kita menampilkan diri sebagai orang yang menderita, diperlakukan tidak adil, dan langsung curhat pakai tagar #prihatin di media sosial. 
Kalau ada di antara kita yang berhadapan dengan pertanyaan reflektif tentang pernahkah kita merasa telah berbuat maksimal untuk sesuatu, atau seseorang, atau sebuah komunitas tetapi malah mendapat apresiasi dari sesuatu yang lain atau orang lain atau komunitas lain, saya yakin semua akan menjawab pernah. Lalu kadang reaksi kecil muncul dari hati paling dalam bahwa betapa itu menjadi terasa tidak adil. 
Beberapa di antara kita, berhadapan dengan situasi sedemikian, akan mencoba menghibur diri dengan bilang: seorang nabi tidak pernah dihargai di kampung halamannya sendiri. Mungkin memang demikian adanya. Tetapi sungguh tanpa mengurangi rasa hormat saya bertanya, “Apakah engkau Nabi?” Tidak. Aku Manusia! 
Karena kita manusia, maka tentu saja pernyataan menghibur diri seperti itu akan cepat terhapus dari memori dan kita menjadi semakin tidak terhibur. “Untuk apa berupaya maksimal selama ini ketika saya malah dihargai oleh orang-orang di luar komunitas saya dan tidak oleh ‘orang dalam’?” begitu kata hati kecil secara terus menerus. 
Pada beberapa situasi, ada yang bertahan dan tetap berbuat maksimal untuk ini meski penghargaan datang dari luar, tetapi pada situasi lain ada yang lantas memutuskan untuk berhenti atau beralih ke luar ke tempat di mana penghargaan padanya diberikan secara pantas. 
Tentu bukan pada posisi yang pantas buat kita untuk kemudian menentukan sikap mana yang benar. Karena memang semua menjadi sangat relatif. Tetapi sebenarnya yang ingin saya bagi adalah bahwa, ada banyak jenis apresiasi.

BACA JUGA
Kapan Merdeka Ini Selesai, Pertanyaan Romo Mangun dalam "Burung-burung Manyar"

Baca juga: Indonesia Negeriku Amnesia

Salah satunya adalah yang tidak kau terima langsung dari orang atau sesuatu atau komunitas tempat kau melakukan ini. Apresiasi dari komunitas lain adalah sesuatu yang luar biasa tanpa harus mengurangi standar sikapmu pada ini. 

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Apresiasi dari orang di luar komunitas atas apa yang telah kau kerjakan pada komunitasmu, seharusnya tidak lantas berarti kau harus melakukan hal hebat di tempat lain itu; karena bukankah kau tak tahu apa yang akan kau terima dari komunitas mereka jika kau melakukan seperti yang kau lakukan pada komunitas lama atau komunitasmu sekarang ini kepada mereka? 

Tetapi, engkau sama seperti aku, bukan Nabi, maka engkau pun berhak untuk berpindah ke tempat di mana engkau merasa lebih dihargai, jika itu membuatmu lebih hidup dan merasa diperlakukan lebih adil, dengan catatan bernama konsekuensi bahwa engkau bisa jadi akan mendapatkan apresiasi lebih atau malah tidak mendapatkannya sama sekali; dari komunitasmu yang lama maupun yang baru. 
Maka, apa itu keadilan?

Di Reo, Manggarai sebuah perusahaan tambang mengeruk perut bumi. Tidak adil? Masyarakat di sekitarnya dipekerjakan di perusahaan tersebut. Masih tidak adil? Masyarakat menderita ISPA. Adil? Pokoknya percakapan tentang keadilan rasanya adalah diskusi yang selalu sulit selesai.

Hmmm…. Mengapa saya menulis ini? Mungkin karena saya merasa hidup ini telah berjalan sangat adil padaku.

Baca juga: FF100K Karina – Kekasih

Satu-satunya yang menurut saya tidak adil adalah mengapa koruptor di negeri ini tidak diadili dengan seadil-adilnya? Ataukah kita semua berhak atas keadilan yang kita bebas interpretasikan sendiri dalam seluruh konteks? Baiklah jika demikian, saya menganggap adillah kita semua, jika berhasil membaca tulisan ini sampai di sini. 

BACA JUGA
FF100K Karina - Karina

Btw, tulisan ini sebelumnya ada di facebook, tercecer sebagai note dan terpaksa harus diedit agar lebih ramah. Karena sesungguhnya, ketika menjadi note, tulisan ini terlampau tidak ramah bahasanya, bahkan untuk saya sendiri. 
Salam 
Armin Bell
Ruteng, Flores
Bagikan ke:

2 Comments

  1. ….itulah indah dan nikmatnya hidup berkomunitas,,,trkadang kt dan mreka tdk prnah mnyadari bahwa setiap hal yg kt kerjakan dan kt karyakan dgn mendedikasikannya dlm kesungguhan melahirkan karya2 yang luar biasa dan bahkan mendapat apresiasi yg luar biasa dari berbagai pihak diluar komunitas kita…sdgkan dari dalam sendiri sepi kata dan seolah2 hnya hal kcil atau hnya dianggap sbuah rutinitas untuk brthan hidup…hehehehehehehe……tetapi mas bro,,inilah bahan bakar yg paling utama untuk terus mendedikasikan hidup dan kehidupan kt..krn sya yakin bahwa kt ada untuk generasi brikutnya……….btw..trimakasih sdh mau sllu mnjadi dirimu sndiri dan mmbagi arti hidup ini dg kmi smua…selamat berkarya…GBU and Family….

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *