ada yang lebih penting dari langkah inggris di piala dunia 2018 di ruteng

Ada yang Lebih Penting dari Langkah Inggris di Piala Dunia 2018

Tentu saja ada. Yang lebih penting dari terhentinya langkah Inggris di Piala Dunia 2018. Bukan fakta mereka akhirnya lolos ke semifinal setelah terakhir kali merasakannya pada tahun 1990. Itu penting. Tetapi ada yang lebih penting.


Apa benar ada yang lebih penting dari langkah Inggris di Piala Dunia 2018? Benar! Ada. Kalau tidak ada, semalam kami tidak berdoa.

Lewat tengah malam, Celestin masih berjaga. Menunggu suaminya pulang pesta. Membukakan pintu, memeluk, dan mengucapkan selamat. Bukan selamat malam. Tetapi selamat delapan tahun.

Itu penting sekali. Sudah delapan tahun kami menikah. Dengan pencapaian-pencapaian yang membahagiakan, dengan semua hal yang menjadi lebih lengkap, dengan semua cita-cita yang terus diperjuangkan bersama. Bersama kita bisa. Ya, kita bisa. Kata Obama dan dia menang berkat kata-kata itu sekaligus menjadi presiden Afro-Amerika pertama di Amerika.

Saya bilang itu ke Celestin ketika sebelum mulai berdoa dia ceritakan tentang beberapa hal yang harus dikejar di tahun-tahun mendatang. “Kita pasti bisa,” kata saya. “Tuhan pasti bantu,” sambungnya. Istri saya itu selalu setingkat di atas saya kalau omong tentang Tuhan. Misalnya saya sangat percaya, Celestin setingkat di atas itu.

Karena itulah, tugas memimpin doa selalu saya percayakan padanya. Bagi orang percaya, mukjizat itu nyata. Maka bagi orang yang sangat percaya, mukjizat pasti sangat nyata. Teruskan sendiri untuk orang dengan setingkat di atasnya. Demikianlah saya menjadi lelaki tanpa kata di hadapan altar.

Baca juga: Menjadi Lelaki Tanpa Kata

Altar kami semalam adalah meja di samping televisi. Televisi belum dinyalakan. Inggris baru akan bertemu Kroasia satu jam kemudian. Celestin berdoa. Mengucap syukur. Berterima kasih. Mengucap syukur. Berterima kasih. Hanya itu. Karena kami memang bersyukur. Dan berterima kasih. Delapan tahun menikah, lengkap dengan hadirnya Rana dan Lino, rekreasi, tertawa bersama, melihat dompet dan meratapi isinya ketika menipis, dan lain sebagainya.

BACA JUGA
Kapan Ayah Bahagia?

Tetapi karena berdoa adalah juga memohon, Celestin menyampaikannya di bagian akhir. Permohonan agar pernikahan ini dijaga. Sampai nanti, selama-lamanya, amin. Saya suka doa itu. Atau karena saya mencintainya sehingga semua yang dia lakukan saya sukai sungguh-sungguh. Juga kebiasaannya tidur di tengah doa, saya sukai saja. Kadang-kadang dia begitu. Tetapi semalam tidak begitu.

Kami berdoa sampai selesai, sama-sama terjaga penuh, kemudian kami saling mengucapkan selamat dalam pelukan. Bahagia. Momen seperti itu penting sekali. Jauh lebih penting dari langkah Inggris di Piala Dunia 2018. Karenanya saya tidak terburu-buru menyalakan televisi.

“Inggris lawan siapa, Pa?” Tanya Celestin.

“Kroasia, Ma.”

“Aduh. Kroasia itu kuat,” katanya.

Saya kaget. Tetapi saya mencintainya. Maka saya suka saja komentar itu. Toh, dia tidak tahu banyak tentang sepak bola. Kecuali kalau seorang pemain sepak bola harus dirawat giginya. Pernah begitu. Seseorang datang ke kliniknya. Seorang pemain bola yang giginya patah karena peristiwa tabrakan pada pertandingan di bawah guyuran hujan di lapangan STKIP St. Paulus Ruteng.

Baca juga: Kita Semua adalah Komentator Sepak Bola

Pernyataannya tidak menyurutkan keyakinan bahwa Inggris akan menang dini hari tadi. Hanya beberapa detik setelah bilang Kroasia kuat, dengkur halus Celestin mulai terdengar. Di sofa. Dia mudah terlelap. Saya nonton bola sendiri.

Inggris unggul satu kosong dan saya semakin yakin bahwa ulang tahun pernikahan ini akan mendapat kado yang hebat. Lolosnya Inggris ke Final Piala Dunia 2018. Peristiwa serupa hanya pernah terjadi pada tahun 1966.

Tetapi dini hari tadi pertandingan berjalan buruk sekali. Sterling hanya jadi pelari. Harry Kane gagal mengonversi peluang menjadi gol. Lapangan tengah morat-marit. Gol balasan terjadi. Perpanjangan waktu. Inggris kalah 1 – 2. Kroasia melaju ke final. Good for them. Linimasa Facebook saya penuh dengan pernyataan syukur. Bukan tentang ulang tahun pernikahan kami. Tetapi tentang kekalahan Inggris. Dari Kojek, Pendok, Celly, Ited, Irman, Jigar, Ponggo, Ino, Korin, Yopi, dan masih banyak lagi.

BACA JUGA
Manfaat Dongeng Sebelum Tidur, Membantu Anak Memahami Perintah Sederhana

Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang semalam bersama saya di pesta yang merasa lelah karena dua alasan. Pertama, tim favorit mereka telah pulang lebih awal, dan kedua, status-status Facebook saya membuat tangisan mereka terjadi berulang-ulang. Saya merasa itu biasa saja. Bahwa ada orang yang bahagia ketika orang lain menderita, itu bukan sesuatu yang istimewa.

Apa? Menderita? Tidak. Saya tidak menderita. Terhentinya langkah Inggris di Piala Dunia 2018 bukan peristiwa penting hari ini. Ada yang lebih penting. Pernikahan kami telah sampai di usia kedelapan. Sewindu. Delapan tahun. Hebat sekali bukan?

Tahun 2010, kami menikah pada hari final Piala Dunia digelar. Spanyol juara ketika itu. Spanyol yang tahun ini tampil menyedihkan. Di tahun 2010 itu, Inggris gagal melaju karena gol Lampard ke gawang Jerman tidak diakui, peristiwa yang kelak melahirkan teknologi video pembantu wasit a.k.a VAR. Jerman mengenang kemenangan itu sebagai peristiwa besar karena berhasil menang besar.

Tetapi Jerman kalah tahun ini. Kalah dari Korea Selatan hahahahahahahahah. Ooopss… Maaf. Saya selalu susah menahan tawa setiap kali menulis fakta ini. Entah kenapa. Rasanya lucu sekali.

Brasil juga kalah tahun ini. Padahal mereka sudah punya pemain drama bernama Neymar. Tetap saja kalah. Dari Belgia. Belgia kemudian kalah dari Prancis. Berarti Brasil ada beberapa tingkat di belakang Prancis. Ini statistik murni dari Piala Dunia 2018. Btw, Portugal dan Argentina kemarin ikut Piala Dunia ka? Saya lupa. Kalau Belanda dan Italia, saya tahu, mereka tidak ikut. Karena tidak cukup baik. Itu!

Tetapi di hari ulang tahun pernikahan ini, terhentinya langkah Inggris di Piala Dunia tidak penting. Juga tentang tim mana yang akan juara.

BACA JUGA
Oepura Kupang Tempat Lahir Beta

“Pilih siapa di final, Pa?”

“Kita telah memilih satu sama lain. Adakah yang lebih penting dari itu?”

Happy Anniversary, Celestin.

12 Juli 2018

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

Foto oleh Kaka Ited.

Bagikan ke:

4 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *