saeh go lino adalah komunitas di ruteng

Saeh Go Lino, Ruteng

Tentang Komunitas Saeh Go Lino di Ruteng, Flores, NTT.


Saeh Go Lino adalah komunitas yang berada di Ruteng, Kabupaten Manggarai. Cikal bakal terbentuknya komunitas ini adalah ketika beberapa anak muda dari Ruteng terlibat dalam kegiatan pementasan opera berjudul Ora, The Living Legend pada puncak Sail Komodo 2013 silam.

Saat itu nama Saeh Go Lino belum. Meski demikian, pegiat seni muda yang terlibat di Labuan Bajo itu, ditambah kehadiran anggota-anggota baru yang bersemangat sama, menjadi semakin sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan kesenian, kebudayaan, dan ekonomi kreatif di kota Ruteng. Berbagai pentasan digelar, kegiatan bersih-bersih lingkungan dilakukan, diskusi literasi media terus digulirkan.

Secara kebetulan, sebagian besar anggota awal komunitas ini tinggal di wilayah Paroki Katedral Ruteng dan di antara mereka banyak yang menjadi anggota OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng. Karena itu, banyak yang beranggapan bahwa Saeh Go Lino adalah OMK LG atau sebaliknya. Pendapat itu tidak persis salah, tetapi juga tidak sangat benar.

Yang terjadi adalah, Saeh Go Lino dan OMK Lumen Gratiae saling mendukung. Perbedaannya terletak pada kegiatan-kegiatan, dan prinsip keterbukaan. Saeh Go Lino tidak membatasi anggota berdasarkan agama, suku, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga tidak harus selalu berhubungan dengan liturgi atau hal-hal lain yang ‘biasa’ dilakukan oleh kelompok-kelompok kategorial di paroki.

Saeh Go Lino menjadi Nama Komunitas

Setelah terlibat dan melaksanakan beberapa kegiatan, termasuk pementasan Drama Musikal Ombeng bersama Komisi Kepemudaan Keuskupan Ruteng tahun 2016 silam, nama Saeh Go Lino muncul. Adalah Claudia Febriany Djenadut, koreografer kami yang saat itu menjadi pemantik. Febry hendak menciptakan tarian baru yang bercerita tentang kerusakan lingkungan dan usaha manusia memperbaikinya. Saya diajak mendiskusikan konsepnya, termasuk memberi judul pada tarian baru itu. Kami bersepakat memberinya judul “Saeh Go Lino Ge” yang berarti: Menarilah Kau Bumiku. Tarian itu saat ini menjadi tarian utama komunitas dan telah diadaptasi gerakannya ke beberapa tarian lain yang kami ciptakan.

BACA JUGA
Menjadi Blogger Tidak Akan Buat Seseorang Mendadak Keren Bagian Keempat

Baca juga: Yubileum, Presiden SBY, dan Celana Goni

Dalam bahasa Manggarai, tarian atau menari disebut sae. Huruf /h/ pada ditambahkan sebagai (sebut saja) perintah atau permintaan. Untuk pengetahuan bersama, bahasa Manggarai memiliki beberapa ‘akhiran’ satu huruf untuk menjelaskan maksud.

Kata sae, jika ditambahkan huruf /d/ (menjadi saed) akan berarti ajakan. Huruf /m/ (menjadi saem) berarti mengizinkan atau membiarkan. Huruf /s/ (menjadi saes) berarti menceritakan peristiwa atau tindakan yang dilakukan orang lain. Huruf /g/ (menjadi saeg) berarti menceritakan peristiwa yang kita sendiri lakukan. Biasanya, dalam penulisan kata sae dengan akhiran-akhiran penanda tadi ditempatkan apostrof [ ‘ ] untuk memperjelas maksud: sae’h | sae’m | sae’s | dan lain-lain.

Tentang ini, tentu saja ahli bahasa Manggarai pasti dapat menjelaskannya dengan lebih baik. Bahwa pada nama komunitas, kami menambahkan /h/ (memberi perintah, lebih tepat meminta) karena kami percaya bahwa bumi yang kita tinggali ini adalah ‘sesuatu’ yang merdeka. Oh, iya. Lino berarti bumi, dunia, semesta.

Sebagai bentuk tanggung jawab pada nama itu, tarian, dalam arti sesungguhnya, adalah ‘bahasa’ yang selalu ada pada setiap kegiatan komunitas kami. Beruntung bahwa sebagian besar anggota komunitas ini mencintai tarian. Pada bagian lainnya, kami berharap agar ‘tarian’ kami memberi arti pada bumi, pada Nuca Lale, dan pada pengembangan kreativitas orang-orang muda.

Saeh Go Lino Sekarang

Saat ini Saeh Go Lino memiliki semakin banyak anggota. Anak-anak muda di Ruteng. Pentas seni yang semula menjadi semangat awal mendirikan komunitas ini bukan lagi sebagai satu-satunya agenda komunitas. Kami mulai terlibat pada aneka kegiatan lain, termasuk bergerak ke wilayah lain: pemberdayaan ekonomi kreatif kaum muda.

Beruntung bahwa beberapa kelompok kecil di bawah Saeh Go Lino mulai terbentuk dan berkegiatan. Ada sanggar tari nusantara Awit Te Sae, ada aktor, ada podcaster, ada yang bergerak di bidang foto dan video, dan lain-lain. Mereka berdiri atas nama masing-masing, tetapi membawa semangat (dan melibatkan anggota) Saeh Go Lino pada setiap kegiatannya.

BACA JUGA
Saeh Go Lino dan Kalender untuk Bumi

Baca juga: Mengapa Gratis Kalau Bisa Bayar?

Dalam harapan, kami memikirkan bahwa suatu saat Saeh Go Lino menjadi semacam rumah besar bagi anak-anak muda di Ruteng yang mencintai kesenian, kebudayaan, dan siap menjadi generasi berdaya. Demikianlah keanggotaan komunitas menjadi sangat terbuka. Siapa saja boleh bergabung asal memiliki semangat yang sama: support each other. Saeh Go Lino sendiri akan selalu memiliki kegiatan bersama yang dapat menggabungkan semua kelompok kecil yang ‘lahir dari tubuhnya’ itu.

Beberapa Kegiatan Saeh Go Lino

Ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan, baik dengan membawa nama Saeh Go Lino sebagai ‘pembawa acara tunggal’, maupun yang dilakukan bersama pihak-pihak lain, di antaranya:

  1. Opera Ora The Living Legend (2013)
  2. Opera Wajah Pertiwi (2013)
  3. Pentas Drama di Kongres Pemuda Manggarai Raya (2014)
  4. Pentas Rahasia Pengakuan (2015)
  5. Drama Musikal Ombeng (2016)
  6. Repertoar Tari Saeh Go Lino Ge (2016)
  7. Workshop Keaktoran bersama Koalisi Seni Indonesia (2017)
  8. Bincang Buku Perjalanan Mencari Ayam (2018)
  9. Tablo di Katedral Ruteng (2016, 2017, 2018)
  10. Produksi Kalender untuk Bumi (2020)
  11. Produksi Podcast Salam dari Ruteng (mulai tahun 2020)
  12. Youtube Web Series “Baku Sayang” (2021)
  13. Sketsa Tamelo – Manusia Pertama di Manggarai (2021)
  14. Produksi Buku Digital Kampung Todo (2022)
  15. Dan lain-lain.

Pada tahun-tahun selanjutnya, akan semakin banyak kegiatan yang digelar. Tetapi konsentrasi terbesar saat ini adalah membangun kecerdasan literasi media pada seluruh anggota komunitas. Salah satunya adalah dengan membentuk grup WhatsApp yang dipakai untuk ‘mengingatkan’ anggota agar tidak mudah terjebak hoax, tidak membuat status yang mengandung ujaran kebencian, dan cerdas bermedia sosial. Literasi media ini adalah pekerjaan rumah terbesar. Kau bisa jadi apa saja yang kau inginkan kalau mampu memanfaatkan kemajuan teknologi ini dengan baik. Karena itulah secara perlahan kami membuat konten-konten positif, dan semoga akan semakin banyak di hari-hari selanjutnya.

BACA JUGA
Catatan tentang Teater di NTT (Bagian 1): Rekonstruksi

Di Blog Ranalino ini, berbagai kegiatan Saeh Go Lino kami kumpulkan dalam satu menu: Saeh Go Lino. Simak salah satu kegiatan kami di video ini:

4 Desember 2018

Salam dari Ruteng

Catatan (update 8 Februari 2023):

  • Sejak tahun 2019, Saeh Go Lino telah memiliki akta komunitas/lembaga yang memungkinkannya bekerja sama dengan lembaga-lembaga resmi negara; beberapa kegiatan bersama Kemenkominfo dan Kemenparekraf telah berhasil terlaksana.
  • Pengembangan organisasi diarahkan terutama untuk peningkatan kapasitas anggota agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
  • Hubungi kami via IG: saehgolino, atau email: saehgolino@gmail.com.
Bagikan ke:

6 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *