saeh go lino dan kalender untuk bumi

Saeh Go Lino dan Kalender untuk Bumi

Sebagai bagian kecil dari gerakan besar “save our planet”, Komunitas Saeh Go Lino mengisi akhir tahun 2019 dengan menyiapkan kado bernama Kalender untuk Bumi.


30 Desember 2019

Aksi selamatkan bumi terjadi di mana-mana. Di Ruteng, seperti juga di kota-kota lainnya di Indonesia, banyak komunitas yang melakukannya.

Dalam banyak cara, baik cara-cara lama, cara-cara baru, cara-cara lama yang diperbaharui, banyak pihak telah dan sedang bergiat di atas satu fondasi yang sama: membuat lingkungan menjadi lebih sehat agar kota semakin layak dihuni dan menjadi tempat tumbuh kembang yang baik. Saeh Go Lino, sebuah komunitas kecil dengan semangat yang menggebu-gebu untuk berpartisipasi dalam apa saja yang baik, juga sesekali terlibat dalam kegiatan-kegiatan serupa. Pungut-pungut sampah di Gua Maria, bersih-bersih lapangan Motang Rua selepas acara besar di tempat itu, tanam-tanam bunga di beberapa tempat publik agar kota ini lebih indah, dan terutama saling mengingatkan agar setiap anggotanya berlaku baik pada lingkungan: tir buang sampah sembarang, kemasan permen disimpan di saku baju atau celana kalau tidak ada tempat sampah di sekitar, dan lain-lain.

Namun, tentu saja hal-hal baik tadi belum cukup. Belum cukup besar? Entahlah. Pokoknya, rasanya belum cukup jika ditujukan untuk sesuatu yang lain: membuat bumi tetap baik-baik saja. Perlu ada sesuatu yang lain. Apa itu? Modelnya bagaimana? Apakah kita bisa? Untuk siapa? Pertanyaan-pertanyaan itu mampir di kepala sejak akhir tahun 2018 silam.

Dalam perjalanannya, beberapa ide mampir. Mulai dari membuat jadwal reguler bakti lingkungan, ikut challenge-challenge yang macam di IG-IG itu, dan masih banyak lagi. Lalu gagal di jadwal. Beberapa orang memutuskan melakukannya sendiri-sendiri. Sembari tetap memikirkan kegiatan bersama yang kira-kira dibuat sesuai dengan apa yang disukai, dapat dikerjakan setiap anggota, dan berdaya-tendang panjang dan luas.

BACA JUGA
Idul Adha di Hari Minggu, dari Gereja Saya ke Masjid

Baca juga: Asyiknya Berkelahi di Era Milenial, Tak Ada Penonton Tak Ada Perkelahian

Hal-hal itu penting: (1) kegiatan yang hendak dipilih haruslah kegiatan yang disukai karena kita sudah terlampau sering melakukan sesuatu dengan terpaksa sehingga meskipun itu sesuatu yang baik tetap saja tir bisa bikin kita bahagia; (2) dapat dikerjakan oleh anggota karena ini community project dan kita harus berhemat anggaran; (3) berdaya-tendang panjang juga perlu dipikirkan agar tidak selesai di linimasa media sosial tapi menjangkau lebih banyak orang.

Kemudian kami melihat kekuatan anggota. Ada fotografer, ada desainer grafis, ada penata tari, ada sutradara, ada perupa, dan masih banyak lagi. Kita buat apa dengan modal manusia-manusia ini?

“Foto-foto!” “Muat di IG!” “Bikin infografis kampanye!” “Tetapi itu biasa!” “Su banyak yang buat!” “Kalau begitu kita bikin kalender!” “Sepakat!” “Kenapa?”

Kalender untuk Bumi

Pertengahan November 2019, diskusi tentang pembuatan kalender dimatangkan. Mulai dari percakapan grup, hingga ke pertemuan di markas. Nama program ini menjadi “Kalender untuk Bumi”, dengan alasan-alasan berikut ini.

Pertama, kalender akan dipajang sepanjang tahun, dilihat setiap hari, dan berada di tempat yang sangat strategis di rumah/ruang kerja kita masing-masing. Untuk itu, bentuk kalender itu haruslah menarik: diisi pesan-pesan terkait lingkungan hidup, kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh dunia (tentang plastik, tentang bumi, tentang relasi manusia dan lingkungan, dll.).

Kedua, sebab dipasang di dinding, narasi lingkungan hidup itu akan dapat dibaca setiap hari oleh bapa-mama-kaka-ade dan kita semua, pesan-pesan yang dibaca setiap hari akan jadi ‘naskah hidup’ dan selanjutnya berubah menjadi ‘panduan’. Bagi anak-anak sekolah, kalender ini bisa memiliki banyak fungsi, mulai dari latihan membaca hingga merenungi!

BACA JUGA
Membuka Gerbang: Dari Konser Virtual ke Klinik Jiwa Renceng Mose

Ketiga, kita bisa mengerjakannya dengan biaya yang murah; didanai sendiri. Foto-foto dalam kalender ini, yang fotografer dan modelnya adalah pasukan Saeh Go Lino, adalah foto-foto satire, tentang apa yang mungkin terjadi kalau kita tak peduli lingkungan; setiap foto dan narasi berhubungan tetapi juga dapat dinikmati sendiri-sendiri.

Keempat, bagi Saeh Go Lino sendiri, project ini adalah self-reminder: agar kami tidak semena-mena pada lingkungan.

Seluruh tim terlibat mengerjakannya. Melakukan riset foto (terutama yang berada dalam keywordstuck in plastic“), merumuskan ide cerita, menentukan tim kerja, mengumpulkan modal produksi, mencari properti pendukung, riset lokasi, hingga penentuan tanggal pemotretan: Jumat, 29 November 2019. Daftar tim kerja tertera di halaman pertama kalender. Macam di poster-poster film dorang.

Kami memilih Golo Lusang sebagai tempat pemotretan setelah tim riset lokasi berkeliling ke seluruh penjuru kota. Tim lain bekerja untuk hal-hal lain termasuk menentukan tempat percetakan, kertas yang akan digunakan, dan hal-hal lain agar kegiatan itu tidak selesai di ‘foto-foto’ saja. Saya yang mendapat tugas itu dan segera memutuskan Surabaya sebagai tempat kalender ini dicetak sebab saya bisa meminta bantuan seorang teman di sana. Ya, kami bekerja juga dalam dunia jaringan.

Baca juga: Setelah Bincang Buku Perjalanan Mencari Ayam, Ucapan Terima Kasih Ini Ditulis Terburu-buru

Popind Davianus, Pemimpin Redaksi Tabeite.com saya kontak. Dia setuju membantu seluruh prosesnya dengan tambahan pesan: Jangan kasi saya uang bensin, Kae. Sa siap bantu untuk kegiatan baik begini. Dan dia memang melakukannya. Membantu mengurus segala proses percetakannya, pake tahan diap uang untuk depe, berdiskusi tentang jenis kertas yang ramah lingkungan, dll. Saya berutang sepiring nasi babi dan kopi yang benar untuk ini anak atas kerja baiknya.

BACA JUGA
Cara Mudah Menjadi Seniman di Era Milenial

Beberapa orang kemudian ikut terlibat. Ada Rian yang mengurus pengirimannya, dan seorang lagi yang membawa kalender ini ke Ruteng sebab biaya pengiriman lewat jasa pengiriman yang besar ternyata mahal sekali.

Begitulah. Seluruh kerja produksi telah selesai. Kalender untuk Bumi itu sudah ada di Ruteng. Ya! Kalender untuk Bumi, dengan spesifikasi: (1) dicetak menggunakan kertas ramah lingkungan; (2) berisi kutipan tokoh dunia tentang lingkungan dan data kerusakan lingkungan plus upaya mengatasinya, serta foto-foto satire yang dikerjakan fotografer dan aktor Saeh Go Lino; (3) tersedia dalam bentuk kalender meja dan kalender dinding.

Dengan membelinya, Anda berpartisipasi dalam kampanye bersama menyelamatkan bumi, juga mendukung kegiatan komunitas kami. Kontak pasukan Saeh Go Lino sekarang. Kalender ini dicetak 100 eksemplar saja. Dana yang Anda keluarkan adalah 100 ribu rupiah. Di Kalender untuk Bumi ini, selain bertemu pasukan Saeh Go Lino, Anda bisa bertemu dengan cerita tentang Greta Thunberg, John Paul II, Sartre, Joko Pinurbo, data-data kerusakan lingkungan, cara sederhana menyelamatkan bumi, dan lain-lain.

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

Bagikan ke:

4 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *