13 September 2020, Komunitas Saeh Go Lino, Ruteng masuk ke usia yang ketujuh. Ya. 7 tahun.
14 September 2020
Hmmm … Judul ini barangkali terlampau bombastis. Ya. Macam talalu lebe, kalau orang kami bilang. “Berlipat ganda apanya? Baru sampai di usia tujuh tahun jugaaa… Hisssh!” Ada dengung begitu di kepala. Tetapi saya abaikan saja sebab hati ini sedang melonjak-lonjak kegirangan.
7 Tahun dan …
Kami sudah siap masuk Sekolah Dasar. Normalnya begitu. Usia manusia. Tetapi komunitas tentu saja tidak begitu. 7 tahun seharusnya bukan ‘anak baru’ lagi. Lalu, kami di mana?
Ini adalah catatan tentang 7 tahun Saeh Go Lino, komunitas (lebih tepat kami rasa sebagai rumah) yang cikal bakalnya muncul tahun 2013 silam. 13 September 2013. Tentang bagaimana ‘hari cikal bakal’ diputuskan sebagai ‘hari lahir Saeh Go Lino’, ceritanya panjang dan anak-anak rumah telah memahaminya. Ada beberapa benang yang sudah dititipkan beberapa artikel di Blog Ranalino ini perihal itu: Ora The Living Legend di Sail Komodo 2013 dan Saeh Go Lino Menjadi Nama Komunitas.
Tentang usia tujuh tahunlah yang hendak saya ceritakan kali ini. Tentang hati saya yang melonjak-lonjak kegirangan; kami sampai di usia yang ke-7 juga akhirnya. Why so happy?
Begini. Saya, sebagaimana sekian banyak manusia yang senang berkumpul, telah bergabung bahkan turut serta mendirikan banyak komunitas. Komunitas-komunitas itu hidup baik sekali di satu dua tahun pertama, beranggota banyak sekali, lalu perlahan ditinggalkan atau meninggalkan anggotanya. Soal-soal kesamaan atau ketidaksamaan arah pikir biasanya jadi alasan utama. Alasan kurang utama? Kadang soal uang. Ada beberapa yang menikmati keuntungan finansial berlebih, ada yang seperti menghidupkan lagi nuansa romusha (lalu sadar bahwa Perang Dunia II telah selesai dan kemerdekaan adalah hak segala bangsa), ada yang karena telah bertemu dengan kekasih yang lain… halaaah.
Baca juga: Public Speaking – Pengertian, Pelaku, Tujuan, dan Alur
Atas dasar pengalaman-pengalaman itulah, saya dan beberapa teman yang memutuskan membangun rumah bernama Saeh Go Lino, tidak terlampau menyiapkan diri untuk sampai di usia yang ketujuh. Juga karena alasan itu maka tidak ada perayaan-perayaan besar pada ulang tahun 1, 2, atau 3 (sebagaimana biasanya komunitas-komunitas tempat saya bergabung sebelumnya).
Jalan saja dulu. Toh, ini bukan komunitas dalam arti yang sama dengan komunitas sebelum ini. Ini rumah. Artinya, sebagai rumah, dia bisa saja ditinggalkan tetapi akan tetap jadi tempat kembali.
Begitu pikiran awal dulu dan itulah yang terjadi. Tak seorang pun dari rumah bernama Saeh Go Lino ini yang dilarang pergi atau dilarang kembali. Sebab, bukankah begitu seharusnya sebuah rumah; kau siapkan orang-orang di dalamnya agar ketika pergi tetap membawa semangat rumah dan ketika kembali akan tetap disambut dengan pelukan hangat. Tujuh tahun ini begitu.
… Berlipat Ganda!
Sejauh yang saya ingat, pasukan awal Saeh Go Lino tidak sebanyak sekarang. Sekitar sepuluh orang. Yang pertama kali bertemu tak sengaja di pentas opera Ora The Living Legend pada puncak perhelatan Sail Komodo 2013 di Pede, Labuan Bajo dan yang sehari-hari bergabung di OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng. Oleh karena tidak setiap ‘keinginan kreatif’ dapat ditampung di kelompok kategorial paroki, rumah bernama Saeh Go Lino ini lalu dibangun, dipelihara, dan diisi perlahan.
Berikutnya adalah bercerita melalui mulut dan tingkah laku tentang rumah ini. Berakibat baik. Satu, dua, tiga, empat orang datang. Semula berkunjung saja. Lalu dijerat (paksa?) untuk ikut membantu satu-dua kegiatan. Lalu mereka suka. Menerima begitu saja tawaran menjadi anggota rumah, memberikan seluruh kemampuan terbaiknya, dan rumah ini menjadi semakin kuat pondasinya. Perlakuannya sama saja: kau bisa sesekali pergi tetapi kau tentu saja akan kembali.
Barangkali karena itulah Saeh Go Lino berlipat ganda anggotanya. Dan kami semua senang. Sepanjang mereka ‘membawa’ pelajaran rumah ke tempat lain dan tidak ‘menjual’ rumah untuk kesenangan pribadi.
Di Saeh Go Lino kami saling mengingatkan.
“Besok saya ikut kegiatan bla bla bla…”
“Sip. Sukses. Jangan pake baju Saeh Go Lino em.”
“Siap.”
Dialog pendek semacam itu menjadi penting sebab di Saeh Go Lino preferensi politik atau hobi seseorang sama sekali bukan urusan komunitas/rumah. Urusan rumah adalah bersama-sama terlibat sesuai kapasitas masing-masing untuk menyukseskan apa yang telah jadi rencana bersama.
Urusan lain yang tak kalah pentingnya adalah sama-sama belajar menggunakan media sosial dengan baik; media sosial haruslah menyenangkan dan tidak jadi ladang untuk benih-benih kebencian. Untuk urusan terakhir ini, kami biasanya ‘saling hajar’ di WAG ketika seorang dari kami terlihat mulai memanfaatkan media itu untuk hal-hal yang berpotensi buruk.
Baca juga: Orang Cerdas itu Mendengar dengan Baik!
Lalu apa yang kami lakukan ketika ada ‘anak rumah’ yang berkegiatan di tempat lain? Kami mendukungnya. Membekalinya dengan nasihat-nasihat, harapan-harapan, doa-doa; dia dilarang mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri dan kami melarang diri kami sendiri mengakui keberhasilan personalnya sebagai keberhasilan komunitas. Dia harus sukses. Sebab kalau dia gagal, kami sekeluarga yang akan sedih. Kalau dia berhasil? Kami bergembira bersama. Semalam penuh. Atau bermalam-malam. Sebab kami biasanya kumpulnya memang malam. Hihihi…
Dan…
Di rumah ini, semua orang mendapat kesempatan memimpin. Oh, iya. Tentu saja ada badan pengurus. Sebab Saeh Go Lino sudah memiliki akta komunitas. Tetapi dalam setiap kegiatan, selalu ada yang jadi (kami sebut) project manager. Tugasnya adalah memastikan bahwa kegiatan itu berjalan. Dan project manager ini tidak pernah orang yang sama, tidak pernah selalu orang yang kalau diskusi omongannya terdengar hebat, tidak pernah memandang tingkat pendidikan. Sebab jika memandang yang terakhir ini, mungkin project manager kami hanya satu atau dua orang saja.
Anehnya, kami semua, termasuk yang sudah berusia agak dewasa seperti saya, mau saja diatur-atur oleh project manager yang kadang usianya terpaut belasan tahun. Hiks…. Kadang sedih, tetapi terutama senang. Bahwa rumah yang kami ciptakan sebagai tempat belajar benar-benar menjadi tempat tumbuh kembang. Selama tujuh tahun terakhir ini.
Bahwa ada pelajaran-pelajaran yang keliru, karena itulah kami membuka (atau menyerahkan?) diri pada begitu banyak orang baik di luar kami; yang kehadirannya selalu tepat waktu, tepat guna, tepat betul. Terlalu banyak nama sehingga memaksakan diri menulisnya satu per satu akan sangat mungkin membuat saya melupakan beberapa nama. Ingatan itu pendek, bukan? Tetapi doa akan panjang. Doa-doa dari kami semua kepada siapa saja yang telah membantu, yang telah memenuhi undangan kami, membeli produk-produk kami, menasihati kami, mengikuti kami di media sosial. Astaga! Kalian baik sekali. God must have spent little more time on you!
Begitulah… Kami berlipat ganda. Bukan semata jumlah anggota tetapi juga tanggung jawab. Dan, agar kami tidak terlipat kecil-kecil menjadi kenangan saja beberapa tahun ke depan, doakan agar rumah ini semakin kokoh. Terima kasih 1000, semuanya!
–
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell