Bulan November 2014 saya berkesempatan mengikuti kegiatan Borobudur Writers and Cultural Festival BWCF 2014. Saya melihat bougenville dalam perjalanan itu. BWCF 2014 diselenggarakan oleh Samana Foundation.
Bersama Ivan Nestorman di Borong, Manggarai Timur | Dok. RanaLino.ID |
Bougenville Pada Sebuah Perjalanan
Tampilannya yang cerah dan perawatannya yang mudah membuat bunga ini populer. Di Manggarai, setiap halaman memilikinya pada era 80-an. Maka melihatnya kembali dalam sebuah perjalanan di tempat yang jauh dari Nuca Lale memberi sensasi yang lain.
Sebut saja sensasi itu adalah koma. Sesungguhnya kau membutuhkan koma sebagai jeda dari hari-harimu yang sibuk sebelum tanda titik ditancapkan pada hidupmu oleh sang pemilik. Karena kalimat panjang tanpa jeda akan membosankan dan menjadi sulit dimengerti.
Jalan berkelok-kelok memberi hening yang panjang sampai Kae Ivan Nestorman melihat bunga bougenville besar di pinggir jalan. Musisi besar ini lalu berceletuk kecil pada saya di sampingnya. Tentang bougenville yang selalu menyita perhatiannya lebih besar dari semua hal yang dapat dilihatnya dalam setiap perjalanan.
Kalau dia tidak tekun, bagaimana dia bisa menjadi musisi besar saat ini? Dia telah menenun sejak lama, tetapi tentang bougenville yang besar dan berbunga indah adalah hal yang sama sekali lain.
Untuk apa memanggil kenangan menggali ingatan? Anggap saja untuk sebuah kesadaran bahwa siapa pun kau hari ini, saat ini, ketika sedang membaca ini, sebenarnya adalah hasil tenunan yang panjang dan belum selesai.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Saya suka lapangan sepak bola. Rumah kami di masa kecil adalah rumah panggung dari papan di pinggir lapangan sepak bola. Maka dalam setiap melihat lapangan sepak bola dan anak-anak yang bermain di sepanjang perjalanan, saya mengenang masa kecil saya lengkap dengan orangtua, kakak-kakak dan para sahabat.
Begitu saja ingat saja tentang mereka bahkan tanpa harus menunggu masanya berdoa. Saya beruntung cukup sering menikmati perjalanan darat sepanjang usia saya dan lapangan sepak bola selalu menjadi seperti Ivan Nestorman dan bougenville.
Kami dalam perjalanan pulang, saya dan kae Ivan di kursi belakang, Om Bona menyetir dan seorang ibu yang baik kerabat Kae Ivan dan Om Bona di kursi depan. Kami berempat saja dan berbagi banyak sekali cerita.
Saya ingat sebentar lagi Natal. Betapa telah banyak hal yang telah terjadi pada tahun ini atas hidup saya. Salah satunya adalah kisah tentang bougenville dan lapangan sepak bola tadi. Lalu, apakah setiap orang perlu memikirkan tentang jeda yang remeh seperti bunga dan lapangan? Mungkin tidak.
Atau tidak perlu ada jeda setiap hari tetapi setahun sekali barangkali menjadi penting. Untuk itu kira-kira Natal hadir. Untuk jeda yang tidak sempat kita ambil dari bunga-bunga di lapangan pinggir jalan sepanjang tahun.
Those Christmas lights, light up the street, maybe they’ll bring her back to me, then all my troubles will be gone, Oh Christmas lights, keep shining on…
Baca juga: Balada Jalan Salib Maria
Saya ingat Lumini Alwy Petronela, saudari kami yang telah pergi beberapa tahun silam menghadap Tuhannya sendiri. Setiap Natal dia selalu sibuk dengan tugas-tugas liturgi di gereja. Suaranya bagus, dia dirigen yang baik. Natal ini dia tidak hadir tetapi kenangan tentangnya selalu mampir.
Pakai saja dulu lalu di tahun baru nanti mulai menenun lagi. Baik saja rasanya kalau kita ingat bahwa kita bisa menempatkan koma di mana saja kalau kita mau. Koma: tempat yang baik sebagai jeda dan membiarkan bougenville pada sebuah perjalanan membawamu ke masa kecil atau ke rumah tempat para kekasih menanti.