Surat Gembala Prapaskah Paskah 2017 Uskup Ruteng Bagian 3

Tahun 2015 silam, Paus Fransiskus meminta agar semua pintu gereja selalu dibuka; “Please, no armoured doors in the Church, everything open.” Dalam semangat itu, bagian ketiga Surat Gembala Prapaskah Paskah 2017 Uskup Ruteng ini juga bicara tentang menjadi Gereja “pintu-pintu terbuka”.

surat gembala prapaskah paskah 2017 uskup ruteng bagian 3
Ruteng, Manggarai | Foto: Armin Bell

Surat Gembala Prapaskah Paskah 2017 Uskup Ruteng Bagian 3

Para Imam, biarawan/wati, dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!
Rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:14). Pewartaan tidaklah cukup diucapkan di bibir saja, juga tidak hanya diresapkan dalam hati, tetapi harus pula menghasilkan buah dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Karena itu hendaklah kita memanfaatkan masa Prapaska ini sebagai kesempatan yang istimewa untuk bertobat, memperbarui diri dalam terang Sabda Allah. Buah pertobatan itu tampak pertama-tama dalam relasi dengan Tuhan.

Maka marilah kita meningkatkan kehidupan doa, adorasi, membaca Firman Allah, dan berpartisipasi aktif dalam perayaan-perayaan sakramen khususnya ekaristi sebagai saat penuh rahmat untuk mengalami kebaikan dan kerahiman Allah.

Marilah kita juga membangun hubungan yang penuh pengertian, saling menerima dan mengampuni sesama. Nyalakanlah dalam hati kita api belas kasih terhada orang-orang miskin, sakit dan menderita. Keterlibatan kita dalam derma APP merupakan wujud nyata gerakan hati bersolider.
Akhirnya buah pertobatan itu terungkap pula dalam relasi kita dengan alam lingkungan. Bangunlah sikap dan gaya hidup baru yang ramah terhadap lingkungan. Tinggalkanlah mental dan perilaku boros, konsumtif dan membuang sembarangan, yang menjadi penyebab dasar kerusakan lingkungan di sekitar kita.

Terlibatlah dalam pelbagai gerakan penghijauan, perlindungan sumber mata air, pengelolaan sampah dan penolakan tambang. Inilah buah-buah nyata pewartaan dan pertobatan di masa Prapaskah ini.

BACA JUGA
Apresiasi Dinikmati atau Dilawan?
Bagian kedua dapat dibaca di tautan ini.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Ketika Yesus mati di kayu salib, para muridNya lari tercerai-berai. Mereka merasa seolah-olah perjuangan mereka bersama Yesus demi kerajaan Allah: ‘kerajaan’ keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umum–menjadi sia-sia dan gagal. Bahkan akibat perjuangan tersebut, mereka dikejar-kejar dan dianiaya.
Injil mengisahkan bahwa mereka lari bersembunyi di rumah serta mengunci pintu dan jendela rapat-rapat. Dalam situasi putus asa dan penuh kecemasan, tiba-tiba muncullah Yesus: Aku ini, jangan takut! (Mat 28:10). Ternyata harapan mereka yang sudah terkubur di Golgota, kini bersemi kembali. Yesus bangkit.
Peristiwa Paskah inilah yang kemudian mengubah mengubah hidup mereka secara radikal. Dari murid-murid yang penakut menjadi saksi-saksi injil yang berani. Dari persekutuan umat Allah yang mengunci dirinya, menjadi Gereja “pintu-pintu terbuka” , yang keluar dan pergi ke segenap penjuru bumi untuk mewartakan sukacita Injil.
Semoga perayaan Paskah 2017 sungguh-sungguh mengubah diri kita agar menjadi rasul dan bentara Sabda yang berani dan setia. Marilah kita terus menerus berjuang untuk memberikan kesaksian tentang sukacita, kebaikan, pengampunan, perdamaian dan kerahiman Allah di tengah-tengah dunia dewasa ini. 
Selamat merayakan pesta Paskah 2017.
Ruteng, 19 Febuari 2017
Uskupmu
Mgr. Hubert Leteng
Catatan:
Surat Gembala ini dibacakan sebagai pengganti kotbah dari salah satu hari Minggu di masa Prapaskah. Di Gereja Katedral Ruteng, Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2017 Uskup Ruteng ini dibacakan pada Sabtu dan Minggu, 12 dan 13 Maret 2017. Terima kasih kepada Pastor Kapelan Katedral Ruteng RD Lian Angkur yang meminjamkan salinan Surat Gembala ini.
Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *