Sejauh mana kau percaya bahwa setiap hal dalam hidupmu digerakkan oleh kekuatan dari luar dirimu, dapat diukur dari reaksimu pada cerita-cerita orang tentang keajaiban yang mereka alami. Termasuk tentang novena.
6 Februari 2020
Oleh: Ucique Jehaun
Sejak sehari sebelum menulis ini, pikiran saya terusik. Dan kemudian, niat menuangkannya dalam tulisan muncul dalam benak sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor. Hari ini.
Sebelumnya ada cerita dalam sebuah obrolan santai. Ada seseorang, peserta tes CPNS di Manggarai Timur, mendapatkan nilai yang tinggi saat tes dan mengakui bahwa itu dia peroleh karena Novena. Ada yang mendengar kesaksian itu dan tergelak. “Ma’u lako le run ket komputer wale soal hitu (Ya, ya, ya, komputer jalan sendiri jawab itu soal-soal [cynical]),” begitu tambahan komentarnya.
Saya tidak tertawa. Sibuk berpikir; mencari bagian mana yang lucu?
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan orang yang tertawa itu. Mungkin dia belum pernah merasakan mukjizat dalam hidupnya. Atau pengertian mukjizat baginya sedikit berbeda. Ada yang percaya akan adanya keajaiban berupa gunung batu berpindah dengan sendirinya. Sehingga jika ia penulis dan menulis artikel judulnya sangat click bait.
Saya paham dengan pengalaman yang dialami si pemberi kesaksian Novena. I have experienced uncountable simple miracles in my life semata-mata karena doa. Doa biasa yang sepintas lewat atau memang karena devosi dan novena.
Saya membayangkan beberapa wajah yang saya kenal saat mengetik ini dan akan bilang “ho kole gi suster ho’o (ini lagi ini suster sudah)”, sebab belakangan ini memang saya macam nampak religius sekali di facebook dan juga beberapa tulisan.
Baca juga: The Two Popes, Naskah yang Hebat dan Dua Aktor yang Sempurna
“Yang ingin aku katakan adalah ini: sering kita diberi sesuatu yang bisa kita maknai indah secara personal. Keajaiban kecil adalah ketika suatu peristiwa jadi bermakna sebab ia bermakna sesuai dengan sitem atau kepercayaan yang telah hidup dalam diri kita. Jika sepanjang hidupmu kau menyukai bunga seruni, lalu suatu hari kau berlibur di sebuah vila untuk pesta perkawinanmu dan kau melihat seruni bermekaran di bungalow itu, nah, semua itu akan berlipat makna sebagai sebuat keajaiban kecil. Keajaiban hanya bisa difahami oleh mereka yang memiliki sistem makna. Seperti nubuat yang terpenuhi”. Ini saya kutip Simple Miracles (Ayu Utami, hal.168).
Baca juga: Menjadi Ketua KBG
Demikian juga dengan saudaraku yang mengakui bahwa dia bisa dapat nilai tinggi pada tes CPNS di Manggarai Timur karena Novena. Bahwa dia melihat bahwa usahanya untuk belajar soal soal TIU, TWK sama seperti orang lain. Bahkan ada orang lain yang jauh lebih pandai, pintar dan punya waktu yang banyak untuk belajar materi dan contoh soal. Dengan novena dia membuka diri dan mengakui kelemahannya. Doa membuat dia percaya diri.
Dia mempunyai sistem makna bahwa doa membantunya menyelesaikan soal-soal tes. Tiap orang mempunyai sistem makna yang berbeda-beda.
It’s not you/ it’s HIM// Itulah yang dibilang Armin Bell dalam puisinya berjudul “Upstairs” yang selengkapnya belum saya baca.
Ada juga orang yang sistem maknanya lebih mengena jika pakai bahasa Inggris “when you want something so bad, you really do, the power of the whole universe would help”; kalimat yang barangkali mengingatkan sebagian orang pada The Alchemist-nya Paulo Coelho.
Bagi rasionalitas, tentu saja hal ini hanya urusan kekuatan pikiran, sugesti, atau frekuensi. Hanya masalah teknis dan ada rumusan. Ada juga yang bilang ini tergantung nasib. Kalau sudah sebut kata “nasib” tulisan ini langsung selesai. Apalagi yang mau diargumentasikan? (*)
–
Ucique Jehaun | Tinggal di Ruteng. Anggota Klub Buku Petra.
Tentang Novena
A novena (from Latin: novem, “nine”) is an ancient tradition of devotional praying in Christianity, consisting of private or public prayers repeated for nine successive days or weeks. During a novena, the devotees make petitions, implore favors, or obtain graces by worshiping Jesus Christ, and asking for intercessions of the Virgin Mary or the saints of the faith. Individuals may express love and honor by kneeling, burning candles or placing flowers before for the person represented by a statue. In some Christian communities, the popularity of novenas has waned; in others such as in Africa, Latin America and the Philippines, novena traditions are popular and include devotional rituals such as congregational prayers, statue decoration, hymn singing with music, as well as community fiesta events over beverages, refreshments or processions.[….]
| Sumber: Wikipedia.
Gambar dari sini.