menjadi blogger tidak akan buat anda mendadak keren dari multiply ke ranalino.co

Menjadi Blogger Tidak Akan Buat Seseorang Mendadak Keren Bagian Kelima

Pada bagian kelima seri Menjadi Blogger Tidak Akan Buat Seseorang Mendadak Keren ini saya berbagi tentang perjalanan saya dari zaman Multiply sampai Ranalino.


Ruteng, 1 Januari 2018

Sesungguhnya catatan ini ditujukan sebagai perayaan ulang tahun ranalino.co yang pertama. Saya baru saja selesai mengurus “administrasi”nya dan kini menjadi lebih percaya diri; selama setahun ke depan laman ini tidak akan hilang.

Apakah menjadi blogger dan memiliki ranalino.co ini pernah saya rencanakan sebelumnya? Bisa iya, bisa tidak. Dia berjalan begitu saja, melompat-lompat dari satu alamat ke alamat lain. Sebelum ranalino.co, saya pernah mempunyai alamat-alamat berikut ini.

arminbell.multiply.com

Blog ini sama sekali tidak direncanakan sebelumnya. Saat itu saya masih aktif siaran di Lumen FM, sebuah radio swasta yang dikelola SVD Provinsi Ruteng. Sebagai radio baru yang jauh letaknya dari pusat industri musik Indonesia, kesulitan terbesar yang saya alami saat itu adalah akses pada lagu-lagu baru. Top 40 selalu hadir setelah di Jakarta lagu-lagu itu masuk kategori tembang lawas. Itu situasi tahun 2004 sampai 2005.

Generasi sekarang a.k.a anak zaman now pasti agak sulit membayangkan bahwa pernah ada masa di mana penyiar radio atau music director-nya harus membeli kaset pita, membawanya ke radio, masuk ke ruang produksi, memindahkannya dengan menggunakan tape deck-mixer-pc, agar menjadi file digital berformat mp3. Ribet? Iya, Om. Makanya dulu radio itu dicintai setengah mati oleh para pendengar karena sumber lagu baru itu ya radio. Sekarang situasinya jelas jauh berbeda dan oleh karenanya radio–terutama radio musik–mengalami masa senjakala, sesuatu yang telah merenggut nyawa beberapa koran dunia bertiras besar. Iya to?

Untuk mengatasi keribetan memproses lagu dari kaset pita ke format mp3 itulah saya membangun blog di Multiply. Ceritanya, melalui berbagai pencarian di internet yang waktu itu hanya bisa diakses di warnet dengan tarif lima ribu rupiah per jam, saya menemukan satu sumber lagu baru. Seorang blogger asal Surabaya rajin mengunggah lagu-lagu baru di blog Multiply-nya yang hanya dapat diunduh oleh Multiplyers lain. Artinya kalau mau “sedot gan” dari blog itu, seseorang harus memiliki akun Multiply.

Demikianlah akhirnya saya memutuskan untuk membangun blog arminbell.multiply.com, menyedot lagu baru setiap minggu untuk para pendengar Lumen 2003 di Ruteng dan sekitarnya, sambil sesekali mengunggah beberapa lagu yang saya sulap dari kaset pita ke digital format. Daripada hanya jadi tukang unduh, sesekali saya ikut sumbanglah. Maka di jagat maya ketika itu, beberapa lagu Corrine Bailey Rae itu datang dari blog saya. Undang-undang ITE belum semenakutkan sekarang.

Tetapi tukar-menukar lagu saja rasanya tidak terlalu menarik karena Multiply menyiapkan ruang untuk berbagi tulisan. Atas dasar itulah saya mulai gemar menulis. Pada bagian awal, berbagai tulisan yang saya unggah ke blog itu adalah yang sebelumnya di-publish di beberapa koran lokal. Tetapi karena tidak setiap saat koran-koran itu memuat tulisan saya sementara saya semakin senang menulis maka dimulailah suatu masa di mana saya dengan sengaja menulis untuk blog. Menjadi blogger tidak karena rencana yang matang. Kadang begitu.

BACA JUGA
Pengalaman Membaca Buku Cerpen Perjalanan Mencari Ayam (Bagian 2)

Baca juga: Kampanye HIV/AIDS, Bagi Konsep atau Resep?

Pada suatu masa Multiply berubah haluan. Dia jadi lapak dagang. Seluruh tulisan saya mendadak hilang. Mekanisme pemulihan akunnya agak panjang dan saya tidak mau terlalu repot. Beberapa file asli tulisan tersebut ada di PC kantor atau dalam bentuk note di Facebook. Maka saya langsung tutup buku dengan Multiply, juga karena di zaman itu mp3 bisa diunduh di berbagai tempat secara gratis. Yang disayangkan dari peristiwa itu adalah hilangnya jejaring pertemanan dengan sesama pemain Multiply. Mau bilang apa?

arminbell.blogspot.com

Ini adalah rumah saya selanjutnya. Sayang sekali, saya tidak cukup serius merawatnya. Beberapa tulisan yang sebelumnya ada di Multiply saya pindahkan ke rumah ini tetapi pada zaman itu platform blogger agak susah diutak-atik oleh blobger Ruteng yang pengetahuannya minim ini. Tampilan blogspot saya jelek minta ampun. Diniatkan berpenampilan seperti detik.com, arminbell.blogspot.com malah terlihat seperti sesuatu yang tidak layak dinikmati sedetik pun. Sedih u la la…? Iya! Menjadi blogger tidak selalu dimulai dengan cerita sukses.

Saya pindah. Tidak kuat menahan malu tetapi juga tidak tahu cara mematikan akun ini. Lupa password dan berbagai faktor lainnya membuat rumah itu rasanya tetap ada, tetapi tanpa pengunjung. Seperti rumah tua di pinggir kali yang kalinya telah lama mati karena pohon-pohon di gunung telah dibabat investor yang ingin membangun rumah istirahat mewah, eh? Saya bahkan tidak pernah lagi mampir ke sana. Apalagi mesin pencari. Bagaimana cara mematikan akun Blogspot saya itu? Saya tidak mau ambil pusing.

arminbell.wordpress.com

Atas dasar tidak mau ribet mengurus desain di Blogspot yang agak bikin sengsara, saya pindah ke WordPress. Mendesain blog menggunakan platform ini jelas jauh lebih mudah. Mereka telah menyiapkan segalanya, kita hanya tinggal mengutak-atik berdasarkan kebutuhan. Karena kemudahan mengatur tampilannya itulah saya kerap merekomendasikan WP kepada teman-teman yang ingin mencoba menjadi blogger.

Blog ini berjalan sebagaimana yang saya pikirkan. Lalu lintasnya juga lumayan ramai. Beberapa kategori saya siapkan dengan rute yang jelas sehingga ketika hendak mengunggah tulisan baru, saya dapat dengan mudah memasukkannya pada beberapa kategori dan sub kategori di sana. Menjadi blogger tidak mudah, tentu saja, tetapi menyenangkan.

Saya mulai serius mengelola blog. Serius berarti saya memikirkan kontennya, saya rajin mencari pembaca dengan cara share ke akun medsos, saya gemar melakukan blogwalking, saya bergabung di grup para blogger, dan saya mulai bergabung di beberapa situs berformat blog keroyokan. Ada dua yang paling saya ingat, yakni Kompasiana dan Dumalana. Yang terakhir nasibnya tidak jelas, yang Kompasiana nasibnya jelas. Sempat juga menyumbang secara reguler ke Notanostra.com ketika rumah itu berkonsep multiauthors.

BACA JUGA
Penyandang Disabilitas di Ruteng: Tunanetra Baca Puisi, Tunarungu Mengarang

Saya tiba pada masa jatuh cinta berat pada blogging; bangga memiliki blog. Kemudian berpikir untuk membuat domain sendiri, tidak lagi menjadi penumpang di wordpress meski platform-nya tetap sama.

arbellmedia.com

Ini dia domain saya sendiri. Yang mengurus proses migrasinya dari arminbell.wordpress.com adalah seorang teman yang juga membantu saya membangun sebuah situs komunitas. Blog Arbellmedia adalah pencapaian yang menyenangkan. Saya mendapat pelajaran tentang SEO, tentang mengatur kata kunci, mengatur paragraf, sampai pada mengatur waktu promo ke medsos.

Melalui blog ini saya berkenalan dengan sangat banyak orang. Saya juga mulai secara reguler bercerita tentang Ruteng, kota kecil kami yang menyenangkan. Juga tentang komunitas yang saya bentuk bersama beberapa kawan. Tentang kegiatan kami di kota seribu hujan ini. Tentang galau. Dan lain sebagainya. Di pencarian google, Arbellmedia tampil di halaman pertama dan kedua untuk beberapa kata kunci.

Tetapi blogging itu fana dan tagihan abadi. Barangkali begitu. Atas dasar komunikasi yang tidak lancar dengan teman yang mengurus pembelian domainnya, Arbellmedia mati suri. Beberapa kali saya mencoba menghidupkannya lagi–menghubungi sang teman–tetapi gagal. Beruntung saya disiplin mem-backup konten. Menjadi blogger tidak selesai setelah mengunggah konten. Mengunduhnya kembali untuk kepentingan pengarsipan adalah keutamaan lain.

Ini pelajaran penting jika ingin menjadi blogger berumur panjang. Lakukan backup secara reguler agar jika suatu saat satu satu dan lain hal terjadi, seluruh materimu masih dapat diselamatkan. Saya dapat pelajaran ini dari pengalaman pertama di Multiply. Ketika Arbellmedia tidak jelas lagi nasibnya dan saya ingin membangun blog baru, yang saya lakukan berikutnya hanyalah migrasi blog. Meski fana, minimal dia berumur panjang. Begitu.

ranalino.co

Dan di sinilah kita sekarang. Di blog ranalino.co ini. Pada masa awal sebagian besar konten berasal dari arbellmedia.com. Tugas terberat adalah meyakinkan mesin pencari bahwa blog ini tidak dikelola oleh pencuri yang melakukan copas atas Arbellmedia. Sebelum menjadi dot co, Ranalino memakai dot id. Dot id itu dicuri orang setelah saya (duh, lagi-lagi gagal membayar tepat waktu). Ranalinodoid saat kasus pencurian itu sudah jadi blog yang (sa kira) besar dan berkuasa di mesin pencari.

Oh, iya. Tentang ‘dugaan konten copas’ oleh mesin pencari itu begini: Sebagai mesin, google, alta vista, yahoo, dan lain-lain tentu akan dengan mudah mengenali materi di Ranalino sebagai materi yang sebelumnya diunggah di Arbellmedia. Mereka tidak ambil pusing dengan kenyataan bahwa dua blog ini berpemilik seorang yakni diriku ini. Sebagai mesin pencari mereka akan menyimpulkan bahwa Ranalino mencuri dari Arbellmedia.

“Aduh. Itu berat e. Lebih berat dari mengurus ribetnya persiapan pernikahan,” kata Marcell, salah seorang digital strategist yang saya curhati tentang migrasi ini. Lalu dia menawarkan cara mengakalinya yakni mengubah 100 kata pertama pada setiap postingan lama (atau membuat seratus kata baru di awal artikel) disertai doa agar usaha itu berhasil.

BACA JUGA
Menjadi Blogger Tidak Akan Buat Seseorang Mendadak Keren Bagian Keenam

Itu pekerjaan yang melelahkan. Saya lakukan di ranalino.blogspot.com–sebagai persinggahan sebelum mantap memutuskan membeli domain di RumahWeb. Pada saat yang sama saya juga belajar mengutak-atik tampilan blogger yang memang tidak pernah semudah wordpress. Paling tidak saya menganggapnya demikian ketika mendapati kenyataan bahwa di blogger tidak ada kategori dan yang ada hanya tag. Bagaimana membuat lalu lintas yang rapi dengan tag?

Tetapi ketika membangun Blog Ranalino inilah saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru. Mulai dari memperdalam pemahaman tentang SEO, kata kunci, html, dan lainnya, sampai pada pengetahuan tentang keterbatasan diri. Blog ini berpengunjung lumayan banyak dan saya tidak memiliki energi yang deras untuk terus menulis dengan baik.

Saat itulah saya mengalami apa yang disebut sebagai kesadaran kualitas. Setelah melanglang-buana dari satu blog ke blog lain, dari satu bacaan ke bacaan lain, dari satu gambar ke gambar lain pada proses blogwalking, saya menyadari bahwa blog yang baik adalah blog yang memiliki konten dengan kualitas yang baik. Dalam hal bahwa saya telah cukup lama di per-blogging-an ini, yang dibutuhkan adalah progress.

Blogger yang baik harus selalu berusaha melakukan perbaikan, mulai dari cara menulis (bertutur) sampai pada kepatuhan pada aturan-aturan penulisan yang baik dan benar. Bagaimana menulis “di” sebagai awalan dan “di” sebagai kata depan, membuat huruf miring pada kata asing, dan melakukan perlawanan terhadap situs-situs berita abal-abal pemburu klik yang tumbuh seumpama cendawan di musim hujan.

Tetapi, itu tadi! Saya tidak mampu mengelola semuanya sendiri. Maka dengan rendah hati saya mengundang beberapa sahabat untuk ikut menulis di ranalino.co. Mereka mau. Jadilah blog ini berpenampilan seperti hari ini. Saya telah memiliki beberapa konsep termasuk telah siap menodong beberapa orang untuk membangun rumah ini bersama-sama, tetapi menjadi blogger tidak pernah membuat seseorang mendadak keren, bukan? Maka niat saya ketika membangun rumah ini sama sekali bukan karena ingin keren.

Mengapa menjadi blogger? Karena saya ingin menjadi blogger. Itu! Bahwa karena memiliki blog membuat saya diundang untuk bicara tentang blog dan dapat bayaran, itu bonus. Bonus yang selalu saya harapkan.

Di bagian akhir postingan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih seribu kepada semua pengunjung Blog Ranalino. Kalian keren karena senang membaca. Apalah arti seorang blogger tanpa ribuan pembaca? Sekali lagi terima kasih. Terima kasih seribu. Terima kasih dua ribu kepada mereka yang dengan senang hati ikut membagi catatan-catatan kami di ranalino.co. Terima kasih tiga ribu kepada siapa saya yang dengan sengaja melakukan kunjungan ke ranalino.co tanpa melalui akun medsos. Dan terima kasih empat ribu kepada yang selalu mengirimkan kritik dan saran. Akhirnya, terima kasih lima ribu kepada para sahabat yang telah dan akan membangun ranalino.co bersama-sama.

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

Bagikan ke:

6 Comments

  1. Saya pilih ranalino, welakaweng, dan kompasiana sbg alternatif bacaan selain buku.. kaya pengalaman inspiratif dan memotivasi, dgn selingan humor2 ilmiah dan mencerdaskan ala cak lontong.. terima kasih sudah berbagi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *