Dami N. Toda adalah tokoh penting di halaman Sastra Indonesia. Siapa dia?
Nama Dami N. Toda barangkali tidak akrab di telinga sebagian besar anak-anak Manggarai. Di Ruteng, mungkin juga tidak terlampau banyak yang mengenalnya. Padahal di Indonesia, Dami N. Toda adalah salah satu tokoh penting, yang pengaruhnya diakui berbagai kalangan–termasuk membuatnya mendapat penghargaan di bidang kesusastraan.
Lahir di Pongkor, Manggarai, Flores, NTT pada tanggal 20 September 1942, Dami N. Toda menghembuskan napas terakhirnya di Leezen, Jerman pada 10 November 2016. Dami N. Toda adalah seorang kritikus sastra Indonesia, menulis banyak buku dalam tema tersebut, dan satu yang paling sering disebut adalah Hamba-hamba Kebudayaan (Sinar Harapan, 1984).
Di Manggarai, para pembaca buku kebudayaan (atau yang melakukan riset kebudayaan di bumi Nuca Lale ini, tentu pernah mengetahui satu buku lain karya Dami N. Toda berjudul Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (Nusa Indah, 1999). Rasanya, di daftar pustaka pada beberapa buku tentang Manggarai, karya Dami N. Toda setebal 442 halaman ini tercatat sebagai salah satu sumber bacaan (kalau bukan sebagai yang utama). Namun sebagai tokoh sastra, di NTT, nama Dami N. Toda barangkali tidak sepopuler Gerson Poyk. Di Manggarai sendiri, sangat mungkin para pembaca sastra lebih mengenal Otto J. Gaut, pengarang novel Mawar Padang Ara (Gramedia Pustaka Utama, 1997) daripada tokoh asal Manggarai bernama lengkap Damianus Ndandu Toda ini.
Dapatlah dimaklumi karena sebagian besar teks yang dihasilkan Dami N. Toda adalah esai. Jumlah pembaca esai sastra barangkali tidak pernah sebanyak pembaca puisi, kumpulan cerpen, atau novel. Meski demikian beberapa penelusuran menemukan bahwa sejumlah puisinya pernah ada di beberapa publikasi seperti antologi puisi Penyair Muda di Depan Forum (1974), Tonggak III (1987), dan Buru Abadi (2005).
Tentang mengapa Dami N Toda kemudian dikenal sebagai tokoh sastra penting di Indonesia erat hubungannya dengan munculnya Iwan Simatupang sebagai salah satu pembaharu dalam sastra novel tanah air.
Di era 70-an, Iwan Simatupang tidak banyak diterima/dimengerti publik sastra Indonesia. Pada saat itulah Dami N. Toda menawarkan pembacaan baru atas Iwan. Menurut Dami, Iwan Simatupang melalui novelnya mengaplikasikan filsafat eksistensialisme. Tentu saja pernyataan tersebut didasarkan pada riset yang panjang dan sangat baik sehingga serentak membuat Dami N. Toda dikenal (diterima) sebagai kritikus sastra Indonesia. Bacaan Dami N. Toda atas karya-karya Iwan kemudian dibukukan dan diterbitkan tahun 1980 dengan judul Novel Baru Iwan Simatupang.
Tentang mengapa Dami N. Toda tidak terlampau dikenal oleh para pembaca di Manggarai (bahkan beberapa pembaca yang pernah mencoba mengenal Manggarai melalui Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi mengaku kesulitan mengakses teks tersebut), barangkali disebabkan oleh gaya bertutur Dami N. Toda yang cenderung bertingkat-tingkat. Dibutuhkan kesabaran dan kesadaran sungguh untuk mengakses teks-teks demikian, bukan?
Riris K. Toha-Sarumpaet dalam Orbituary Dami N. Toda (1942 – 2006) menulis soal itu: “Kalimat dalam makalahnya bertingkat-tingkat, pemikirannya bahkan sering bertumpuk, sehingga sulit dipahami.” Dalam tulisan yang sama, Riris menegaskan peran Dami N. Toda pada perkembangan sastra Indonesia, “Dia sering gregetan menyaksikan perkembangan kehidupan sastra dan kritik di Indonesia// Bukan hanya sastra, sebenarnya. Kesenian secara umum ikut diperjuangkannya. Hingga dia secara penuh mengajar di Universitas Hamburg sekalipun, laporan-laporannya yang menarik dan membuka wawasan perihal tokoh dan masalah dunia, pendidikan, serta kunjungan para budayawan dan sastrawan menunjukkan perjuangannya yang tak pernah berhenti.”
Yang menarik adalah, meski tidak terlampau dikenal pembaca muda, terutama yang tinggal di Manggarai, Dami N. Toda sesungguhnya dapat dengan mudah ditelusuri di dunia dalam jaringan atau daring (online). Sejumlah tautan tentang Dami N. Toda yang disediakan mesin pencari (SERP) memberikan catatan beraneka ragam.
Atas hasil penelusuran via search engine itulah saya tahu bahwa Dami N. Toda pernah kuliah di beberapa kampus. Ya, dirinya pernah mengenyam pendidikan tinggi di STFK Ledalero, Flores (tidak tamat), Fakultas Hukum Atmajaya, Yogyakarta (tidak tamat), Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (sampai doktoral), Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta (tamat 1974).
Pada tahun 1981, Dami N Toda pindah ke Jerman. Dia menjadi tenaga pengajar Bidang Studi Indonesia-Pasifik Universitas Hamburg, Jerman sampai pada tahun 2006, saat dia meninggal dunia. Tahun 2007, abu jenasahnya diantar ke Todo. Penyair WS Rendra ikut dalam prosesi tersebut, sebuah penghargaan seorang sahabat kepada tokoh penting asal Manggarai itu.
Riris K. Toha-Sarumpaet menulis, “Sebagai seorang kritikus sastra, Dami dikenal sebagai pencetus istlah Angkatan ’70 dalam Kesusasteraan Indonesia Modern. Selain kecintaannya pada dunia sastra, Dami juga berminat pada dunia musik dan teater.”
Profil Dami N. Toda
- Nama Lengkap: Damianus Ndonda Toda
- Lahir: Pongkor, 29 September 1942 | Meninggal Dunia: Hamburg, 10 November 2006
- Orang Tua: Pasutri Frans Sales Baso (Kraeng Baso) – Paula Pangul
- Istri: Dwi Sarjuningsih Setya Wardhani
- Anak-anak: Putra Rian Mashur dan Mayang Cita Putri Kembang Emas
- Riwayat Pendidikan: SR Ruteng A di Manggarai, SMP dan SMA di Seminari Mataloko, Pendidikan Tinggi di STFK Ledalero, Universitas Gajah Mada, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Indonesia.
- Riwayat Pekerjaan: Departemen Sosial RI (1973-1974), Sekretaris Eksekutif Yayasan Seni Tradisional Jakarta, Pengajar Institut Kesenian Jakarta, Pengajar Akademi Perawat Rumah Sakit St. Carolus, Redaktur Tamu Berita Buana, Staf Redaktur Kadin Indonesia, Penulis Kolom di sejumlah media, Pengajar Bidang Studi Indonesia-Pasifik Universitas Hamburg, Jerman.
- Penghargaan yang pernah diterima: Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta untuk karya esainya Hamba-hamba Kebudayaan (1984)
Dami N. Toda adalah salah satu tokoh hebat asal Manggarai. Semoga setelah (sedikit) mengenalnya melalui catatan ini, kita berusaha mencari berbagai informasi lain tentangnya dan mengambil pelajaran dari seluruh perjalanan hidupnya. (*/dari berbagai sumber)
–
3 Juni 2018
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell
Catatan: Buku-buku Dami N. Toda bisa diakses di google books.