Kami Punya Dua Pekerjaan

Bagaimana seorang anak membaca orang tuanya? Tentu saja melalui cerita yang keluar dari mulut dan tubuh Ayah dan Ibu. Seperti itu rasanya Rana membaca saya dan Celestin.

Saya dan Celestin

Kami Punya Dua Pekerjaan

Ruteng, 9 Apri 2017

Minggu pagi. Matahari datang dengan cahaya yang lembut. Kami di ruang tivi. Saya, Rana, Lino, dan seorang kakak pengasuh mereka. Celestin sedang ke danau Kelimutu, menikmati matahari terbit. Saya menyuapi Rana dan kakak pengasuh mereka menyuapi Lino. Sarapan dengan tahu dan tempe di Pekan Suci, dan cerita.

“Bapa punya dua pekerjaan?” Tiba-tiba Rana bertanya begitu. Saya kaget, bingung, lalu bertanya apa saja dua pekerjaan yang dia maksudkan itu. Dia bilang, “Pertama jadi pegawai, yang kedua menjadi peseni.” Ah, ini dia. Maksudnya tentu seniman. Barangkali karena saya suka sibu-ribuk dengan pentas dan beberapa waktu terakhir selalu pamit untuk latihan Tablo.

Saya iyakan saja karena Rana sejak lama mengakui bahwa seniman itu pekerjaan dan memutuskan bahwa dia akan menjalani pekerjaan itu nanti. Saya selalu berharap, pada zamannya, menjadi seniman adalah pilihan yang tidak saja tepat tetapi juga sejahtera *smile.

“Saya juga nanti mau dua pekerjaan,” katanya kemudian.
“Menjadi seniman dan apa?” Tanya saya.
“Mmmmm… bukan itu. Saya seniman tetapi dua. Seni lukis dan balerina,” jawabnya.

Rana lalu bercerita tentang niatnya membuka galeri lukis yang dia sebut toko seni. Dia pernah mengatakan itu dahulu dan saya setuju; kalau Rana sudah besar, kita buka toko seni di samping klinik gigi Mamanya.

Dia lalu bicara sendiri: “Saya berharap ada di luar negeri sekarang, menjual lukisan saya dan uangnya untuk kursus balerina.” Luar negeri yang dia maksudkan selalu berubah. Kadang Jakarta, atau Bali, atau Inggris, atau di Menara Eiffel. Saya tidak tahu luar negeri mana yang dia pikirkan hari ini, yang pasti bukan Ruteng.

Tidak ada rumah seni di kota ini, para seniman menyimpan karyanya di lemari besi atau di dalam hati. Beberapa bahkan ragu tentang dirinya; apakah dia seniman atau bukan.

Rana telah berulang kali bilang bahwa dia akan menjadi seniman. “Seperti Bapa,” katanya. Dan saya menjadi begitu malu. Harusnya saya terus berkarya saja agar menjadi layak. Semoga setelah Paskah. Dan Lino akan jadi pemain bola yang dokter gigi. Semua punya dua pekerjaan. Mama mereka adalah dokter gigi dan penari.

Oleh: Bapanya Rana dan Lino