HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng, Pesta yang Batal

Pesta yang kami rencanakan batal digelar. HUT kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng tertunda perayaannya. Hadiah yang terkumpul sejak akhir Desember 2016 baru bisa dibagi setelah kegiatan ini berusia dua tahun satu bulan. 

hut kedua dongeng untuk anak di ruteng pesta yang batal
Usai Peringatan HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng, Manggarai | Dok. Saeh Go Lino

HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng, Pesta yang Batal

Kegiatan ini sesungguhnya bernama lengkap “Sore Cerita – Dongeng untuk Anak”. Sebuah nama yang cukup panjang. Memikirkan nama yang panjang itu ketika berhadapan dengan dilema penulisan judul blog post, saya sedikit menyesal. Kenapa dulu tidak bikin kegiatan yang judulnya pendek saja? 

Mari Mendongeng, Dongeng Kita, atau Ini Dongeng, rasanya adalah judul yang tidak terlampau panjang dan masih bisa ditambah beberapa kata lain sehingga judul artikel bisa lebih provokatif. Kalau disingkat juga akan lebih menjual; Mame, Dongki, atau Indo. Iya to? Tetapi begitulah. 
Ketika memutuskan untuk memulai kegiatan ini dua tahun silam, tidak ada pikiran-pikiran itu. Pokoknya bikin saja, jangan pikir macam-macam. Saya toh akhirnya tidak terlalu menyesal dengan nama kegiatan yang panjang itu ketika akhirnya kata kunci “Sore Cerita Dongeng untuk Anak” menempatkan blog ini ada di kueri nomor satu mesin pencari hari ini. Kalau tir percaya, coba ketik sudah *smile.

Kalau kalian ketik kata kunci Dongeng di Ruteng, hasilnya malah lebih dahsyat. Blog ini ada di daftar satu sampai empat, cie cieee. Tidak semua yang kau sesali adalah hal-hal yang tidak menguntungkan. Mungkin begitu. Halaaah, malah promosi blog. Apa sih?

Intinya, tahun ini kegiatan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di Ruteng berusia dua tahun, dan ulang tahunnya adalah pesta yang batal dilaksanakan. Dua tahun lalu kami dari Komunitas Saeh Go Lino Ruteng memulai kegiatan ini dan lupa merencanakan bagaimana caranya merayakan ulang tahun. Tiba-tiba saja kami harus merayakan ulang tahun yang kedua. 
Akhir 2016 sempat terpikir rencana untuk melaksanakan peringatannya dengan lebih meriah. Saya bahkan sempat memikirkan sesuatu yang begitu hebat untuk peringatan ulang tahun kedua kegiatan “Sore Cerita – Dongeng untuk Anak” di LG Corner Ruteng ini.

Baca juga: Belajar Menulis dari William Forrester

Rencana itu membutuhkan biaya beberapa ratus ribu rupiah dan karenanya sebuah proposal crowfunding saya luncurkan di blog. Bukan di ranalino.co tetapi di blog yang lama. Beberapa kawan sempat membaca postingan itu sebelum proposal itu menghilang dari jagat internet karena blog lama itu mati tanpa pesan. 

Tidak usah dibahas bagaimana blog itu bisa mati. Mari kita bahas saja kebodohan saya tidak melakukan backup periodik atas file blog serta kebiasaan membuat postingan langsung di dashboard blog dan bukannya di notepad, yang membuat proposal itu ikut dibawa mati.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Proposal crowdfunding yang sudah saya buat dengan begitu menarik–*imho, hilang tak berbekas, seperti air di daun talas atau seperti cinta kita kepada mantan #eh?. Setelahnya, saya sibuk dengan beberapa kegiatan lain termasuk persiapan natal dan iven jelang Natal di Ruteng bernama Christmas Culinary and Live Music di Paroki Katedral. 

Tetapi seperti saya bilang sebelumnya, beberapa teman sempat membaca proposal crowdfunding itu dan tergerak membantu. Beberapa hadiah terkumpul. Yang datang dalam rupa benda seperti buku saya simpan rapi di rak buku saya di rumah, yang datang dalam wujud dua ratus ribu rupiah juga saya biarkan ada di rekening. Nanti saja dibagi, pas kami pesta ulang tahun, pikir saya.
Hal ulang tahun kegiatan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di LG Corner Ruteng itu sempat hadir di ingatan pada awal Januari 2017. Di bulan itulah kegiatan bersama dari komunitas Saeh Go Lino Ruteng dan PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng ini berusia dua tahun.

Tetapi pendongeng kami sedang berbahagia atas kelahiran anaknya yang pertama dan berbagai kesibukan yang biasanya menyertai peristiwa besar seperti itu, saya sendiri sibuk menyesuaikan diri dengan tahun baru-kantor baru-meja baru-target baru. Lagipula, hadiah yang terkumpul belum cukup banyak sedangkan dalam rencana kami akan membagi hadiah kepada semua anak yang ikut pesta.

Saya juga tenggelam dalam urusan membangun ranalino.co–di dalamnya berisi usaha merapikan materi dari blog lama yang sempat terselamatkan serta perjuangan masuk ke halaman mesin pencari–yang direncanakan akan tampil dengan wajah yang lebih menyenangkan.

Urusan edit html, perjalanan malam hari ke India mengunjungi postingan para blogger negeri Kajool agar bisa mendapat tips sehingga tidak ditendang mesin pencari karena sebagian besar materi pernah diunggah di blog lama dan akan dianggap sebagai copy paste jika saya tidak melakukan beberapa penyuntingan, serta kerepotan-kerepotan lain, membuat kami melewatkan Januari begitu saja. 

Proyek pribadi seperti membaca buku pertama tahun 2017 di bulan Januari, dan usaha menyelesaikan penyuntingan draf kumpulan cerpen Perjalanan Mencari Ayam juga telantar karena urusan blog baru ini.
Baca juga: Membaca itu Penting bagi Penulis

Untunglah setelah Januari ada Februari. Meski tidak ada perubahan jumlah hadiah yang terkumpul, kami memutuskan untuk mulai mendongeng lagi. Hari ini, Minggu, 19 Februari 2017, kami merayakannya.

Tidak banyak anak yang bisa mendapat hadiah tetapi kami bersukacita. Pesta yang batal digelar adalah pesta yang saya rencanakan sebagai sesuatu yang mewah. Hari ini kami tetap berpesta; pesta dongeng yang sebulan tertunda. 

Maksud saya, kegiatan ini mulai berjalan lagi, perlahan meniti langkah-langkah awal pada pelaksanaannya di tahun ketiga. Hal jumlah hadiah adalah bonus. Yang utama adalah bahwa tanpa kami sadari, kegiatan ini berjalan konsisten. Sebulan sekali. Ada memang bulan-bulan di mana kami sangat sibuk atau cuaca sangat buruk, tetapi biasanya di bulan berikutnya kami bayar dengan menghadirkan dua atau tiga dongeng sekaligus dalam sekali pertemuan.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Dua belas kegiatan mendongeng dalam setahun dan hari ini sudah ada duapuluh lima dongeng yang diceritakan. Bukan angka yang mewah barangkali, tetapi kami tetap merasa gembira. Mendongeng untuk anak-anak yang jumlahnya banyak itu butuh ketekunan belajar.

Kalau pada akhirnya hari ini jumlah pendengar bertambah, dan para pendengar lama mulai merindukan pertemuan bulanan itu, bukankah itu artinya jalan ini telah benar? 

Tentang duapuluh lima dongeng yang sudah diceritakan, judul dan modelnya macam-macam. Ada cerita tentang Pondik sang tokoh dongeng Manggarai paling fenomenal, ada dongeng klasik dunia milik HC Andersen, ada urban legend yang saya garap kembali dalam wajah baru, ada asal muasal tempat, dan lain-lain.
Sebelum Erick Ujack Demang mulai mendongeng pada hari ini, saya sejenak mengambil panggung dan mengajak mereka berbagi komentar tentang kegiatan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di LG Corner Ruteng ini. Ini adalah momen evaluasi. Kalau mereka tidak terlalu suka, ada dua pilihan. Pertama, kegiatan ini dihentikan, kedua, hentikan kegiatan ini.

Ya, untuk apa konsisten melakukan kegiatan yang tidak disukai? Batalkan saja pesta ini. Pecahkan saja gelasnya biar mengaduh sampai gaduh. Kulari ke hutan kemudian teriak ‘ku, halaaah. Kok malah ingat Dian Sastro?

Untunglah hasil evaluasi menampilkan fakta bahwa mereka suka. Mereka bahkan menuliskan harapan mereka tentang bagaimana sebaiknya kegiatan ini berjalan di tahun yang ketiga ini. Saya simpan catatan-catatan itu dan akan menulisnya di blog ini esok hari. Judulnya adalah HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng, Ada Gadis Korek Api.

Catatan itu akan berisi komentar mereka tentang kegiatan bersama Saeh Go Lino dan PPA Katedral Ruteng ini, serta harapan mereka. Juga ada daftar pertanyaan yang mereka harus jawab sebagai tiket mendapatkan hadiah.

Tentang hadiah, saya sesungguhnya ingin menulis nama-nama pemberi hadiah itu di catatan ini, tetapi mereka melarang. Ya, para pemberi hadiah itu tidak mau disebutkan namanya. Saya menghargai permintaan itu karenanya mari kita sebut saja mereka dengan nama Hamba Allah *smile.

Saya mengakhiri catatan bagian pertama tentang HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng ini dengan mengucapkan terima kasih seribu kepada orang-orang baik yang telah peduli itu. Semoga rezeki mereka berlimpah.

Mengapa kami mendongeng? Alasannya bisa sangat banyak. Tetapi salah satu yang paling besar adalah karena kami percaya anak-anak yang mendengar dongeng adalah anak-anak yang mampu membangun imajinasi dengan merdeka.

Kami juga percaya, beberapa tahun kemudian jumlah anak Manggarai yang mencintai buku akan bertambah. Itu sudah. Sampai di sini dulu cerita tentang pesta yang batal ini, sampai jumpa di catatan kedua.

Salam
Armin Bell
Ruteng, Flores