Tak ada pesta hari itu. Donasi tak mampir ke LG Corner. Eh, ini kok mirip judul dua tulisan ya? Yang pertama Aan Mansyur “Tak ada New York Hari ini” dan yang kedua, Ayu Utami “Laila tak mampir ke New York” *smile. Btw, ini bagian kedua dari tulisan tentang HUT Kedua kegiatan kami. Kali ini ada Gadis Korek Api dalam cerita.
- Tahun berapakah delapan orang Manggarai dibaptis menjadi Katolik di Jengkalang, Reo? (Jawaban: Tahun 1912, awal masuknya Gereja Katolik di Manggarai);
- Peristiwa besar apakah yang ada di sekitar cerita dongeng Gadis Korek Api? (Jawaban: Malam Natal);
- Kerajaan apakah yang diceritakan dalam legenda Loke Nggerang? (Jawaban: Kerajaan Todo);
- Siapakah imam yang paling lama menjabat sebagai Pastor Paroki Katedral Ruteng? (Jawaban: Rm. Max Nambu, Pr).
Selain menjawab pertanyaan, seorang peserta mendapat hadiah karena mampu menceritakan lagi legenda Amina si Elang Bondol, legenda dari Komodo yang ditulis ulang oleh Zacharias Angkasa.
Persiapan HUT Kedua Dongeng untuk Anak di Ruteng |
Tetapi sebelum beberapa anak pulang dengan hadiah, perayaan ulang tahun kedua kami diawali dengan evaluasi. Saat itulah ada Gadis Korek Api. Bai de wei, tahu Gadis Korek Api kan? Itu adalah salah satu dongeng karya H.C. Andersen (diterjemahkan dari “The Little Match Girl”) yang pernah didongengkan pada salah satu pertemuan di tahun pertama di LG Corner Ruteng.
Nah, pada ulang tahun kedua yang kami rayakan sebulan lebih lama dari seharusnya–ultah kegiatan sesungguhnya jatuh pada Januari dan baru dirayakan pada 19 Februari 2016–judul itu kembali disebut. Kok bisa?
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Sebelum pendongeng dari Komunitas Saeh Go Lino Ruteng, Erick Ujack Demang, mulai bercerita, tugas saya adalah mengajak pendengar kami dari kelompok kategorial PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng untuk melakukan evaluasi atas kegiatan yang telah berlangsung selama ini. Mereka diminta untuk menjawab tiga pertanyaan, dan menulis jawabannya di kertas yang kami bagi.
- Komentar saya tentang Sore Cerita – Dongeng untuk Anak di LG Corner Ruteng adalah: Kegiatan ini bisa mengasah pikiran anak dan menambah ilmu tentang dongeng anak, agar anak mempunya prestasi mendongeng (Mariana S. Johan, Acin, Kelas VI A SDK Ruteng VI).
- Sangat menarik dan mempunyai pesan-pesan yang baik agar saya dapat meneladaninya dan menambah wawasan anak-anak untuk mendengarkan dongeng anak (Karolina Y. Sawang, Kelas VI A SDK Ruteng VI).
- Saya tidak menyukai tokoh-tokoh yang tidak baik (Grasela K. Wiwe, Greis, SDI Konggang).
- Sangat suka karena dongeng itu sangat indah (Margareta Afi Angul, SDI Konggang).
- Saya sangat suka dengan dongeng anak karena sangat menarik (Jessyca P. E. Mbiru, Jessyca, SDK Ruteng III).
Lima jawaban itu mewakili keseluruhan jawaban yang kami terima dan tulisan tangan mereka saya simpan dengan rapi di rak buku saya. Jawaban lain rata-rata berbunyi mirip, seperti: saya senang, bahagia, saya senang dongeng karena dapat menambah wawasan, saya suka.
Ada juga legenda Banyuwangi, ada Tujuh Burung Gagak karya Brothers Grimm, juga ada legenda Loke Nggerang–sebuah legenda lokal Manggarai tentang pengorbanan seorang perempuan bernama Rueng yang menolak keinginan seorang raja yang ingin menjadikannya selir. Untuk yang terakhir ini, legenda tersebut terus hidup karena sebuah bukti tetap ada di Todo, gendang yang terbuat dari kulit perut seorang perempuan.
Saya memilih beberapa di antara sekian banyak harapan untuk catatan ini, yakni:
Semoga kegiatan dongeng bersama PPA LG dapat berkembang dan diminati banyak orang terutama anak-anak (Gaudensia Y. Bandur, Yoland, SMPN 2 Langke Rembong).
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Urusan hari ini adalah bahwa kami sangat bersyukur boleh merayakan ulang tahun yang kedua, boleh menjalin relasi dengan sangat banyak orang melalui dongeng, boleh menjadi bagian kecil dari usaha membuat semakin banyak orang mengenal dongeng.
Rasanya itu penting dan harus disyukuri. Kami begitu bodoh kalau berpikir bahwa semua ini terjadi karena kami mampu. Suatu ketika saya menulis puisi berjudul “Upstairs”. Puisi singkat. Isinya demikian: It’s not you/ It’s Him//
Dia kerap meninggalkan pekerjaannya untuk anak-anak ini. Dedikasi sebesar itu yang membuat kami juga mau tidak mau harus bertanggungjawab pada apa yang sudah kami mulai. Pekerjaan ini berat karena godaan untuk tidak konsisten adalah yang paling besar di negeri ini. Apakah kami bisa?
Baca juga: Ivan Nestorman, Musisi Aneh dari Flores
Salute! Tidak byk orang muda yg pya kepedulian spt ini.. selama ini sy pikir LG CORNER tu cuma toko buku biasa dan kantin bakso yg numpang jualan.. betewe, foto menunjukkan dominasi anak2 perempuan..kemana anak2 laki2nya? Apakah ini gambaran 'dunia' masa depan? Sekali lg..salute!!!
Sejauh ini, LG Corner adalah ruang publik yang dapat dipakai oleh seluruh komunitas di Ruteng untuk berbagai kegiatan kreatif. Semoga akan tetap seperti itu. Ya ya ya… sebagian besar adalah anak perempuan. Saya tidak tahu ini gejala apa hihihi.