Tanggal 24 Januari 2020, saya menulis tentang Apoly Bala. Salah seorang komposer yang saya kenal namanya ketika saya masih tinggal di Pateng, Rego.
31 Juli 2020
Saya menulis ini ketika mendapat kabar bahwa pencipta lagu dan pemimpin kor itu meninggal dunia. Rest in Peace, Maestro!
“Di tangannya nada-nada Sopran mengalun bergelombang mengungkapkan keagungan Tuhan beriringan dengan Alto yang memberi sentuhan keindahan yang sempurna pada lagunya. Akord bas ia gubah bagai kijang yang berpacu lincah, melompat naik dan menukik turun, meliuk-liuk menjadi latar belakang yang harmonis bagi Tenor yang melambung tinggi menggapai cakrawala nada setiap lagu gubahannya. Mendengarkan karyanya adalah mendengarkan keindahan suara ciptaan yang memuliakan Penciptanya.”
Paragraf di atas saya ambil dari cakrawalantt.com. Mereka menyiarkannya beberapa saat setelah Apoly Bala kembali ke panguan Ilahi.
Siapa Apoly Bala?
Saya dengar namanya ketika saya masih SD di Pateng. Apoly Bala. Guru Don dan Muder Yuliana, Bapa dan Mama saya, menceritakannya di sela latihan kor keluarga pada suatu sore di Bulan Maria. Saya lupa tahunnya tetapi tidak lupa bagaimana dua orang itu bercerita tentang Apoly Bala dengan kagum.
Mereka (dalam pengakuan keduanya) mengenalnya saat kami sekeluarga masih di Kupang akhir 70-an ke 80-an awal. Guru Don bersama Muder Yuliana mengingatnya sebagai pemimpin kor yang hebat. Cerita itu, tentang komposer hebat itu, dikisahkan sebab hari itu kami sedang latihan satu lagu ciptaan Apoly Bala.
Saya lupa judul lagu itu tetapi saya ingat–dan masih bisa menyanyikannya dengan lancar terutama bagian suara tiga di refrein–liriknya: “perawan murni yang murah dan penuh cinta/ doakanlah kami semua/ yang memuji kesucianmu/ oh bunda doakanlah kami selalu//”
Saya kira saya tahu baca not, dan mengerti bahwa di satu ketukan dapat saja diisi oleh lebih dari dua not, ketika di rumah kami lagu itu sering dinyanyikan. Lumini Alwy Petronela, saudari kami yang cantik itu (semoga dia beristirahat dalam damai surga) mengajarkannya dengan baik karena dia seorang dirigen. Guru Don juga dirigen. Muder Yuliana itu seperti metronom dalam setiap latihan.
Dan, mereka semua mengaguminya. Demikianlah satu lagu ciptaannya itu dan nama Apoly Bala kuat sekali menancap di ingatan saya.
Baca juga: Menulis Kisah tentang Mama
Bisa saja saya salah ingat. Bahwa, mungkin itu bukan komposisi orisinil Apoly Bala dan dirinya hanya sebagai pengaransemen. Tetapi saya tetap merasa bahwa lagu itulah yang membuat saya terhubung dengan namanya. Apoly Bala. Pada tahun-tahun itu, nama Paul Widyawan dan Fredy Levi sedang kuat-kuatnya–terpujilah Tuhan atas karunia besarnya bagi kita melalui orang-orang ini.
Oh, iya. Lagu yang saya ceritakan tadi, tidak lagi sering saya dengar sekarang ini. Mungkin karena notasinya yang sulit (?) atau teks-nya yang tidak banyak dipegang para dirigen saat ini. Tetapi, sungguh, itu lagu yang bagus sekali. Liriknya, saya pikir, bagus sekali: (ayat 1) “salam yang penuh rahmat/ salam bunda juru selamat/ salam junjungan para raja/ dst….”
Baca juga: Tuhan Menambal Ban Saya
Lalu hari ini, 24 Januari 2020, saya dapat berita duka. Di WAG Dusun Flobamora, Linda Tagie mengabarkan bahwa Ayah dari salah seorang teman, bernama Oan Wutun, meninggal dunia. Apoly Bala. Sebelumnya, di dinding facebook saya lihat ucapan duka cita dari beberapa teman kepada Oan Wutun dan menulis harapan semoga Pak Apoly Bala beristirahat dalam damai. Membaca pesan Linda, saya langsung tanya: “Pak Apoly Bala yang komposer itu ka?” Linda bilang iya, dan lagu Maria itu segera ada di kepala; doakanlah kami semua/ yang memuji kesucianmu/ oh bunda doakanlah kami selalu//.
Saya sedih…
Tentang Apoly, website Majalah Hidup (hidupkatolik.com) menulis begini:
“Apoly (Bala) banyak berkarya dalam diam dengan tujuan utama membangkitkan jiwa umat yang tidur dan malas. Dan sejak awal karyanya di bidang Musik Liturgi, lagu-lagu ciptaannya sudah tersebar ke berbagai sudut negeri dan dunia ini, dinyanyikan oleh kelompok-kelompok Katolik diaspora di berbagai belahan dunia. Selain sebagai dirigen, organis dan pencipta lagu, mantan Kepala Sekolah SMPK St. Yoseph Naikoten ini adalah anggota Dewan Paroki selama beberapa periode di Paroki Santo Yoseph Naikoten, Kupang. Dia sepertinya tidak mengenal lelah dalam urusan melayani Tuhan. Requiescat In Pace!”
Terima kasih, Apoly Bala. Beristirahatlah dalam damai!
–
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell
Foto dari jefriantogie.blogspot.com