hiv/aids terlampau dekat

HIV/AIDS Terlampau Dekat (Bagian 2)

“Apakah HIV/AIDS dapat menyerang saya?” Ibu-ibu yang ditinggal suaminya ke Malaysia barangkali tidak pernah bertanya demikian. Dasar sikap abai itu jelas, karena mereka setia dan mereka tidak tahu apa itu HIV/AIDS. Mereka tidak sadar, HIV/AIDS terlampau dekat sekarang.

Bagian Kedua, Selesai.

AIDS Menyebabkan Kematian

Ya, AIDS menyebabkan kematian! Sebuah kepastian yang membuat kita semua perlu berpikir dan bertindak sangat hati-hati, agar tidak terjangkiti. Ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan untuk mendukung upaya itu.

Tetapi sebelumnya baiklah kita mengetahui bahwa virus HIV penyebab AIDS itu bisa berpindah dari ODHA ke manusia lainnya melalui darah, cairan sperma, cairan vagina, cairan amnion, dan air susu. Jika demikian, maka penting bagi kita untuk menyimak langkah apa yang bisa kita buat agar terhindar dari virus mematikan itu.

Pertama, karena virus itu bisa menular lewat darah, maka pastikan agar jika terpaksa menerima transfusi darah, darah yang masuk ke dalam tubuh kita harus benar-benar steril. Untuk persoalan ini, pihak Rumah Sakit atau Unit Transfusi Darah (UTD) memiliki mekanisme yang jelas dan aman soal donor darah. Selain itu, karena virus HIV ini tidak mudah mati maka kebiasaan tattoo atau merajah tubuh dengan jarum yang sudah terinveksi, serta jarum suntik narkoba yang tidak steril pun meningkatkan resiko tertular HIV/AIDS.

Kedua, penularan virus HIV bisa melalui cairan sperma dan vagina. Menjawab persoalan ini harus diakui susah-susah gampang. Alasannya, hal tersebut sangat pribadi karena berkaitan dengan hubungan seks. Satu-satunya saran yang bisa diberikan oleh para pegiat advokasi AIDS adalah menghindari hubungan seks beresiko tinggi. Contoh hubungan seks beresiko tinggi adalah dengan PSK atau Pekerja Seks Komersial. Kata menghindari mungkin akan sangat sulit diterapkan. Karena itulah ada advis tambahan untuk poin ini yakni biasakan menggunakan kondom jika melakukan hubungan seks beresiko tinggi; sejauh ini berbagai penelitian menyimpulkan penggunaan kondom cukup ampuh mencegah penularan virus.

BACA JUGA
Koor Misa yang Selalu Bikin Saya Iri dan Merasa Kecil di Kursi Umat

Tetapi sayangnya, kampanye penggunaan kondom agak kontroversial karena dianggap sama dengan mengkampanyekan seks bebas. Kontroversi ini bertahan sampai sekarang.

Ketiga, banyak anak kecil yang tak berdosa yang akhirnya harus hidup dengan virus ini dalam tubuhnya karena dilahirkan dan hidup dari ASI ibunya yang adalah ODHA. Sidang pembaca pasti punya jawaban sendiri untuk persoalan ini. 

Lalu, untuk apa semua hal di atas disampaikan?

Jawabannya adalah karena virus HIV/AIDS itu sudah begitu dekat dengan kita masyarakat Nusa Tenggara Timur. Beberapa tahun silam, kita hanya mendengar virus mematikan ini berkembang di Irian Jaya (sekarang Papua), Bali, Jawa dan Jakarta. Dan saat itu, kita terlalu percaya diri bahwa Propinsi kita tercinta ini akan terbebas dari pendemi tersebut.

Lalu tiba-tiba, kita dihentakkan oleh laporan berbagai media massa bahwa virus HIV/AIDS sudah menjangkiti anak-anak propinsi kepulauan ini, bahkan sampai meninggal dunia (cermati lagi pemberitaan di Media Massa Flores Pos dan Pos Kupang periode Oktober sampai awal November 2005). Terkejut? Itu pasti. Shock? Juga pasti. Lalu apa yang harus kita buat?

Kita tentu tidak ingin, suatu saat generasi NTT adalah generasi yang hidup dengan HIV/AIDS di tubuhnya. Karenanya, selain menjaga perilaku pribadi agar tidak beresiko tertular HIV/AIDS, semua komponen diharapkan memiliki komitmen bersama untuk memerangi pandemi ini. Terlambat memang, karena sudah ada korban jiwa yang jatuh akibat wabah ini, tetapi belum terlambat untuk menyelematkan generasi berikutnya.

Pemberantasan HIV/AIDS bukan hanya tugas dokter, dinas kesehatan, LSM atau elemen agama tetapi seluruh umat manusia terutama manusia NTT yang sekarang (baru disadari) ikut menjadi korban. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah advokasi untuk pengidap HIV/AIDS yang sudah teridentifikasi agar tetap sintas, serta kampanye berkesinambungan agar masyarakat kita tidak memberikan stigma negatif kepada mereka. Media massa juga sangat diharapkan perannya dalam persoalan ini. Menanggulangi AIDS memang bukan perkara mudah, tetapi akan menjadi lebih tidak mudah jika kita tidak memulainya dari sekarang.

BACA JUGA
Tulis Surat untuk Sahabat, Ivan Nestorman Bicara tentang Pemajuan Kebudayaan di NTT

Bagian pertama tulisan ini dapat dibaca di sini.

.

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

Catatan: Artikel HIV/AIDS terlampau dekat ini ini sudah dimuat beberapa tahun silam di koran Flores Pos. Sengaja dimuat lagi di blog ini, karena sebenarnya belum ada kemajuan berarti dalam penanganan masalah HIV/AIDS di wilayah kita

Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *