di balik workshop keaktoran ksi bersama saeh go lino lawa manggarai

Di Balik Workshop Keaktoran KSI Bersama Saeh Go Lino 3: Lawa Manggarai

Lawa Manggarai adalah sebutan populer untuk komunitas atau kelompok yang berasal dari/tinggal di Manggarai. Karenanya, catatan “Di Balik Workshop KSI Bersama Saeh Go Lino” bagian ketiga ini akan bercerita tentang orang-orang Manggarai yang terlibat pada kegiatan itu.


Jauh di balik peristiwa menyenangkan bernama Workshop Keaktoran yang terjadi pada tanggal 13 dan 14 Oktober 2017, ada serangkaian pertemuan penting nan njelimet digelar di bengkel. Meski dilaksanakan di bengkel, pertemuan-pertemuan tersebut tidak melibatkan sepeda motor, ban dalam, atau alat-alat tukang kayu. Bengkel yang jadi lokasi pertemuan adalah sebuah ruangan kecil di dekat rak piring di rumah kami di Kedutul.

Semula, ruangan itu diniatkan menjadi semacam bengkel seni, namun akhir-akhir ini dia menjadi bengkel Sintus dan Gerry. Hanya mereka berdua yang sering ada di sana, menyusul aktivitas super tinggi yang digeluti para pemuda tampan harapan bangsa seperti Mozakk, Enno, Nathan, Fensy, Denny, Kojek, Dodo, Ando Fernando, dan lainnya. Malam ini bengkel sedang kosong. Mungkin anggota pasukan sedang nongkrong dan menyebar berita bohong di rumah calon mertua masing-masing. Marilah kita berdoa agar calon mertua mereka tidak mudah termakan hoax.

Lalu, pertemuan apa gerangan yang pernah digelar di sana?

Semenjak mendapat kabar dari Linda Tagie tentang rencana Koalisi Seni Indonesia menggelar Workshop Keaktoran di Ruteng, saya menghubungi beberapa personil yang saya anggap siap bekerja secara paksa seumpama penghuni penjara zaman perang. Ada Haris Saputra, Ferdi Mozakk, Ronald Sintus Iring, Djehatu Ary Kojek, Adenk Crova. Kami membahas kepanitiaan, daftar calon peserta, daftar calon mertua, eh?

Dari bengkel, pertemuan dipindah ke ruang tivi. Bengkel tidak cukup representatif karena hanya ada tivi tabung 14 inchi sedangkan pertemuan kami kerap diwarnai dengan nonton film bareng, dan di ruang tivi ada tivi yang cukup besar dan memanjakan. Isssh… Ini pertemuan atau apa sebenarnya?

Pokoknya begitu. Yang lebih banyak sibuk adalah Haris. Mengurus administrasi, mengurus film, sampai pada mengurus laptop saya yang bermasalah. Multitasking anak yang satu ini, dan semoga dia tetap sempat mengurus kisah cintanya agar tak merana.

Pertemuan marathon tersebut akhirnya berbuah manis ketika pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 10.00 Wita, Workshop Keaktoran yang digelar Koalisi Seni Indonesia bersama Saeh Go Lino dan OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng resmi dibuka.

Rossy Wilhemina menjadi MC, Febry-Eltin-Putry-Okta menjadi penampil pembuka membawakan tarian epik berjudul “Saeh Go Lino Ge”. Sebelumnya, acara diawali dengan tuak curu dan manuk kapu kepada tim workshop yang terdiri dari Linda Tagie (mewakili KSI) dan Abdi Karya bersama Askar Lacapila sebagai pemateri. Adat penerimaan tamu curu dan kapu itu sekaligus menahbiskan Linda, Abdi, Askar, sebagai bagian dari lawa Manggarai.

BACA JUGA
Ivan Nestorman: Budaya Kita, Masa Depan Kita

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Aula Assumpta Katedral Ruteng ini berjalan menarik, menyenangkan, sesuai rencana, dan mengenyangkan. Katering berhasil kami paksa menyiapkan porsi berlebih karena kami sangat memahami derita beberapa anggota pasukan Saeh Go Lino jika mereka tidak kenyang.

Sesungguhnya, workshop ini tidak hanya berisi anggota Saeh Go Lino dan OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng yang namanya tercantum gagah di backdrop bersama Koalisi Seni Indonesia selaku penyelenggara. Kami hanya bertindak sebagai co-penyelenggara. Peserta workshop adalah para pegiat seni muda dari sejumlah komunitas yang sedang bersemangat melahirkan karya di kota ini.

Dalam daftar, beberapa komunitas hadir dan menjadi peserta ini, yakni:

Komunitas Sastra Hujan. Komunitas ini bergerak di bidang literasi, terutama puisi. Mereka telah beberapa kali memberi warna pada kota Ruteng dengan menggelar malam puisi di beberapa tempat termasuk LG Corner Ruteng. Beberapa anggotanya sering menyiarkan puisi di media. Mereka hadir memenuhi undangan tersebut dan bersemangat mengikuti workshop keaktoran ini sampai pada pentas penutup.

OMK Theofilus. Beberapa waktu yang lalu, di bawah arahan penulis dan sutradara Marcelus Ungkang, kelompok kategorial di Paroki St. Vitalis Cewonikit Ruteng ini menggelar pentas teater berjudul “Botol Kesedihan”, sebuah teater yang baik dan menampilkan tata panggung yang baru di Ruteng. Mereka juga hadir dalam workshop ini. Njeuk, sang sutradara juga sempat mampir.

Sanggar Molas Bali Belo. Ini adalah salah satu sanggar tari yang telah lama ada di Kodirut, kota sejuta kompiang ini. Sanggar ini dijalankan oleh Ibu Erni Jem, koreografer hebat asal Ruteng yang kerap membawa nama Manggarai hingga ke pentas nasional. Dua anggota sanggar ini juga hadir, meski agak terlambat karena harus mengikuti sekolah pagi. Ibu Erni juga mampir pada hari kedua bersama Ibu Irna Aburman dari Sanggar Wela Songke.

Sanggar Wela Songke. Sanggar ini berada di SMAK Setia Bhakti Ruteng, dikelola dengan sangat baik oleh Ibu Irna Aburman. Berbagai gelar juara lomba tari telah diraih oleh sanggar ini. Meski tidak sempat mengirim pesertanya, tetapi kehadiran Ibu Irna pada hari kedua workshop telah ikut memberi warna pada kegiatan kami. Irna adalah koreografer tari yang melibatkan 2.017 penari pada HUT ke-72 kemerdekaan RI di Lapangan Motang Rua Ruteng beberapa waktu lalu.

OMK St. Mikhael Kumba. Beberapa tahun silam, OMK ini terkenal dengan pentas karya teater yang selalu menyenangkan. Tahun ini, Fr. Marto (anggota komunitas KAHE Maumere), sedang menjalankan Tahun Orientasi Pastoral atau TOP di Paroki Kumba. Seorang anggotanya hadir pada workshop keaktoran ini dan mari berharap agar kelompok kategorial kaum muda di Paroki St. Mikhael Kumba ini kembali memberi warna pada dunia panggung di kota Ruteng ini.

BACA JUGA
Middle Class di Tengah Rencana Reuni Angkatan dan Ulang Tahun Sekolah

Kosaveri (Komunitas Sastra Saverian). Sebuah komunitas sastra yang baru saja dibentuk oleh Frater Marto di SMAK St. Fransiskus Saverius Ruteng. Semula, kami mengundang sekolah ini karena Sanggar Luju Nai yang ada di sana kami pandang cukup eksis di kota ini. Tetapi anggotanya mungkin sedang sibuk sehingga tidak sempat hadir. Kehadiran Kosaveri adalah hal yang tidak hanya menjadi pengganti, tetapi juga menyenangkan. Pesertanya terlibat sangat aktif.

Ngaso Art. Ini sesungguhnya bukan komunitas panggung. Ngaso Art adalah komunitas yang bergerak di segala bidang berdasarkan pesanan. Mereka bisa mengerjakan graviti, lukisan, stiker, sama baiknya dengan mereka mengejar cinta cie cie cieee. Komunitas ini diwakili oleh Enno Juna, sang pemeran Yesus pada Tablo Jalan Salib Hidup di Paroki Katedral Ruteng. Setelah dua kali menjadi Yesus, pada pentasan malam penutup workshop keaktoran di Aula Assumpta, Enno naik pangkat jadi Yosef, lelaki pendiam dalam Kitab Suci yang menemani Maria Ibu Yesus dalam perjalanan sensus penduduk ke Betlehem.

Saeh Go Lino. Selain membantu KSI dalam menyelenggarakan kegiatan, anggota Komunitas Saeh Go Lino juga menjadi peserta workshop. Mereka memang terkenal jago di segala bidang, juga di bidang membereskan/membersihkan meja konsumsi. Itu sudah!

OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng. Sebagian besar anggota Saeh Go Lino adalah anggota OMK LG. Dalam setiap kegiatan, selalu sulit dibedakan yang mana OMK LG dan yang mana Saeh Go Lino. Seperti juga pada kegiatan kali ini. Di satu sisi OMK LG, di sisi lain anak Saeh Go Lino. Barangkali seperti semua orang Manggarai, di satu sisi anak rona dan di sisi lain adalah anak wina. Kadang memerintah sida, kadang bergerak untuk memenuhi perintah sida. Kau bisa apa? #Halaaah.

Pokoknya begitu. Sekian komunitas di atas larut lebur dalam agenda workshop keaktoran dan menjadi lebih kenal satu dengan yang lain. Saya senang menyaksikannya. Senang melihat Celly Djehatu bergoyang seksi memimpin Aster, Kojek beraksi di depan anggota Komunitas Sastra Hujan, dan Oan Djehatu yang selalu terlihat sibuk kalau melintas di depan anak-anak Kosaveri. Sekali lagi, kau bisa apa? Kau hanya bisa bilang, “Seni e, aeh!”

Memang seni. Karena ini kegiatan kesenian, bukan? Pada malam penutup, teman-teman muda anggota PPA LG dan Sekar, yang juga biasa menggelar kegiatan di Aula Assumpta ikut hadir menyaksikan dengan khusyuk pementasan teater dari peserta juga pemateri.

BACA JUGA
Surat Gembala Uskup Ruteng Menyongsong Pemilu 14 Februari 2024

Ini sungguh luar biasa. Semua penonton pada malam itu menyaksikan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada seorang pun yang mengutak-atik handphone selama pertunjukan berlangsung. Mereka mengikuti adegan demi adegan dengan sepenuh hati.

Malam Minggu dan anak muda tidak pegang handphone tetapi memilih nonton teater. Ckckckck. Kalau bukan karena pentas teaternya yang super keren, bisa jadi alasannya adalah karena mereka jomblo. Eh?

Saya membicarakan pemandangan itu dengan Abdi Karya, tentang bagaimana anak-anak muda menonton sebuah pertunjukan tanpa terdistraksi (atau mendistraksikan diri?) dengan telepon pintar mereka–sesuatu yang agak jarang terjadi di negeri ini.

Menurut Abdi, itu adalah tanda bahwa penonton di Ruteng menghargai karya seni sekaligus pegiat seninya. Atmosfer itulah yang harus dijaga-dimanfaatkan dengan terus menggelar pentas seni. Ited mengangguk-angguk. Saya menduga, pria berjenggot ini mengerti sungguh maksud Abdi. Tetapi juga patut dicurigai, karena anggukan itu muncul setelah gelas sopi kesekian.

Di luar semua cerita menarik tentang agenda kami ini, saya dan Ited sesungguhnya yang paling senang ini. Kegiatan workshop keaktoran ini diberitakan di mana-mana. Berbagai media menulis pegiat seni muda sebagai orang yang terlibat dalam kegiatan ini. Itu artinya kami berdua masih muda dan berbakat jadi aktor. Kau bisa apa? Sekian!

21 Oktober 2017

Salam dari Kedutul, Ruteng

Armin Bell

PS:
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membuat kegiatan Workshop Keaktoran yang digelar Koalisi Seni Indonesia bersama Saeh Go Lino dan OMK LG ini dapat terlaksana, yakni:

  • Koalisi Seni Indonesia;
  • Linda Tagie;
  • Abdi Karya dan Askar Lacapila;
  • Tim Kerja dari Saeh Go Lino dan OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng;
  • Romo Risno Maden selaku moderator OMK Lumen Gratiae;
  • DPP Katedral Ruteng yang telah memberikan pinjaman gedung dan beberapa perlengkapan secara gratis;
  • Para pegiat seni muda Ruteng yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini;
  • Kota Ruteng, kota yang dibangun dari kopi, hujan, dan kita; berkunjunglah ke kota ini dan kau akan pulang dengan kenangan akan Dodo yang bertattoo tapi manis, juga Gerry yang anggota pencak silat THS/THM dengan badan paling kaku sedunia, Celly seorang fotografer yang traveler, Eltin Damon sang penyanyi bersuara merdu dan berambut kerit… eh, Rossy yang bahasa Inggrisnya kerap tercampur aduk dengan bahasa Korea, Sintus dengan tawa paling lebar sejagat raya, dan Mozakk yang sibuk mengatur agenda pacarnya yang kini menjadi Gubernur DKI. Oh, maaf. Itu Anies, ya? Saya pikir Anny. Ah, sudahlah Rhoma.

Foto: Dokumentasi Panitia Workshop Keaktoran KSI Bersama Saeh Go Lino

Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *