Di LG Corner Ruteng, beberapa dongeng hebat milik Brothers Grimm telah diceritakan. Dalam penelusuran tentang Jacob dan Wilhem ini saya menemukan bahwa setiap kisah yang mereka ciptakan adalah kisah yang kelam dan cenderung kejam. Ketika mendongengkannya kembali, kami berusaha ‘melembutkannya’ tanpa menghilangkan alur asli.
Tentang Brothers Grimm
Kami tentu saja akan diserang rasa bersalah seandainya para pendengar kami pulang dengan ketakutan yang luar biasa, atau kengerian yang hebat, yang membuat mereka lalu membenci dongeng; padahal dongeng adalah sesuatu yang harus dirindukan, kegiatan yang menyenangkan, bekal yang hebat.
Banyak pengalaman menyenangkan selama kegiatan ini berjalan. Banyak pertanyaan bagaimana mendongeng pada sekumpulan anak dan mereka menjadi betah dan merindukan pertemuan berikut? Salah satu jawaban yang bisa kami sampaikan adalah: Jangan pernah membiarkan pendengar kita pasif. Ajak mereka terlibat!
Ilustrasi |
Dongeng Brothers Grimm
Tujuh Burung Gagak
(Di bagian ini, pencerita bisa mengambil contoh dari situasi lokal tentang beberapa orangtua yang merasa bahwa hidup mereka belum lengkap kalau hanya punya anak perempuan, atau hanya punya anak laki-laki saja. Tetapi ingatkan juga bahwa sebenarnya laki-laki atau perempuan sama saja).
(Catatan: Banyak anak yang belum mengenal arti kata Tabib. Tanyakan terlebih dahulu, jika mereka tidak mengerti maka perlu dijelaskan arti kata tersebut. Cara paling mudah adalah mencari padanannya dengan seseorang/profesi yang mereka kenal, ex: dokter, dll. Hal ini juga berlaku pada kata-kata yang tidak familiar lainnya).
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Tabib tersebut kemudian memberitahukan cara pengobatannya: Bayi perempuan itu harus dimandikan dengan menggunakan air yang dari sebuah sumur ajaib. Hanya dengan cara itu, anak perempuannya bisa sembuh.
Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya.
(Beri sedikit jeda, silent air. Penting untuk meninggalkan kesan sedih, tegang, dll).
Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh. Mereka juga tidak menemukan benda lain yang dapat dipakai untuk mengisi air. Mereka membayangkan Ayah mereka akan sangat marah dan karenanya mereka tidak berani pulang.
(Catatan: Ketika menuturkan kalimat langsung, nada suara sebaiknya diubah).
Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara. Sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Dia lalu menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu.
Tetapi… walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, pasangan suami istri itu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.
(Pada bagian ini, pencerita bisa memberikan kesempatan kepada pendengar untuk menceritakan secara ringkas nasib tujuh anak laki-laki tadi, untuk mengukur daya serap atas bagian cerita yang sudah dituturkan).
Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa banyak bekal. Hanya sedikit roti untuk menahan lapar, air untuk menahan haus, cincin kecil milik orangtuanya, dan sebuah pisau.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Dia menemui bintang fajar.
(Di Manggarai sebutan untuk bintang fajar adalah Ntala Gewang. Jelaskan juga dalam bahasa daerah masing-masing tentang ini dan selanjutnya terjemahan itu dipakai dalam cerita).
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Ntala Gewang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, “Gunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari kaca. Di sana kamu akan menemukan saudara-saudaramu.”
(Beri jeda, silent air, biarkan pendengar menebak apa yang mungkin terjadi setelahnya. Bisa lakukan interaksi untuk mengetahui kemungkinan yang mereka pikirkan. Beberapa kemungkinan bisa dipakai sebagai bagian tuturan. Misalnya: mencari ranting, memahat kunci dari batu, mengetuk pintu, dll).
Karena dia sangat berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, dan karena cintanya yang besar, si Gadis mengambil sebilah pisau (silent air) memotong jari kelingkingnya (silent air), memahatnya menyerupai kunci dan mencoba membuka pintu gunung kaca di depannya.
Baca juga: Saya, Media Massa dan Foto Tanpa Caption
(Bisa tanya kepada pendengar mengapa itu bisa terjadi. Pencerita TIDAK BOLEH menyampaikan kesimpulan atau hasil interpretasinya sendiri).
Mendengar itu, si Gadis keluar dari persembunyiannya dan pada saat yang sama ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia. (Selesai)