Dalam renungan tobat kali ini, RD Lian Angkur mengajak kita menjadi air yang menyejukkan sesama. Kisah tentang perempuan Samaria yang meminta air yang disebut Yesus sebagai: “akan menjadi mata air di dalam dirinya”, menjadi dasar renungan ini. Selamat menikmati!
RD Lian Angkur | Foto: Koleksi Pribadi |
Mata Air Hidup, Renungan Tobat RD Lian Angkur
Sahabat-sahabat Yesus yang terkasih,
Air sangat penting di dalam hidup kita. Berguna untuk menyuburkan tanaman, membersihkan sesuatu, dan untuk diminum. Singkatnya, air memungkinkan sebuah kehidupan. Sebagai contoh, air sangat dibutuhkan pada saat seseorang haus. Masing-masing kita sering alami itu.
Itulah yang dialami juga oleh Bangsa Israel (Kel. 17:3-7). Setelah melewati pada gurun Sin, mereka haus dan bersungut-sungut meminta air kepada Musa. Permintaan mereka dikabulkan, setelah atas perintah Tuhan, Musa memukul gunung batu di Horeb dengan tongkatnya. Dari sana, keluarlah-mengalirlah air sehingga bangsa Israel dapat minum dan tidak mati kehausan.
Pengalaman atau kondisi haus akan air adalah gambaran hidup manusia (kita) yang kering, gersang, jauh dari Allah, tinggal di dalam dosa. Saat itu, seseorang sesungguhnya sangat membutuhkan air untuk ia minum; bisa bangkit dan hidup kembali-hidupnya menjadi subur.
Dalam Injil, Yesus menyebut diriNya sebagai Air Hidup (bdk. Yoh. 4:5-42). Kepada seorang perempuan Samaria yang berdosa, Yesus berkata, “Aku akan memberikan air kepada seseorang yang akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Bagaimana jawaban perempuan itu? Ia meminta, “Tuhan, berikanlah aku air itu.”
Jawaban atau permintaan perempuan ini menunjukkan bahwa ia sungguh merasa tersapa, dirangkul, dihargai, dikasihi, dan diselamatkan oleh Yesus. Dengan itu, ia segera menerima Roh Tuhan, mengalami kasih, dan pengampunanNya. Sejak saat itu pula, ia berubah-bertobat dan menjadi percaya. Ia kembali bangkit dan hidup serta bersaksi tentang Yesus kepada sesamanya.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Dengan demikian, sebagai Air Hidup, pertama-tama Yesus datang memberikan Roh Allah, kasih, dan pengampunan kepada manusia. Air adalah lambang Roh, lambang hidup Allah sendiri yang diberikan Yesus kepada kita. Itulah yang mengubah hidup kita.
Baca juga: Tentang Cobaan Iblis yang Pertama
Sejak dibaptis, kita sudah meminum air hidup-menerima Roh Allah. Kita sungguh dikasihi oleh Allah. Namun, seiring berjalannya waktu, ada saatnya kita haus, hati kita gersang, jauh dari Allah, berdosa. Karena itu, mari kita terus belajar dari perempuan Samaria tadi, untuk selalu mengambil waktu berjumpa dengan Yesus, memohon ampun, meminta air kasih dan pengampunan dariNya.
Harapannya: hidup kita kembali diperbaharui-diubah-bertobat.Selanjutnya, sebagai orang yang sudah meminum Air Hidup-dikasihi-diampuni-dan diubah oleh Tuhan, hendaknya kita menjadi mata air hidup bagi sesama.
Apa artinya menjadi mata air hidup?
Berkaca pada apa yang dilakukan Yesus terhadap perempuan Samaria tadi, menjadi mata air hidup berarti: menyapa-menghargai-mengasihi sesama, merangkul dan menguatkan sesama yang bersalah atau berdosa-tidak mengucilkannya-tidak membicarakan namanya, tetapi membantunya untuk bangkit-berubah, tidak pilih kasih-tidak menghakimi, dan memaafkan sesama yang bersalah-tidak menyimpan kesalahan seseorang.
Kita menjadi “air” yang menyejukkan sesama. Inilah ciri orang yang menerima Roh Tuhan di dalam dirinya sekaligus sebagai wujud pertobatan yang sejati. Selamat menjadi mata air hidup bagi sesama. (*)
RD Lian Angkur
Imam Praja yang berkarya di Paroki Katedral Ruteng, Manggarai.