Di Ruteng, bersama Komunitas Saeh Go Lino dan kelompok PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng, kami melaksanakan Sore Cerita – Dongeng untuk Anak. Dongeng Gadis Korek Api, The Little Match Girl, milik Hans Christian Andersen (1805 – 1972) adalah salah satu yang ‘dimainkan’.
Hidup dan Kisah Cinta H. C. Andersen, Pengarang “Gadis Korek Api”
Sebagai penggemar dongeng, saya menemukan kesadaran–ketika pendongeng kami Erick Ujack Demang ‘memainkan’
Gadis Korek Api atau
The Little Match Girl–bahwa Hans Christian Andersen adalah seorang yang hebat yang karya-karyanya abadi, menembus zaman, menjangkau generasi.
Maka sebagai bentuk penghormatan yang tinggi atas kemampuan sebesar itu, saya memutuskan untuk menulis kembali kisah hidupnya, agar semakin banyak orang mengenal dan semoga terinspirasi karenanya; Hans Christian Andersen mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya sebagai kanak-kanak.
Nama Hans Christian Andersen mendunia karena karya-karyanya yang luar biasa. Meski akhirnya lebih dikenal sebagai penulis dongeng, H. C. Andersen sesungguhnya juga menulis puisi, novel, dan
naskah drama. Sebagian besar ceritanya yang dikenal saat ini dianggap sebagai cerminan masa kecilnya yang suram dan kisah cintanya yang tragis.
H. C. Andersen, dari Mainan Boneka ke Cemoohan Teman ke Panggung Pentas
Andersen adalah seorang anak yang kesepian yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membuat kostum-kostum mainan boneka dan belajar memainkan mereka di panggung pentas kecil yang dibuatkan ayahnya.
“Sebuah kamar kecil, lantainya yang hampir semuanya digunakan untuk tempat kerja pembuat sepatu, bangku yang bisa dibuat terbalik sebagai tempat saya tidur, menjadi bagian dari rumah kanak-kanak saya. Tetapi seluruh dindingnya dipenuhi gambar, pada dinding lain terdapat mug dan gelas dan hiasan-hiasan kecil, dan di atas meja kerja agak ke dekat jendela, ada rak buku dan lagu-lagu,” ” tulis Andersen dalam biografinya, yang diberi judul “The Fairy Tale of My Life“.
Hans Christian Andersen lahir dari keluarga yang sederhana di Odense, Denmark pada tanggal 2 April 1805. Ayahnya adalah seorang pembuat sepatu dan ibunya menjadi buruh cuci. Ayahnya mencintai dunia literasi dan mendorong Hans kecil untuk mengarang cerita sekaligus mencoba membuat pertunjukan boneka.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Sayangnya, ayahnya meninggal dunia ketika Hans masih berusia 11, yang juga berarti bahwa lelaki kecil itu mau tidak mau harus bekerja untuk menyokong keluarganya. Hans akhirnya bekerja di toko jahit dan sebuah pabrik rokok, tetapi dia menjadi sangat tidak bahagia dan sering dirisak (menjadi korban bullying) oleh karena penampilannya–dia tinggi kurus dengan hidung yang panjang dan mata sipit–dan sikapnya yang cenderung feminim.
Pada umur 14 tahun, Hans pindah ke kota Copenhagen dan mulai mengejar karirnya di bidang pertunjukan. Sempat mencoba memulai suksesnya sebagai seorang penyanyi, dia berhenti ketika suaranya rusak. Tetapi teman-temannya memujinya atas kemampuannya menulis puisi dan cerita. Hasilnya, dia mendapatkan panggung pentas di beberapa teater di Copenhagen. Seorang pemilik teater di kota itu membuat Hans bisa belajar di Copenhagen University.
Karirnya menjadi semakin baik setelah masa itu. Dia juga berkesempatan jalan-jalan keliling Eropa, bertemu dengan sejumlah penulis ternama termasuk Victor Hugo, Alexandre Dumas, dan Charles Dickens. Hans meneruskan perjalanan dengan jangkauan yang lebih luas sepanjang hidupnya, dan sering menemukan inspirasi menulis dari sejumlah perjalanan tersebut.
Karya Hans Christian yang paling dikenal yakni
Fairy Tales and Stories, ditulis pada masa antara 1835 sampai 1872. Cerita-cerita yang dia hasilkan pada masa-masa awal didasarkan pada sejumlah dongeng tradisi atau legenda, sebagian besar menyerupai karya-karya Grimm Bersaudara (
Brothers Grimm) yang dipublikasi 20 tahun lebih awal.
Meski demikian, sebagian besar karya Andersen sangat orisinil, dan cerita-ceritanya yang sangat dikenal telah melampaui cara bertutur biasa pada masa itu, sebagai contoh: The Ugly Duckling dan The Emperor’s New Clothes.
Tema umum yang ditawarkan Andersen adalah nasib orang-orang terbuang. Ini sepertinya datang dari pengalaman hidupnya sendiri–diusik oleh pengalaman penderitaannya sebagai anak-anak dan penolakan yang dialaminya pada masa dewasa, termasuk lamarannya pada beberapa perempuan. H. C. Andersen tidak pernah menikah.
Cinta H. C. Andersen Bertepuk Sebelah Tangan
Sebuah surat milik Hans Christian Andersen yang baru-baru ini ditemukan mengungkap fakta mengejutkan bahwa pendongeng terkemuka tersebut tidak pernah mencapai
ending seperti yang kerap dia tulis ketika mengakhiri cerita-cerita karangannya: “
Happily ever after.”
Baca juga: Hamka, Cinta Kami Sering Kandas
Surat yang sangat penuh perasaan tersebut diyakini ditulis pada tahun 1832 ketika Andersen berusia 27 tahun, dan menunjukkan bahwa penulis dongeng seperti “The Little Mermaid” dan Gadis Korek Api atau The Little Match Girl tidak pernah mendapatkan cinta pertamanya.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Surat tersebut ditujukan kepada Christian Voigt, saudara dari Riborg Voigt–gadis yang selalu dicintainya meski pun kenyataannya gadis itu menikah dengan orang lain. Dalam suratnya dia mengakui bahwa beberapa puisi yang dia ciptakan diinspirasi oleh cintanya pada Riborg, cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Tetapi perasaan cinta Andersen tersebut sesungguhnya tidak benar-benar bertepuk sebelah tangan. Pakar terkemuka dari Denmark yang meneliti tentang Hans Christian Andersen kepada reporter mengatakan: “Andai saja Andersen tahu bahwa dia tidak sendiri dalam ‘cinta tergila-gila’ itu. Ketika Riborg Voigt meninggal dunia, puisi-puisi Andersen yang ditujukan kepadanya ditemukan di buketnya dan sebuah foto wajah Andersen ditempukan dalam loker tersembunyi di dalam lacinya.”
Andersen sendiri melakukan hal yang persis sama. Dia membawa sebuah surat dari Riborg dalam dompetnya yang dia kalungkan di lehernya sampai pada hari dia meninggal dunia tahun 1875 pada usia 70 tahun. Dia tidak pernah menginginkan suratnya akan ditemukan, dia bahkan meminta Christian Voigth untuk segera membakar surat itu setelah membaca. Tentu saja Christian Voigt tidak melakukannya.
Setelah cucu tertua Riborg meninggal dunia, surat Andersen ditemukan di antara barang-barang miliknya. Surat tersebut kemudian disumbangkan untuk Museum Hans Christian Andersen. Dalam sebuah puisi yang ditemukan kembali itu dia menulis, “Andai kau lihat dasar jiwaku, kau akan mengerti sungguh dari mana renjana ini bermula dan–kasihani aku. Bahkan danau yang luas bening dalamnya tak terduga, tak seorang pun penyelam yang tahu.”
Meski tidak seperti akhir kisah cinta yang biasa kita dengan, tetapi Andersen sendiri pernah mengatakan bahwa, “Hidup itu sendiri adalah dongeng terbaik yang pernah ada.” Penulis besar ini meninggal dunia karena penyakit kanker pada tanggal 4 Agustus tauhun 1875. Sebuah patung yang berasal dari karakter yang dia ciptakan yakni The Little Mermaid kini dapat di temukan di pelabuhan di Copenhagen. Patung tersebut didirikan pada tahun 1912 sebagai penghormatan kepadanya.
Di LG Corner Ruteng, selain The Little Match Girl, dongeng HC Andersen yang berjudul The Little Tuck juga pernah didongengkan. (*)
Artikel ini diterjemahkan dan ditulis-ulang dari tiga sumber berikut:
- BBC School Radio (http://www.bbc.co.uk/programmes/b03g64pv)
- Hans Christian Andersen’s Heartbreaking Love Letters (http://www.huffingtonpost.com/2014/07/31/hans-christian-andersen_n_5637320.html)
- Obituary New York Times (https://www.nytimes.com/interactive/projects/cp/obituaries/archives/hans-christian-andersen)