Pada Ibadat Jumat Agung hari ini (14/4), RD Lian Angkur menyampaikan homili di hadapan ribuan umat yang memenuhi gereja dan halaman Katedral Ruteng. Romo Lian mengingatkan bahwa Yesus pernah menghadapi kesulitan, berhasil melampauinya dengan kemenangan. Selamat menikmati.
Jalan | Foto: Armin Bell |
Hidup adalah Sebuah Jalan Salib, Tapi Tak Perlu Takut!
Oleh: RD Lian Angkur
Saudara-saudari seiman yang terkasih dalam Kristus yang tersalib!
Ketika saat ini, mata dan hati kita tertuju pada salib Kristus, semoga kalimat ini terngiang dalam benak kita: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.
Kita semua tahu ini kata-kata Yesus, berbicara tentang diriNya sendiri. Ia hadir sebagai sebagai utusan Allah yang berkurban-menyerahkan NyawaNya untuk menebus, dan menyelamatkan manusia dari dosa dan kematian. Itulah yang terjadi dengan Salib Kristus. Semua harus terjadi karena Allah sungguh mencintai umatNya.
“Begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia menyerahkan puteraNya yang tunggal sebagai tebusan bagi banyak orang.”
Di atas salib, semua sabda itu terjawab, terpenuhi. Yesus telah mengorbankan nyawa—hidupNya, bagi manusia yang adalah sahabat-sahabatNya. Kasih Yesus, Kasih yang berwajah Salib.
Tentang ini, Nabi Yesaya bernubuat, “Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulNya. Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita. Ia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya. Oleh bilur-bilurNya, kita menjadi sembuh.”
Baca juga: Mata Air Hidup, Renungan Tobat RD Lian Angkur
Kita adalah sahabat-sahabat Kristus. Karena itu, jelas Ia juga berkurban dan mati bagi kita, agar kita hidup. Pada jalan salib hingga wafatNya, Yesus berjuang melawan keras dan pahitNya dunia ini.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Dunia yang sesak oleh dosa dan kejahatan dalam aneka rupa, seperti: kesombongan, kepalsuan, perilaku tidak adil, dendam dan kebencian, saling menjatuhkan, persaingan yang tidak sehat, enggan berkurban, tidak mau peduli dan berbagi, masa bodoh, menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu, dan tidak ramah terhadap alam-lingkungan. Semuanya itu ikut menindih dan menambah beratnya beban salib Yesus.
Namun yang menarik adalah bahwa pada saat yang sama, sepanjang jalan salib itu, Yesus kembali mengajari dan mengingatkan kita para sahabatNya bahwa hidup ini adalah sebuah jalan salib, bahwa hidup tak selamanya berjalan mulus dan mudah.
Karena itu yang dituntut dari kita antara lain: kesabaran, tetap berjuang dan bekerja keras, tidak mengambil jalan pintas untuk menggapai sesuatu, berani bangkit jika jatuh, tidak putus asa, rela berkurban, berani dalam hal yang baik dan benar, jujur, rendah hati, lemah lembut, tidak berkecil hati jika dicemooh-ditolak- diabaikan, bersedia mengampuni, bertanggung jawab, dan setia pada janji dan sumpah.
Memang ini tidak mudah. Bukan perkara gampang di tengah situasi derasnya arus hidup dunia yang mengagung-agungkan kenikmatan, kemewahan, harta, dan kemudahan lainnya. Tetapi kita tidak perlu takut. Tuhan sudah lebih dahulu menghadapi semuanya itu. Ia telah disalibkan dan wafat agar kita menang atas semua kegelapan yang ditawarkan dunia ini.
Terima kasih Yesus, Tuhan kami. Engkau telah membayar-menebus dosa kami dengan Darah MahalMu. Jadikanlah kami, pribadi-pribadi yang tahu bersyukur dan menghormati-menghargai pengorbananMu. Akhirnya Tuhan, biarkanlah dosa-dosa kami disalibkan dan dikuburkan bersamaMu, hingga saatnya kami turut bangkit bersamaMu, menuju hidup yang baru. (*)
RD Lian Angkur |
Moderator OMK dan PPA Lumen Gratiae Katedral Ruteng, Manggarai.