Di RanaLino.ID, Surat Gembala Prapaskah Paskah 2017 Uskup Ruteng di-posting dalam tiga bagian bersambung. Ini adalah yang kedua; ada harapan tentang perlunya whatsapp dan facebook paroki digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan iman dan moral.
Gereja St. Yosef (Katedral Lama) Ruteng, Manggarai | Foto: Armin Bell |
Surat Gembala Prapaskah Paskah 2017 Uskup Ruteng Bagian 2
Para Imam, biarawan/wati, dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!
Sabda Allah haruslah menjiwai dan membaharui hidup, baik bagi setiap pribadi beriman maupun bagi seluruh umat Allah. Firman Allah perlu meresapi seluruh bidang kehidupan Gereja. Untuk itu, Sabda Allah hendaknya diwartakan pertama-tama dalam liturgi. Liturgi harus menjadi momentum pewartaan yang indah dan istimewa. Tidak ada kesempatan paling istimewa bagi pewartaan selain liturgi.
Mengapa demikian? Sebab dalam liturgilah, Kristus sang Imam Agung, yang mempersembahkan kurban bagi keselamatan dunia, sekaligus tampil sebagai sang Guru Ilahi yang menerangi dan menuntun hidup murid-muridNya. Dalam seluruh perayaan liturgilah, termasuk Liturgi Sabda, Kristus, Tuhan hadir secara istimewa di tengah-tengah umatNya.
Untuk itu Konsili Vatikan II menandaskan “Ia hadir dalam sabdaNya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan di Gereja” (SC 7). Oleh karena itu kami mengajak para imam agar sungguh-sungguh mengisi perayaan liturgi dengan pewartaan yang menghadirkan Kristus yang menyapa, menyentuh dan membaharui hidup umat. Demikian pula umat beriman hendaknya rajin mengikuti perayaan liturgi, sebab di situ kita berjumpa dengan Kristus, sang Sabda Ilahi dan Roti Kehidupan yang menjadi pedoman dan santapan jiwa dalam peziarahan menuju hidup abadi.
Selain itu Sabda Allah perlu meresapi kehidupan komunitas-komunitas kita. Tentu yang pertama adalah komunitas paroki. Paroki bukan hanya sebuah kesatuan wilayah pastoral, tetapi terlebih sebuah persekutuan umat beriman yang dibangun di atas Firman Allah dan dikuatkan oleh roti Ekaristi. Oleh karena itu hendaknya Sabda Allah selalu bergaung dalam semua kegiatan paroki.
Bagian pertama dapat dibaca di tautan ini.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Selain dalam kegiatan liturgi dan doa, Firman Allah hendaknya dibacakan dan direnungkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain seperti: dalam pelbagai kegiatan karitatif, dalam pertemuan DPP, stasi dan KBG; sebelum memulai pekerjaan di paroki, dan lain-lain. Secara khusus dalam tahun 2017 ini, hendaknya di paroki digalakkan aneka kegiatan pastoral pewartaan seperti katekese, kotbah, renungan, syering Kitab Suci, rekoleksi, dan retret.
Baik sekali bila firman Allah diwartakan dengan pelbagai cara dan metode yang sesuai dengan kelompok usia tertentu seperti nyanyian, tarian, cerita, dramatisasi, puisi, dan lomba Kitab Suci bagi kalangan anak-anak, remaja dan kaum muda. Begitu pula media cetak (misalnya, majalah paroki) dan media sosial (misalnya, grup whatsapp dan facebook paroki) perlu digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan iman dan moral.
Selain komunitas paroki, Firman Allah hendaknya bergaung di sekolah-sekolah. Alangkah indahnya bila tradisi doa bersama anak-anak sekolah dipadukan pula dengan pembacaan sebuah teks Kitab Suci harian yang singkat dan menyentuh.
Sekolah-sekolah perlu pula mengadakan kegiatan rekoleksi dan retret bagi siswa-siswinya, sehingga dengan kesibukan belajar, mereka dapat merasakan saat teduh dan inspiratif bersama Sabda Allah.
Kami juga mengajak sekolah-sekolah agar terlibat dalam berbagai aneka lomba Kitab Suci yang diselenggarakan dalam tahun pewartaan ini.
Yang tidak kalah pentingnya adalah komunitas keluarga. Sebagai Gereja mini, kehidupan keluarga haruslah berpusat pada Sabda Allah. Melalui kekuatan Firman Allah, kegelapan dalam hidup keluarga diterangi, pertentangan dan konflik diatasi dengan pengampunan, kelemahan, dan kegagalan dibukakan harapan baru.
Oleh karena itu kami menghimbau agar setiap keluarga memiliki Kitab Suci, yang dibaca dan direnungkan bersama, misalnya dalam kesempatan doa malam keluarga.
Alangkah bagusnya, bila anak-anak dihantar ke dalam istirahat malam yang tenang dengan pembacaan sebuah cerita Kitab Suci oleh orangtuanya. Demikian pula remaja dan orang muda hendaknya dibiasakan dalam keluarga untuk melihat perjuangan hidup mereka dalam terang Firman Allah. (bersambung)
Catatan:
Surat Gembala ini dibacakan sebagai pengganti kotbah dari salah satu hari Minggu di masa Prapaskah. Di Gereja Katedral Ruteng, Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2017 Uskup Ruteng ini dibacakan pada Sabtu dan Minggu, 12 dan 13 Maret 2017. Terima kasih kepada Pastor Kapelan Katedral Ruteng RD Lian Angkur yang meminjamkan salinan Surat Gembala ini.