Bertempat di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis, 28 September 2017, musisi kebanggaan Manggarai, Flores, NTT Ivan Nestorman, menggelar konser tunggal 25 tahun berkarya.
Pada konser tunggal di Jakarta itu, Ivan meluncurkan album terbarunya: “Legacy”. Album itu tiba juga di Ruteng beberapa hari setelahnya. Saya menikmatinya dan langsung mengirim pesan via WhatsApp ke sang musisi, menyampaikan kekaguman saya tentang konser 25 tahunnya yang bertajuk A World Music Performance: From NTT with Hope, dan melaporkan “Awo Flores” sebagai track favorit saya di album barunya.
Saya tidak ikut menyaksikan konser di Usmar Ismail itu tetapi kabar tentangnya begitu ramai di berbagai media. Cerita-cerita persiapan menjelang konser juga saya ikuti melalui grup WA Nestornation. Foto-foto pada hari konser ramai diunggah oleh mereka yang beruntung menyaksikannya secara live, dan kemeriahannya terasa sampai di Ruteng, Kota Sejuta Hujan ini.
Kae Ivan membalas WA saya. Kesempatan itu saya pakai untuk semakin cerewet menanyakan ini dan itu, sekaligus menyampaikan niat saya menulis tentangnya di blog ini. Beberapa pertanyaan yang saya ajukan, dijawabnya dengan lengkap, dan hasil ‘wawancara WhatsApp’ itulah yang saya bagi hari ini.
Tetapi sebelum menyimak komentar Ivan tentang 25 tahun berkarya, tentang Erwin Gutawa, tentang Ruteng dan harmonium, bagi pengunjung baru blog ini, catatan lain tentang Ivan Nestorman sudah pernah dibuat dan dapat dibaca di:
- Ivan Nestorman, Lagu Mogi, Award, dan Musik Neo Tradisi
- Ivan Nestorman itu Musisi Hebat
- Ivan Nestorman, Musisi Aneh dari Flores
- Bougenville Pada Sebuah Perjalanan
Yup. Saya telah beberapa kali membuat tulisan tentang Ivan Nestorman, dan sepertinya akan butuh sangat banyak tulisan lainnya, karena Ayah tiga orang anak ini akan terus berkarya, akan terus mencoba tantangan baru, akan semakin besar.
Saat ini, mari simak jawaban-jawaban Ivan Nestorman pada ‘wawancara whatsapp‘ kami. Berhubung percakapan ini terjadi di personal chat, maka tidak berlebihan rasanya kalau saya menyebut ini sebagai wawancara eksklusif. Iya , to? Let’s go!
Bagaimana rasanya sudah sampai di usia 25 tahun berkarya di musik?
25 tahun memang suatu periode bermusik yang cukup panjang bagi saya. Tentu bermakna karena sepanjang masa itu saya tidak berhenti sedikit pun setia bermusik, baik bermusik sebagai profesi dan bermusik sebagai karir. Saya beruntung karir dan profesi saya satu bidang. Di Jakarta yang kejam, kita musisi bertumpu pada dua kaki. Kaki kiri profesi, kaki kanan karir. Keduanya saya jalankan 25 tahun ini.
Musik sebagai profesi saya jalankan hingga saat ini yaitu membuat musik apa saja yang mendatangkan uang “sesuai pesanan orang” semisal menjadi pembuat musik iklan, menyanyikan jazz Barat dalam komunitas penyuka Jazz, atau pada masa awal bermusik main di cafe, wedding singer, dan lain-lain.
Titik apa yang membuat Ivan Nestorman yakin bahwa karir di musik ini akan berusia panjang?
Musik sebagai karir adalah melahirkan karya “sesuai yang saya suka”. Ini berat awal awalnya. Menjalankannya seperti menjual balok es di kutub utara. Berat buat orang NTT, tapi buat komunitas di Jakarta diterima. Jejaknya malah membekas buat teman teman musisi sehingga mudah saja saya masuk jadi vokal tamu Simak Dialog, sebuah super grup jazz yang luar biasa. Di dalamnya ada maestro Riza Arsyad (yang pertama kali bawain Ngkiong Le Poco dengan piano akustik), Tohpati, Indro, Ari Ayunir (drum Potret awal).
Tentu saya beruntung juga punya grup band jazz sendiri bersama Rio Moreno, Raja musik Latin Indonesia saat ini, Deva, drummer kami yang sekarang berkarir di Sydney dan jadi drummer fusion dunia. Ada Iyun juga, drummer Rock progresif Discuss. Mereka-mereka ini semua memberi ruang buat saya bertumbuh. Saya beruntung tidak ada urat malu untuk tanya ini tanya itu pada yang lebih jago. Masa-masa itu masa yang bagus juga buat showroom saya untuk dikenal lebih luas.
Ada kerjasama dengan Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, Dwiki Dharmawan, dan musisi besar lainnya di Indonesia. Ceritakan sedikit prosesnya; siapa mencari siapa?
Erwin Gutawa-lah yang mendorong untuk tetap hidupi musik etnis. Dwiki, Gilang dan lain-lain di kemudian hari sudah tinggal starter saja, bikin ini dan itu sudah satu visinya. Itulah buah dari ketekunan mengekplorasi sesuatu, karakter kita bisa keluar dan kita jadi distinguished. Istilah merketingnya USP: Unique selling point.
Ceritakan tentang Nestornation!
(Catatan: Nestornation adalah manajemen artis yang kini dikelola Ivan Nestorman. Sejumlah musisi bergabung di sana, seperti Conrad Good Vibration (CGV), Andre de Romma, Illo Djeer, Gazpar Araja, Herto Bastian Abul, Tommy Kurniawan, dll)
Nestornation buat saya sebetulnya berawal dari keinginan merekrut anak muda potensial untuk menjadi pemusik seperti yang mereka angankan. Namun sifatnya, (saya) hanya menjadi motivator alias toing le toming (mengajarkan dengan contoh/keteladanan/kerja) saja. Pada akhirnya yang punya mimpi kuat yang bisa nongol.
Saya lihat ada beberapa yang bisa. Illo (Illo Djeer, musisi asal Ruteng, gitaris Kerontong Toegoe, arranger), misalnya. Dia bisa. Sejak dia muda sekali saya ajak berjuang bersama. Perlu pengorbanan. Intinya, entah dianggap enteng, dicemooh, ekonomi susah, dan lain-lain, semua derita hilang dengan sendirinya manakala kita yakin bisa.
Saya suka cerita kepada mereka bahwa kita harus jadi orang yang membekas di pikiran dan hati orang. Mau musik apa saja, asal personalitas ditaruh di sana, ia akan membekas.
25 tahun berkarya, mau sampaikan terima kasih kepada siapa saja?
Saya beruntung bisa hidup dari waktu ke waktu ini berkat penggemar yang sudah saya beri baretan musik saya yg membekas. Merekalah yang memberi job atau rekomendasi, mengundang secara berkala, dan lain-lain. Saat ini saya senang NTT menerima saya dengan cinta luar biasa. Ke pelosok mana pun saya datang, sudah banyak yang menunggu dengan cinta. Itu sudah cukup berarti buat saya. Kalau CD dibajak, yah mau bilang apa hari gini.
Apakah masih ada rencana besar lain?
Setelah 25 tahun ini saya melihat diri saya seperti bunga, kecil tapi menawan. Saya mungkin tidak ditakdirkan jadi gunung atau pohon besar, tapi bunga akan selalu membekas dan spesial. Tahun-tahun ke depan saya bercita-cita jadi pelukis dan setia menulis. Setiap hari saya selalu memvisualisasi diri sedang menghadapi kanvas. Saya ingin mencoba hal lain. Kadang-kadang kangen deritanya sebuah perjuangan baru lagi, energi baru lagi.
Ada komentar tentang Youtube, Spotify, Itunes, dll? Apakah Ivan ikut memasarkan musiknya di sana?
Soal Youtube, dan lain-lain jelas berpengaruh. Jadi showroom bagi siapa saja, baik yang novis, veteran semua tampil di sana. Jadi lebih kompetitif, baik juga untuk hidupkan energi.
Di album Legacy, saya jatuh cinta berat pada “Awo Flores”. Ivan punya track favorit di sana? Mengapa?
Lagu yang paling saya suka dari album baru, Awo Flores. Karena harus memadukan keindahan melodi dengan birama yang jarang dipakai orang yaitu 7/8. Untuk menyatu dengan birama itu, saya latihan cukup lama. Hasilnya, lagu Tonga (di album Sopana Sokya), Dance in Seven Eight dan Awo Flores. Lagu Awo Flores akan dibuat clip dan di-push radio jazz.
Describe Ruteng!
Ruteng. Kalau terlahir kembali tetap memilih lahir di Ruteng. Pengalaman masa kecil, kawe haju (mencari kayu bakar), main di sungai, denge nenggo di popo (mendengar Nenek menyanyikan lagu tradisional Manggarai) di Nekang, dipangku Papa, mesin harmonium, ah, banyak sekali.
Album Legacy Ivan Nestorman
Legacy adalah judul album terbaru Ivan Nestorman. Album tersebut digarap selama tiga tahun, sebagian besar instrumen dimainkannya sendiri kecuali pada beberapa lagu, Ivan melibatkan sejumlah gitaris papan atas seperti Tohpati pada lagu Awo Flores, Roy Sandoval (musisi asal London) pada lagu Mogi, dan Illo Djeer pada lagu Ce Ce Ce.
Ada delapan lagu pada album Legacy ini, yakni Mogi (lagu yang menjadi nominasi pada Anugerah Musik Indonesia 2016), Mataleso Ge, Awo Flores, Ngkiong Le Poco (produser spesial: Gabriel Mahal), Ce Ce Ce, Deng Towe Songke, One Limen, dan Dance in Seven Eight. Beberapa lagu yang sebelumnya pernah hadir di album-album terdahulu Ivan Nestorman, digarap dengan aransemen baru yang menghadirkan kekuatan Ivan Nestorman di jalur neo tradisi.
Sebelum Legacy, karya-karya Ivan Nestorman dapat dinikmati di album Embong, Nera, Simak Dialog, Sopana Sokya, Vivo, Senandung Perdamaian, dan lain-lain. Bersama Gilang Ramadhan dan Donny Suhendra, Ivan Nestorman membentuk Komodo Project. Di masa-masa awal karirnya, Ivan ikut mengaransemen bahkan menulis lagu untuk Chrisye, Glenn Fredly, Andre Hehanusa, Franky Sahilatua, Edo Kondologit, dan lain-lain.
Ivan kini tinggal di Citayem bersama istrinya tercinta Katharina Mogi dan tiga putri cantik mereka. Kalau sempat ke Jakarta, saya harus mampir ke tempat itu. Siapa tahu bisa bikin video klip live seperti yang mereka lakukan selama ini dengan Ardiles Rante. Kalau tidak diizinkan menyanyi, minimal saya jadi bintang video klip. Cameo juga tidak apa-apa. Hanya kelihatan kumis juga, saya terima.
Yang sulit saya terima adalah kenapa saya menulis cita-cita pribadi ini di tulisan ini? Ah, saya memang suka numpang beken. Bahkan nama saya sesungguhnya adalah Armin ‘Numpang Beken’ Bell. *smile
—
23 Oktober 2017
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell
—
Foto: Konser 25 tahun Ivan Nestorman, dari Tempo.co.
Inspiratif dan membanggakan!
He is great!
Keren.. bisa dapat dimana album lagunya kae ivan?
Bisa kontak via facebook Katarina Mogi, Romo.