Tidak ada yang berani meremehkan para penemu. Penemu apa saja. Mereka adalah para penjasa. Om Rafael selalu sentimentil kalau omong tentang mereka; para penemu itu. Dia bahkan pernah menangis lama mengagumi sendok dan garpu.
![]() |
Burung Kertas Tak Bisa Terbang | Dok. RanaLino.ID |
Om Rafael Mengagumi Kapal Terbang
Berarti setengah jam lagi kami mendarat di Bandara Frans Sales Lega Ruteng. Saya sedang membayangkan tampakan jembatan Liliba dari langit ketika pengumuman itu disampaikan. Maka serentak ingatan tentang Liliba dan pohon-pohon lontar berganti dengan wajah Om Rafael dan kekagumannya pada kapal terbang.
Baca juga: Romana dan Nene Tina
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
“Ngebut betul kapal terbang, Armin.” Begitu ucapnya yang saya ingat ketika suatu siang kami mendongak ke langit saat sebuah pesawat terbang di atas langit lapangan sepak bola Pateng. Lalu entah mengapa, kisah kami di lapangan bola sore itu melompat ke tema tentang orang-orang pintar.
Menurut Om Rafael, orang-orang pintar adalah mereka yang membuat kapal terbang, oto teng (tank) dan senapan angin. Itu benda-benda yang begitu populer sebagai benda mewakili ‘kepintaran’ pada zaman itu; benda-benda yang tidak pernah kami lihat dari dekat.
“Jadi kalau kau dengar ada orang omong tentang sesuatu dan kau rasa omongannya menarik, tetapi kau tahu bahwa tidak satu pun karya berhasil dia ciptakan, maka itu bukan orang pintar. Itu ata mbeko, dukun, yang mulutnya suka komat-kamit,” terang Om Rafael sambil menghembuskan asap rokoknya yang ajaib, hasil racikan sendiri. Tembakaunya langsung dari petani pengolah. Kami sebut mbako tumpi. Dilinting di lembar kulit jagung atau kombak melalui sebuah proses yang dalam bahasa Manggarai bernama guling rongko.
Dia melanjutkan: “Percayalah, orang-orang begitu, yang suka omong saja, sesungguhnya tidak pernah tahu mereka omong apa. Semacam kentut saja, mereka sendiri sulit menduga apakah akan bau atau sedikit saja baunya. Seperti peribahasa,” katanya, lalu menggumam sesuatu yang tidak jelas.
Ketika itu, Om Rafael juga meramalkan bahwa di generasi saya besar nanti akan ada banyak orang yang ‘omong sembarang’.
“Kau lihat sendiri nanti, orang-orang omong sembarang. Mirip kentut. Kadang mereka sendiri pusing dengan baunya, tapi mau bagaimana lagi? Kentut sudah telanjur keluar, tidak bisa kipet lagi,” kata Om Rafael.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Mengingat itu, saya sebenarnya berniat menelepon Om Rafael dan memarahinya. Tetapi bagaimana bisa? Saya sedang di kapal terbang kecil yang pramugarinya sudah meminta penumpang mematikan telepon seluler dengan gayanya memasang senyum yang terprogram di mukanya yang datar.
Pesawat kami mendarat pukul 07.25 Wita. Dengan selamat. Syukurlah, tak ada yang kentut sepanjang perjalanan. Bisa kau bayangkan busuk kentut di dalam ruangan kedap seperti pesawat?