Ini adalah percakapan pada hari Pemilihan Umum. 17 April 2019. Saat saya sedang sibuk melihat dengan penuh harap ke layar hape.
Ruteng, 22 April 2019
Sudah cukup lama Om Rafael tidak menelepon. Meski demikian, tidak ada rasa rindu juga sesungguhnya. Apalagi jika sedang sibuk seperti sekarang ini, di mana seluruh langit Indonesia berisi percakapan-percakapan yang menguras akal sehat karena Pemilihan Umum yang tidak bisa bikin gembira, telepon darinya adalah hal terakhir yang dapat saya pikirkan.
Yang paling ditunggu sesungguhnya adalah telepon dari calon-calon yang saya dukung betul pada Pemilu kali ini. Dukungan saya tentu saja tidak bisa via kampanye, tetapi semata-mata melalui bilik suara. Tapi saya berharap mereka menelepon, memberi tahu bahwa perolehan suara mereka lumayan baik. Tetapi telepon seperti itu tak kunjung datang. Yang masuk adalah telepon dari, siapa lagi kalau bukan, Om Rafael. Aduh …
Tiba-tiba saja dia menelepon. Ya. Om Rafael menelepon. Om Rafael yang itu. Tidak ceria. Menangis dia. Lalu bilang, “Itu to, Nana. Sa bilang dulu juga apa. Sekarang terbukti. Nomor satu yang menang. Jokowi kalah sudah.” Saya heran tentu saja heran. Berusaha mencerna arah percakapan yang diawali dengan tangisan itu.
Baca juga: Soal Sandiaga Uno Diusir Pedagang Ikan dan Hal-Hal di Sekitarnya
Lalu ingat saya ingat. Kemudian menjelaskan. “Om. Tahun ini nomor 01 itu Jokowi. Yang dulu Om bilang itu waktu tahun 2014. Nomor 01 memang Prabowo waktu itu.” Om Rafael kaget. “Sejak kapan itu nomor berubah? Jadi Jokowi tetap menang?” Tanyanya dengan nada tinggi seolah-olah setiap perubahan harus diberitahukan kepadanya secara langsung. Haissssh…
Perlu waktu panjang untuk menjelaskan bahwa nomor urut capres tahun ini memang begitu. Bukan karena sengaja ditukar biar adil, tetapi hasil undiannya memang begitu. Untunglah Om Rafael segera maklum. Meski rasanya agak setengah mati dia berusaha mencerna. Belum lagi sinyal yang hilang muncul seturut tiupan angin.
“Om tadi pilih nomor berapa?” Tanya saya kemudian. Sambil melihat informasi hasil hitung cepat di layar hape.
“Pilih apa? Memangnya ada acara apa?” Om Rafael berseru seolah-olah pertanyaan saya adalah sesuatu yang sangat jauh dari apa yang kami bicarakan beberapa detik sebelumnya. “Kan hari ini Pemilu, Om?” Kata saya kemudian.
“APA? HARI INI? TERUS BESOK SUDAH TIDAK ADA?”
“Besok Kamis Putih, Om. Kalau Om bilang “APA” lagi, saya pukul ini meja. Mau?”
“APA?”
Saya lalu memutuskan memukul meja. Pelan-pelan saja. Karena meja ini belum lunas. Minta maaf.
–
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell
–
Kisah Om Rafael