Ada empat nama yang selalu saya sebut dalam cerita-cerita tentang Om Rafael selain saya sendiri. Keempat tokoh itu adalah Om Rafael, Guru Don, Muder Yuliana, dan Dar. Rasanya tak ada cerita yang mengalir tanpa kehadiran mereka. Apa yang terjadi hari ini?
![]() |
Guru Don | Foto: Armin Bell |
Om Rafael Bertemu Guru Don
Sampai saya hafal matipunya bahwa ada Supersemar, ada Pierre Tendean, dan lain-lain. Dari zaman itulah kisah ini lahir, telah bercampur dengan imajinasi. Begini ceritanya…
Suatu ketika, Guru Don bertugas di TPS. Pemilu hanya diikuti tiga peserta, dua partai politik dan satu golongan karya. Sekarang tentu kita akan sulit menerima kenyataan bahwa di suatu masa, di negeri ini ada organisasi yang bukan partai politik yang ikut pemilu; menang pula, berulang-ulang.
Tetapi di masa itu semua terasa wajar, sewajar mereka mengubah lirik Madu dan Racun yang didendangkan Ari Wibowo yang bunyinya: engkau yang cantik, engkau yang manis, engkau yang manja…, menjadi: pohon beringin, itu lambangnya, golongan karya… dan dinyanyikan bersama-sama dalam perjalanan ke TPS.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Kami bertiga sekarang. Berdua, Guru Don dan Om Rafael, membicarakan kemenangan Golkar dengan berapi-api padahal ‘jam tusuk’ masih satu jam lagi. Saya senang. Bukan karena Golkar pasti menang lagi tetapi karena Guru Don adalah salah seorang petugas Pemilu dan karenanya akan dapat jatah kue serabe.
Istimewa. Seistimewa lagu-lagu populer yang pada masa itu liriknya telah berganti dengan nomor dua, pohon beringin, dan golongan karya, selama masa kampanye. Barangkali itu salah satu model kampanye kreatif e.
Saya mengangguk-angguk. Bukan tanda mengerti, tetapi karena terantuk; jalan ke TPS adalah jalan batu hasil program padat karya. Tetapi Om Rafael senang reaksi saya itu sehingga saya menjadi tahu bahwa membahagiakan orang lain ternyata bisa dengan cara tak sengaja.
Sekarang baru saya mengerti maksud Om Rafael. Di atas segalanya, sapaan adalah yang paling penting. Apakah Guru Don benar-benar hebat tentu saja bisa dipergunjingkan. Tetapi dia telah menyapa semua orang, dengan segera dia menjadi hebat.
Maka modal utama agar dianggap hebat oleh Om Rafael adalah cukup dengan menyapa; menjadi orang baik. Tidak usah lebi-lebi. Menyapa harus jadi bahasa sehari-hari. Jangan tunggu ada maunya. Itu!
Mungkin seperti seorang perempuan mendengar ‘I Love You‘ dari suaminya. Dia senang sekali, meski sebenarnya tanpa kata-kata itu, dia telah tahu bahwa suaminya memang I Love You padanya. Kami berpesta. Saya makan serabe banyak sekali.