Naskah Drama Musikal “Ombeng” (Babak Empat)

Tahun 2016 silam, Komunitas Saeh Go Lino Ruteng bersama Komisi Kepemudaan Keuskupan Ruteng menggelar pentas drama musikal berjudul “Ombeng”. Blog ranalino.co akan menyajikan secara bersambung naskah drama tersebut. Selamat menikmati Ombeng babak empat, sekaligus kisah terakhir dari seluruh pentasan ini.

naskah drama musikal ombeng babak empat
Proses latihan “Ombeng” di Aula Assumpta Katedral Ruteng | Foto: Frans Joseph, Ruteng

Naskah Drama Musikal “Ombeng” (Babak Empat)

Oleh: Armin Bell

Layar dibuka. Daria dan Dorus di tengah panggung.
Daria:
Nana, saya hamil. 
Dorus:
Apa? Hamil?
Daria:
Iya, Nana. Saya hamil. Bagaimana sudah?
Dorus:
(Kebingungan. Berpikir. Lalu mendekat. Membisikkan sesuatu pada Daria)
Daria:
(Terkejut). Nana, toè. TOE. Tidak! Saya tidak akan ambil jalan itu. Eme nggitu nuk koèm, com ngo hau neka kèor kolè (Kalau itu yang kau pikirkan, pergi saja kau dan jangan kembali). Pergi. Jangan kembali sebelum pikiranmu berubah.
Dorus meninggalkan panggung dengan menunduk. Intro Let It Be – The Beatles.
Daria menyanyikan lagu itu (dalam versi terkini), diiringi choir.
Selesai lagu, Dorus masuk. 
Dorus:
Enu…
Daria:
Apa?
Dorus:
Saya minta maaf, Enu.
Daria:
Terus?
Dorus:
Saya benar-benar minta maaf. Porong nèka dengè liha, le wua tuka ditè, rantang mora du’ang, rantang losi wakar’n (semoga dia tak mendengar, bayi kita). Tadi saya panik. Tidak pernah menduga bahwa apa yang kita lakukan hanya sekali, bisa jadi… Sala daku ta, Enu… (Itu (tadi) salahku, Enu…)
Ada jeda yang panjang sebelum Daria menjawab.
Daria:
Iyo, Nara gè. Du wangkan, nenggitu kolè daku nuk, nèho nuk ditè hitu te podo kolè lè, kolè lè Mori Dèwa wua tuka ho’o (Iya. Semula, itu juga yang saya pikirkan. Biar anak ini pulang saja ke rumah Bapa). Saya panik. Saya bahkan sudah mau kontak bidan atau siapa saja yang bisa bantu kasi keluar dan kasi hilang ini anak. Tapi tidak. Saya putuskan tidak. Ini anak kita dan harus tetap hidup. Tetapi saya juga bingung mesti bagaimana. Makanya tadi saya bilang berharap akan ada pertimbangan yang baik.
Dorus:
Iya. Dia harus hidup. Apa pun resikonya dia harus hidup. Sekarang, sebaiknya kita minta bantuan Ema Tua. Kita ajak supaya sama-sama…
Pada saat itu, Bapa Tua melintas. Melihat Daria dan Dorus.
Bapa Tua:
Olèèè, ternyata kamu di sini. Pusing kèta Ende Ema’m hau Daria, kawe mèu cua. Poli lisè baè’n ga (Betapa susah hati Ayah dan Ibumu Daria, mencari kalian. Mereka sudah tahu). Saya juga sudah tahu apa yang kalian pikirkan. Tapi tidak perlu khawatir. Peristiwa yang kalian alami ini sudah diketahui banyak orang. Sekarang keputusannya terserah kalian.
Dorus:
Bagaimana sebaiknya Ema Tua?
Bapa Tua:
Begini. Bagaimanapun, apa yang telah terjadi pada kalian telah membuat kecewa. Terutama orangtua kalian. Tapi kami bersepakat untuk tidak saling menyalahkan.
Daria:
Terus, Lopo?
Bapa Tua:
Am toe hanang meu manga one situasi nenggo’o (Mungkin bukan hanya kalian saja yang mengalami situasi seperti ini). Landing perlu toing laku (tetapi saya perlu menasihati kalian), apa yang akan kalian alami setelah ini, tentu tidak akan semudah yang kalian pikirkan. Tetapi bagaimanapun, kalian harus berusaha.
Dorus:
Maksudnya bagaimana ta, Bapa Tua. Tolong buat penjelasan yang sederhana.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Bapa Tua:

Tidak ada yang sederhana, Nana. Apa yang kalian alami adalah situasi yang kompleks. Kait berkait dengan sangat banyak hal. Pertama, misalnya, kami lupa mewariskan nilai-nilai adat yang luhur kepada kalian dengan cara yang lebih up to date, di saat yang sama kalian membiarkan diri terlena oleh berbagai media massa modern. Kedua, kita mungkin telah lama tidak saling bicara dari hati ke hati. Kita maksud daku ga (yang saya maksudkan), generasi dami ata tu’a, agu meu’t uwa weru (generasi kami dan kalian yang masih muda). Seperti ada jarak. Akibatnya? Bisa saja ada yang lalu salah jalan dan yang lain mengambil posisi sebagai pihak yang hanya mampu menyalahkan. Dan masih banyak alasan lainnya. Jadi toè sala de mèu cua kanang (ini bukan semata salah kalian berdua).
Daria:
Tetapi, kami sebaiknya bagaimana sekarang? Apa yang harus kami buat?
Dorus:
Iya, Ema Tua. Bagaimana? Kami sudah putuskan untuk mempertahankan bayi ini, meski semula sempat berniat….
Bapa Tua:
(Memotong) Ya ya ya… Itu sudah tepat. Ai hitu ata mesen (Itu yang paling penting). Eme neho tae de meu’t uwa weru (seperti yang kerap kalian bilang sebagai), pro life. Mencintai kehidupan. Tugas kita selanjutnya adalah menyiapkan dunia yang lebih baik untuk anak yang akan lahir itu. Dia berhak tinggal di bumi yang indah ditingkah suara-suara merdu. Nuca Lale telah menjadi sepotong  surga yang jatuh ke bumi semenjak dahulu. Ya. Akan tetap indah kalau kita bersama-sama mencintainya. Sesama, dan juga alam ciptaan. Sekarang, kalian tunggu saja di sini, aku ngo bènta isè (saya akan panggil mereka). Kalian punya Bapa Mama agu sanggè’d haè labar’s (dan semua teman kalian). Kita perlu duduk bersama. Ai hitu muing mèdè main, sèrong dise empo: Bantang cama rèjè lèlè (Demikianlah pesan para leluhur: mencari kata sepakat bersama-sama).
Bapa Tua keluar. Daria dan Dorus di tengah panggung, berhadapan, saling berpegang tangan. Tak lama, Bapa Tua masuk bersama pasangan Suami dan Istri (salah seorang menyanyikan ayat pertama Heal The World – Michael Jackson). Tiba di tengah panggung, memeluk Daria dan Dorus. Choir dan rombongan penari masuk, menyanyikan lagu tersebut sampai selesai. Setelah lagu selesai, semua bergembira, hendak berpelukan tetapi urung mendengar teriakan dari seseorang.
Pemuda 3:
Sebentaaaar! Apa-apaan ini? Ma’ut nenggo’o kaut ko (Apakah cukup seperti ini)?
Pemudi 3:
Apa maksud dite, Nana? Ini pentasan sudah mau selesai. Kau mau apa lagi?
Pemuda 3:
Justru itu. Ini drama sudah mau selesai to? Terus ceritanya berakhir bahagia to? Happy ending to? Daria dan Dorus akan menikah to? Ma’ut nenggo’o kaut happy ending hitu a (Apa kita mau happy ending hanya seperti ini saja)? 
Pemudi 2:
Terus? Ngoeng di Nana ge (Yang kau inginkan)?
Pemuda 3:
Kita goyaaaaang. (Memberi komando kepada band). Musiiiik.
Band memainkan intro Gego Lau Le. Semua bergoyang. Jika mungkin dalam koreografi massal/line dance.
Selesai

Baca juga:


PS:
Lagu-lagu dalam naskah ini dapat diganti. Silakan dipentaskan dengan gembira. Kalau ada yang mau jadi sponsor, rasanya baik juga kalau “Ombeng” dimainkan lagi dengan beberapa perubahan. Saya sendiri sedang berpikir untuk menggarap pentasan dengan konsep yang sama namun memainkan cerita yang lain. Namanya juga harapan, kapan itu terwujud kita serahkan pada waktu *smile

Kirim tulisan menarik Anda ke armin.ranalino@gmail.com. Bagi cerita-cerita menarik di sekitar Anda, termasuk Profil tokoh, komunitas atau kegiatan dengan pembaca ranalino.co.
Bagikan ke:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *