Ruteng adalah kota hujan. Di kota ini gerimis dan hujan selalu lebih lama hadir sepanjang tahun. Beberapa puisi pendek lahir pada saat-saat matahari tak berdaya menembus awan.
![]() |
Ruteng setelah hujan | Foto: Armin Bell |
Puisi-Puisi Armin Bell
Gerimis 1
Apa yang ingin kau lakukan hari ini?
Menangkap gerimis
Telah kulakukan kemarin, Manisku
Kupintalmennjadi baju yang hangat
Kutahu kau selalu menyukainya
Gerimis kota kita
Gerimis 2
Malam selalu datang tepat waktu
Siang pergi dengan iklas
Mereka bersama mencintai senja
Sepotong cerita tentang kita ada di hujan kecil-kecil
Gerimis 3
Hari sudah malam, Manisku
Hujan debu senja tadi menyisakan gerimis
Semoga tetes kecilnya suburkan bunga tidurmu
Dan aku mekar di sana
Gerimis 4
Tak ada lagi gerimis
Telah hilang dia, menjelma hujan
Seperti benang pada lilin yang lenyap menjadi api
Demikian baik alam bercerita tentang kurban
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Hujan 1
Hujan turun ke tanah
Seperti cinta yang pasrah
Tenggelam
Hujan 2
Hari ini hujan
Baru kutahu rindu bisa sedingin ini
Menggigil
Kutahu ciuman itu panas
Kau akan datang
Hujan 3
Pada langit yang lembut
Ada garis wajah yang benar tak samar
Seperti batas warna-warna pelangi setelah hujan senja tadi
Membentuk kau yang manis
Hujan 4
Aku mendengar hujan dari setiap tetesnya
Tiga yang jelas terdengar: tentang aku-kau-kita
Jika gerimis adalah rindu maka hujan adalah kita
Hujan 5
Aku ingin hujan datang pada bibirmu yang kering tak bicara
Hujan 6
Hujan ini turun begitu saja melangutkan cerita
Hujan yang terbuat dari garis-garis wajah kita
Puisi-puisi Armin Bell
Ps: Puisi-puisi ini dibuat pada waktu yang berbeda sejak tahun 2013.
Blogger Ruteng