Ada tiga puisi yang saya tulis di sini yakni Ahli Berlari, Tiga Jam Kemudian, dan Dua Lelaki tentang Seorang Perempuan. Selamat menikmati!
![]() |
Ilustrasi: Dok RanaLino.ID |
Ahli Berlari dan Dua Puisi Lainnya
Ahli Berlari
Kau pergi seperti yang biasa kau lakukan
Meninggalkan aku dan percakapan yang lantas saling diam
Entah dalam pikirnya tetapi
Aku merasa engkau telah menjadi semakin ahli: berlari
Membiarkan ruang yang tadi ramai menguncup menjadi sunyi
Karena tak ada lagi yang dapat menjadi suara di antara aku dan percakapan; semula adalah tugasmu–menjadi jembatan aku dan percakapan sebelum tugas sebagai jembatan dibagi adil
Ketika kau telah menjadi semakin ahli berlari
Dengan percakapan, aku adalah kesetiaan yang tinggal di ruang ini
Adalah kita yang harus menghidupkan cerita
Tritunggal: aku, kau, percakapan
Kupikir kau perlu belajar satu keterampilan lagi:
Mengingat jalan pulang
Tiga Jam Kemudian
Kau pulang dan di kamar bertemu lilin yang telah habis setengah
Di depan patung kudus wangi asapnya masih tersesap di antara
Tumpukan baju yang baru selesai disetrika
Dia sedang menyiram bunga di taman rahasiamu di balkon
Setengah telanjang dan butir-butir keringat tumbuh di punggungnya
Namamu dirajah di sana telah bertahun
“Siapakah yang paling besar di antara kita?”
Pertanyaan itu datang bersama matahari pagi dan bunyi gelas yang dibanting
Pecah dan lantai menjadi hitam penuh tumpahan kopi
Kau pergi setelah membanting pintu dan berjanji tak kembali
Seekor kupu-kupu biru biru terbang
Indah kauingat bunga-bunga di taman rahasia
Belum kausiram
“Tadi saya setrika lalu rosario,” cerita lelaki itu.
Dengan kaki celananya telah separuh basah dia berlutut
Memeluk kakimu yang serentak hilang daya, luruh bersimpuh
Bersamanya di taman bunga rahasia di balkon itu
“Jangan pergi. Dengan siapa aku menyiram bunga?”
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); |
Dua Lelaki tentang Seorang Perempuan
Ada percakapan yang riang
Rindu yang kecil tentang sepasang kepodang terbang
Yang aku dan ibu nyanyikan di suatu siang
Lelaki tua di hadapanku bersenandung mengenang
Larik-larik penting lagu itu ditulis dengan pensil di dinding
Rumah setengah tembok warna gading
Setelah ibu mendengar dari radio kisah cinta yang paling
Jernih seumpama embun yang bening
Gitar hitam yang dulu telah hilang
Kubeli yang baru jauh dari seberang
Untuk malam ini saat dua lelaki bersenandung dalam rindu yang senang
Tentang seorang perempuan yang indah dan tenang
Aku tentang ibu dan lelaki tua di hadapanku tentang istrinya
Perempuan yang sama
Dengan cinta yang mengalir sebening embun
Tak di sini karena sedang mengurus kebun
Kopi yang perempuan itu kirim kuminum
Dengan syukur yang tak muat dalam kalimat paling harum
Wangi cintanya hadir sejak tegukan pertama
Sampai selamanya
Armin Bell
Ruteng, Manggarai
Baca catatan menarik tentang MANGGARAI.
πππππππ
π