Hitung jumlah huruf A pada perjalanan mencari ayam. Ada enam. Banyak sekali, bukan? Dari 21 karakter, jumlah huruf A menempati porsi 25 %.
Ruteng, 6 April 2018
Tulisan ini tidak bertujuan menghitung perbandingan jumlah huruf pada Perjalanan Mencari Ayam. Untuk apa? Tir penting skali to? Lalu mengapa saya bercerita tentang ada banyak A di sana? Karena sesungguhnya catatan ini adalah tentang orang-orang yang terlibat secara langsung pada lahirnya buku tersebut.
Begini. Beberapa waktu lalu saya dapat kabar dan Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Pengurusan ISBN sudah selesai, buku Kumpulan Cerpen Perjalanan Mencari Ayam akan segera terbit. Itu kira-kira ringkasan kabar itu. Meski berusaha diringkas, tetapi cerita di balik kabar itu sesungguhnya panjang. Sepanjang 2 x 365 hari plus beberapa hari tambahan sejak pertama kali saya dan beberapa orang di Dusun Flobamora membicarakan tentang rencana penerbitannya. Pokoknya begitu.
Dusun Flobamora adalah komunitas sastra yang sejak beberapa tahun silam menerbitkan Jurnal Sastra Santarang, jurnal sastra dengan standar kurasi yang sangat baik yang menempatkannya sebagai salah satu media penyiaran karya sastra terbaik di NTT. Dalam perjalanannya, Dusun berniat mengembangkan sayap penerbitannya. Bukan jurnal saja tetapi juga buku-buku. Ketika mereka sedang berpikir tentang sayap baru itu, saya sedang berpikir membukukan beberapa cerpen saya. Dua pihak dalam dua situasi itu tidak saling mengetahui rencana satu dengan yang lain. Seperti dunia paralel haissss…. Pokoknya begitu (lagi?). Ya, begitu. Adooooh…
Lalu bagaimana dua rencana itu bertemu?
Baca juga: Kota Ruteng dalam Koper, Catatan Perjalanan Dibuang Sayang
Begini ceritanya. Sembari mengumpulkan sekitar 20-an naskah cerpen, saya juga meminta kesediaan Mario F. Lawi membaca naskah-naskah saya. Dia setuju. Juga merekomendasi dua nama lain untuk ikut serta membaca manuskrip itu.
Pada masa itulah, di awal tahun 2016, tiba-tiba muncul percakapan tentang Perjalanan Mencari Ayam diterbitkan oleh Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Saya setuju dan mempercayakan seluruh proses berikutnya pada orang-orang hebat itu, hingga hari ini ketika pre-order akhirnya dibuka. Lalu saya sadar, ada banyak A di balik terbitnya kumpulan cerpen Perjalanan Mencari Ayam ini.
Izinkan saya menceritakannya sebagai ungkapan terima kasih kepada para A, M satu O satu dan beberapa aksara lain.
Andy Nanta
Dia teman SMA saya, satu dari sedikit teman yang sampai sekarang menjaga spirit pertemanan dengan kekurangajaran yang sama. Dia ada di daftar ini karena ayam miliknyalah yang membuat cerpen “Perjalanan Mencari Ayam” itu lahir. Ayam milik Andy itu unik. Saya tidak tahu bagaimana nasib ayam itu sekarang, tetapi saya senang karena dia ada dalam cerpen sepanjang 15 halaman A4 dengan pengetikan 1,5 spasi, terdiri dari hampir 6.000 kata, 30-an ribu karakter. Saya menikmati proses mengerjakannya.
Bagaimana nasib Andy? Dia baik-baik saja. Tetap jadi orang yang memanggil saya dengan el-a-e. Dan saya tetap memanggilnya be-el-e-ka. Itu
AN Wibisana
Namanya ada di buku Perjalanan Mencari Ayam dengan jabatan sebagai editor. Dia adalah satu dari dua orang yang direkomendasikan Mario F. Lawi untuk ikut dimintai bantuan membaca manuskrip saya. Mas Abu. Saya memanggilnya demikian. Dia orang Dusun Flobamora, pembaca yang teliti, pemberi saran yang jujur, dan orang yang tekun mengurus seluruh proses penerbitan buku ini. Tentang Mas Abu, saya juga mengetahuinya sebagai pencipta puisi yang hebat.
Anaci Tnunay
Namanya saya lihat pertama kali ketika kami sama-sama terpilih sebagai Pemenang Prospektif pada Lomba Menulis Cerpen Obor Award beberapa tahun silam. Setelahnya, saya bertemu Anaci di Festival Sastra Santarang 2015, juga beberapa kesempatan lain di markas Dusun Flobamora. Anaci, sama seperti Mas Abu, adalah orang yang ikut membaca manuskrip saya. Anaci adalah seorang guru, pembaca yang baik, anggota Dusun Flobamora yang–seperti keluarga besar Dusun lainnya–bicara apa adanya (bilang baik kalau baik, juga sebaliknya). Atas usul Anaci, beberapa cerpen mengalami perubahan yang cukup besar, dan satu cerpen dihilangkan.
Agustina
Ini orang penting mati punya. Pengaruhnya luar biasa pada seluruh proses kreatif saya. Dia menyediakan waktu, biaya, tempat bahkan seluruh dirinya agar cerpen-cerpen ini lahir. Mau tidak mau, dia memang harus begitu. Dia juga berperan sebagai alarm; kapan saya harus tidur, kapan saya mandi, ke kantor, dan lain-lain. Dia bisa melakukannya dengan baik karena si Agustina ini adalah istri saya.
Baca juga: Catatan tentang Teater di NTT, Rekonstruksi
Selain para A di atas, ada dua nama lain yang kehadirannya membuat “Perjalanan Mencari Ayam” berhasil menjadi buku. Orang-orang di balik lahirnya kumpulan cerpen ini.
Mario F. Lawi
Tentang Mario, sangat banyak media telah menceritakannya, termasuk bahwa dia salah seorang penyair terbaik Indonesia–salah satu bukunya mendapat anugerah Buku Puisi Terbaik versi Tempo. Dalam catatan ini, yang dibahas adalah tentang perannya pada kelahiran kumcer saya. Sebagian telah saya ulas di atas. Yang belum adalah informasi bahwa ketika memintanya menjadi pembaca manuskrip saya, tidak pernah terbayangkan bahwa Dusun Flobamora kemudian menerbitkannya.
Dari orang inilah saya mengetahui kabar itu. “Kebetulan Dusun mau mulai terbitkan buku, Kae. Bagaimana kalau “Perjalanan Mencari Ayam” kami baca dan bla bla bla…,” kata Mario yang saya sambut dengan hati gembira. Komunitas Sastra Dusun Flobamora memiliki standar kurasi yang tinggi. Menjadi penulis yang karyanya dipertimbangkan oleh komunitas ini saja sudah bikin senang. Jadi terbitan buku perdana mereka adalah kelipatan kesenangan.
Di kumpulan cerpen ini, komentar Mario F. Lawi dapat dibaca di cover belakang. Tentang Daria, tokoh perempuan di cerpen “Perjalanan Mencari Ayam”.
Oliva Nagung
Saya mengenalnya sejak dia masih kecil. Mengenalnya sebagai penyanyi dengan kualitas vokal di atas rata-rata. Iva, demikian dia biasa dipanggil, kemudian menjadi teman saya di OMK Lumen Gratiae Katedral Ruteng, dan salah seorang murid saya di SMAK St. Fransiskus Saverius Ruteng.
Saya tetap mengenalnya sebagai penyanyi yang hebat sampai ketika saya melihat beberapa lukisannya. Iva muncul dalam predikat yang lain. Pelukis. Kepada teman-teman Dusun, saya usulkan agar lukisan cover jadi tanggung jawab saya. Maksud saya tentu saja akan meminta bantuan si Iva. Dusun setuju. Iva juga setuju. Tetapi prosesnya tidak lancar. Ada masa di mana Iva tidak tersentuh, nomornya hilang sehingga saya memutuskan untuk menyerahkan kepada penerbit seluruh pengerjaan lukisan cover seandainya buku ini terbit sebelum Iva “ditemukan”.
Untunglah semesta menghendaki kerjasama guru-murid ini berlangsung. Detik-detik di mana Dusun mengurusi ISBN Perjalanan Mencari Ayam, saya berhasil menghubungi Iva lagi. Dia membaca (sekali lagi) manuskrip saya dan mengerjakan lukisannya dalam waktu kurang dari seminggu. Lukisan yang mengagumkan berjudul Delusi. Iva juga menggunakan ampas kopi sebagai bahan mengerjakan lukisan ini. Ckckck…
Versi di cover buku dibuat demikian selain dengan pertimbangan proposi, juga pertimbangan lain bahwa lukisan tersebut adalah sebuah karya yang otonom dan harus dinikmati dengan cara melihatnya langsung.
Begitulah.
Dengan senang hati saya persembahkan buku ini kepada seluruh pembaca, dan catatan ini sebagai bentuk terima kasih atas peran para sahabat menghadirkannya. Selamat membeli #eh.
–
Salam dari Kedutul, Ruteng
Armin Bell
Lain-lain:
- Ada 17 cerita dalam Perjalanan Mencari Ayam.
- Cerpen “Kopi” yang terpilih sebagai salah satu pemenang prospektif pada Lomba Menulis Cerpen Obor Award 2013 dan “Orang-orang Tercinta” yang masuk dalam daftar pemenang Anugerah Sastra Litera 2017 ada di buku ini.
- Sejumlah cerpen yang pernah disiarkan di Jurnal Sastra Santarang, Lombok Post, Pos Kupang, dan lain-lain.
- Beberapa cerpen belum pernah disiarkan termasuk Perjalanan Mencari Ayam yang dipilih menjadi judul kumpulan cerpen ini.
Di Ruteng bisa dapat di mana buku ini, Pa Admin?
Sampai akhir April ini kami menerima pre-order. Bukunya akan diantar kepada pemesan. Setelahnya, info penjualan akan diinformasikan kemudian via instagram: arminbell, dan facebook: Armin Bell. Tabe.
Selamat atas terbitnya buku Perjalanan Mencari Ayam yang banyak huruf A nya, salam.
Terima kasih banyak. Salam.
Saat ini, untuk wilayah Ruteng, buku cerpen “Perjalanan Mencari Ayam” bisa dibeli di LG Corner Ruteng.